Aphrodite duduk di bawah pohon rindang dekat danau hitam. Jemari lentiknya membalik setiap halaman buku yang dia baca. Gadis ini memanfaatkan waktu libur yang di berikan Dumbledore untuk bersantai dan menghindari banyak orang.
Bagi Aphrodite, berada di keramaian banyak menguras daya tubuhnya. Oleh sebab itu dia lebih suka berada di tempat sepi daripada harus seharian bersama banyak orang. Kesendirian tidak membuat gadis ini merasa sepi, namun sebaliknya dia akan merasa tenang dan damai. Bahkan di keramaian pun dia akan membuat dirinya merasa sendiri.
Ketenagan Aphrodite tidak berlansung lama begitu Colin Creevey datang dan memotretnya tanpa izin. Aphrodite menatap malas pemuda kecil yang sudah duduk santai di sampingnya.
Colin Creevey, murid tahun ketiga Hogwarts. Pemuda kecil yang selalu membawa kamera dan hobby memotret apa pun yang menurutnya menarik.
Entah bagaimana kisahnya dia bisa berteman dekat dengan gadis dingin dan kasar seperti Aphrodite. Tapi semenjak kejadian dua tahun lalu, saat Colin masih menjadi murid tahun pertama Hogwarts, tepatnya saat kejadian aneh menimpa sekolah mereka membuat dirinya hampir mati karena di bekukan.
Untung saat itu ada Aphrodite, entah apa yang di lakukan gadis itu, tapi yang Colin ingat sebelum kesadarannya hilang, orang terakhir yang dia lihat adalah Aphrodite yang menatapnya cemas. Dan saat dia sadar kembali, entah berapa lama dia membeku, tapi yang jelas Aphrodite orang pertama yang dia lihat. Dan semenjak itu, Colin menganggap Aphrodite teman sejatinya, bisa di bilang 'kakak prempuan' untuknya.
Semejak kejadian itu lah Colin mulai mendekat pada Aphrodite, mengikuti gadis itu, menemaninya di perpustakaan saat waktu senggang, memotret Aphrodite yang sedang membaca, atau hanya diam melamun. Meskipun sudah sering di beri tatapan sinis dan penolakan, Colin hanya menanggap dengan cengiran lebar.
Aphrodite yang awalnya risih karena selalu diikutu Colin pada akhirnya terbiasa dan membiarkan saja. Meskipun Aphrodite tidak pernah bersikap lembut padanya, dan tidak pernah menunjukan sisi baiknya, Colin tau Aphrodite adalah gadis yang baik, hanya saja dia terlalu malas dan gengsi menunjukan rasa pedulinya kepada Colin. Dan Colin menjadi satu-satu nya orang yang berani mendekati gadis dingin Gryffindor itu.
"Dite, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Colin. "Aku mencari mu kemana-mana."
Dia menyingkat nama Aphrodite menjadi 'Dite'. Meskipun Aphrodite tidak pernah bertanya alasannya, Colin berinisiatif sendiri member tau. Katanya memanggil Aphrodite terlalu panjang dan memakan waktu, jadi dia menyingkat nama gadis itu dan memanggil nya Dite. Aphrodite tidak perotes, selagi hal itu tidak merugikan dirinya maka dia akan diam dan membiarkan.
"Kau punya mata untuk melihat apa yang sedang ku lakukan." Jawab Aphrodite, seperti biasa, dingin dan ketus.
Colin mengangguk, tidak tersinggung dengan nada bicara gadis itu. Dia mendongak ke atas, menatap langit siang yang sangat cerah. Dia mengambil kamera nya, dan mulai memotret.
Dia mengarahkan kamera pada Aphrodite, "Dite coba lihat ke sini." Aphrodite menoleh dan terdengar bunyi ckrek------Colin menatap potret wajah datar Aphrodite, "Kakak ku memang sangat cantik." Dia tersenyum manis, sangat imut.
"Aku bukan kakak mu." Kata Aphrodite yang tidak di tanggap Colin.
Aphrodite melirik pemuda kecil yang masih sibuk mengambil gambar. Pemuda itu, Colin, sudah tumbuh tinggi dan sangat tampan, pipinya tidak secubby dulu, rambut coklatnya semakin tebal dan berkilau, dan yang paling penting giginya sudah tumbuh rapi.
"Ada apa?" Tanya Colin saat menyadari Aphrodite tengah menatapnya.
Aphrodite kembali mengalihkan padangan pada buku, "Tidak---"
Colin merengit heran. Terkadang dia tidak begitu mengerti dengan Aphrodite, gadis ini susah di tebak. Dia tidak pernah melihat raut lain pada wajah Aphrodite selain datar, mungkin terakhir dua tahun lalu, setelah itu tidak ada lagi.Bahkan ketika takut pun, wajahnya akan tetap datar mengalakan tembok di kamar asrama mereka.
Colin berbaring di atas rumput hijau, tepat di sebelah Aphrodite. Matanya menyipit, terik matahari menyilaukan matanya. Satu buku tiba-tiba menutupi wajahnya, Colin tersenyum dan menatap sang empuh.
"Terimakasih, Dite." Seperti biasa, tidak ada tanggapan dan Colin sudah terlatih sampai akhirnya dia terbiasa.
*****
Aula besar kembali ramai dua kali lipat dari biasanya. Karena Para murid dari akademi sihir Beauxbatons dan Institut Durmstrang baru saja tiba. Kedatangan mereka di sambut meria, banyak sajian makanan mewah dengan porsi lebih bayak.
Peri-peri dapur terlihat sibuk menyiapkan hidangan. Bolak balik dapur untuk mengisi piring-piring makan yang sudah habis. Terlihat Argus, salah satu penjaga Hogwarts malam ini memakai jas bututnya dan sudah berlumut.
Yang paling mengejutkan malam ini adalah kedatangan seorang laki-laki berpenampilan aneh. Aphrodite mendengar beberapa orang menyebut 'Moody med eye'. Banyak yang menatap Moody heran sekaligus penasaran. Sampai akhirnya suara Dumbledore terdengar.
"Aku perkenalkan kepada kalian semua------" Kata Dumbledore "Proffesor Alastor Moody. Guru baru pertahanan terhadap ilmu hitam."
Dari yang Aphrodite lihat, selain para Proffesor, tidak ada lagi yang bertepuk tangan. Semua orang masih terdiam menatap Moody dengan penampilan ajaibnya. Colin yang duduk bersebelahan dengan Aphrodite mengeluh dan menyesal tidak membawa kamera nya.
"Harusnya aku membawa kamera tadi." Katanya menyesal.
"Diam anak kecil." Kata Aphrodite, sedikit berbisik.
Lalu Dumbledore kembali berbicara keras, memberi ucapan selamat datang kepada Proffesor Moody, membahas tentang
turnamen, dan terakhir menujuk piala api.Beberapa orang kembali bergumam kagum melihat piala api yang baru saja di tunjuk Dumbledore. Piala perak itu mengeluarkan api berwarna biru-keputihan. Sangat cantik, menurut mereka.
Dumbledore kembali berbicara, menjelaskan kegunaan piala api. Mengabaikan kebisingan yang di timbul para murid."------Jadi, aku harap bagi mereka yang sungguh ingin mengikuti tunamen ini, agar dengan yakin meletakan nama mereka di piala api. " Kata Dumