Sesuai kesepakatan, setelah aktifitas membaca novelnya selesai, Aphrodite langsung menuju ruang kebutuhan untuk bergabung bersama pasukan Laskar Dumbledore.
Karena Kehadirannya, susana yang tadinya bising, hening seketika. Mereka mulai beribisik-bisik mengenai Kehadiran Aphrodite. Harry yang merasa suasana menjadi canggung tersenyum dan menatap mereka satu persatu.
"Maaf aku belum sempat memberi tau kalian." Katanya gugup. "Paseidon akan bergabung bersama kita." Dari sekian orang, hanya Collin yang semangat dan memberi tepuk tangan meria.
Aphrodite hanya menatap Collin sekilas, lalu kembali menatap ke depan. "Sepertinya para pengikut mu tidak suka dengan kehadiran ku, Potter." Kata Aphrodite dengan wajah datarnya, "Aku bisa pergi sekarang."
"Tunggu, Paseidon." Langkah Aphrodite berhenti saat Neville mencegahnya. Dia mengakat sebelah alis bertanya, "Maaf atas sikap kami yang kurang sopan. Kami ha--"
"Bukan kurang, tapi sangat tidak sopan." Sela Aphrodite tanpa menyadari sikapnnya selama ini.
Neville menggaruk tenguk yang tidak gatal. "Yah, itu maksud ku. Kami hanya terkejut kau mau bergabung. Senang melihat mu di sini."
Aphrodite melihat mereka semua. "Benarkah? Tapi yang ku lihat hanya Collin yang bahagia." Dia tersenyum sinis "Tidak usah di perpanjang, ayo mulai."
Hermione dan Harry bernafas legah saat Aphrodite tidak jadi pergi dari sana. Harry mulai menjelaskan tentang mantra pertama yang akan mereka pelajari malam hari ini, yaitu mantra Expecto Patronum.
"Pastikan kalian fokus dan benar-benar membayangkan kenangan indah saat ingin menggunakan matra ini. Contohnya seperti in---"
"Maaf atas keterlambat kami, Potter." Kalimat Harry di jeda saat dua orang pemuda menerobos masuk dan mendekat ke tengah. Kehadiran mereka membuat para gadis di sana hampir berteriak histeris melihat dua wajah bagai pangeran berdiri di depan mereka saat ini.
"Oh---Blayjen, Dalmos. Tidak apa-apa, kami juga baru saja mulai." Kata Harry ramah.
Kevane Blayjen dan Jayan È Dalmos, setelah mengucap terimakasih, kedua pangeran Ravenclaw berjalan ke arah Collin dan Ron diiringi tatapan kagum dari para gadis di sana.
Harry melanjutkan penjelasannya, serta memberi contoh. Di rasa sudah Pas, dia membuat beberapa kelompok dan meminta mereka di sana untuk segera mempratekan mantra tersebut.
Seperti Ron memang selalu sial, karena mentornya saat ini adalah Aphrodite, si gadis berwajah datar dan lempeng. Dia yakin, sebentar lagi mentalnya benar-benar jatuh.
"Ron Wesley, apa kau dengar apa yang aku katakan?." Suara tegas Aphrodite menyadarkan Ron, dia terkejut karena terlalu larut dalam lamunannya.
Dengan suara bergetar dia menjawab 'Ya'. Dan hampir pingsan saat gadis ketus itu meminta dirinya untuk mengulang apa yang baru dia katakan.
"Tidak bisa?." Sinis Aphrodite, "Aku jamin, saat perang nanti kau akan menjadi korban pertama makhluk jelek berjuba hitam itu." Serkas Aphrodite tegah.
Ron hampir menangis, tapi di tahan karena sadar dirinya salah. Dia meminta maaf dan mulai fokus.
Aphrodite kembali menjelaskan secara singkat tentang matra itu, tapi dapat di tanggap baik oleh timnya. Terbuti saat salah satu gadis Ravenclaw yang entah siapa namanya dan Ron berhasil menguasai matra tersebut dalam waktu satu jam.
Ron tertawa bangga, meloncat kecil di tempat sembari menunjukan keberhasilanya pada Aphrodite. "Lihat, aku berhasil, lihat."
Karena kegirangan Ron, semua yang tadinya fokus berali menatap pemuda itu. Mereka tergakum-kagum dan memeberi pujian, tidak lupa tepuk tangan bangga.
"Lihat, Aphrodite aku berhasil." Katanya lagi, tanpa sadar memanggil nama Aphrodite.
Aphrodite hanya berdehem tanpa menunjukan ekspresi apapun. Namun saat Ron sibuk mememarekan keberhasilanya, bibir garis itu tersenyum kecil, dan seorang pemuda di kelompok Harry menabgkap basa. Aphrodite menatap sinis pemuda itu, sebelum menarik Ron kembali ke tim.
"Kau sudah bisa Kan?." Tanya Aphrodite, Ron mengangguk semangat. "Bagus----sekarang pergi ajar yang belum bisa, pastikan kau tidak membuat ku malu karena salah memberi ajaran!."
"Siap, aku pergi dulu." Dengan perasaan bangga, Ron menghampiri Neville yang terlihat kesulitan. Aphrodite menggeleng kepala melihat tingkah kekanakan Ron.
"Sedangkan kau, bantu aku ajari dia--" Aphrodite menujuk pemuda Hufflepuff, "Dan Lovegood jadi tanggung jawab ku." Gadis Ravenclaw itu mengangguk patuh.
Harry menatap dengan pandangan berbinar pada teman-temanya. Ketakutannya perlahan menghilang, dia yakin, kekompakan dan ketekunan mereka, para pengikut Voldemort bisa di kalahkan.
Tatapannya berali pada gadis yang tengah mengomeli Ron. Untuk sesaat dia tertegum melihat ekspresi lain dari gadis itu, gadis yang sudah lama dia suka, Aphrodite.
"Jangan hanya dilihat, hampiri dia." Celetukan tiba-tiba dari sebelahnya sedikit membuat Harry kaget. Ternyata Hermione.
"Aku masih tidak berani." Kata Harry.
Hermione memutar bola mata malas. "Mau sampai kapan kau tidak berani?. Sampai laki-laki lain mendapatkan cinta Paseidon? Begitu?." Kesal sahabat prempuannya. "Sadarlah, Her. Paseidon, bukan hanya satu atau dua laki-laki yang menaru hati kepadanya. Jadi, kalau kau masih terus diam di tempat tanpa ada pergerakan, aku jamin kau akan kehilangan kesempatan."
Harry hanya tertawa, tapi tidak di pungkiri dia mulai kepikiran dengan perkataan Hermione. Benar, jika dia terus diam dan hanya melihat Aphrodite dari jauh, dia akan kehilangan kesempatan, mungkin juga akan hidup dalam penyesalan. Tapi bagaimana, rasa takutnya lebih besar, dia takut di tolak dan berujung sakit hati.
"Kau dengar aku Kan?."
Harry mengangguk pelan. "Akan aku coba."
Hermione tersenyum, dan menepuk-nepuk pundal Harry, "Ini baru sahabat ku." Katanya bangga.
°°°°°
Latihan berakhir tepat pukul dua pagi. Setelah memeberi tau beberapa pengunguman untuk latihan besok, Harry mempersilahkan mereka untuk kembali ke asrama dengan hati-hati.
Seperti biasa, tidak suka berdesakan. Aphrodite menunggu sampai pintu itu tidak padat lagi, tentu selalu ada Collin di dekatnya.
"Dite, tadi kau hebat sekali. Andaikan aku setim dengan mu." Kata Collin tiba-tiba.
"Siapa suruh tidak setim dengan ku."
"Kalau begitu besok aku ingin setim dengan mu." Katanya semangat.
Aphrodite melirik sekilas pada bocah 14 tahun itu, dengan tiba-tiba menggengam tangan nya dan menghilang dari sana, membuat Harry yang ingin membicarakan sesuatu padanya menghentikan langkah, berakhir membuang nafas pasra.
"Kau menyukai, Paseidon, Potter?." Harry menoleh ke sumber suara, melihat Kevane berdiri dengan senyum manis khasnya. "Terlihat jelas dari tatapan mu." Katanya lagi, saat Harry ingin menyangkal.
Harry terkekeh canggung karena ketahuan. "Lagipula, siapa yang tidak menaru hati kepadanya?. Sepertinya tidak ada."
"Uncle Ares, Damian dan kedua kakeknya." Jawab Kevane, tertawa kecil.
Harry ikut tertawa, "Yah kau benar."
Tidak lama dari situ, Harry dan kedua sahabatnya pamit undur diri. Menyisakan Kevane dan Jayan yang masih betah di dalam sana. Kedua pemuda itu saling tatap, Kevane tersenyum manis sedangkan sang sahabat masih setia dengan muka datarnya.
"Oh ayolah, mete." Kata Kevane, ngeri sendiri melihat wajah datar sahabatnya.
Jayan menghilang dari sana, meninggalkan Kevane yang sibuk mengumpat karena di tinggal, lagi. Puas mengumpati sahabatnya, dia ikut ber-Apparation dari ruang kebutuhan.
°°°°°
Minggu, 27 Agustus 2023.
Yuhuu, Dite up yahh.💓
![](https://img.wattpad.com/cover/329293339-288-k852359.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery
РазноеREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. Berkisah tentang seorang gadis pendiam berwatak kasar yang gemar mengahabiskan waktunya sendiri bersama setumpuk buku. UNTUK MANUSIA TITISAN ALIEN YANG HOBBY JIPLAK, JAUH-JAUH LO OR...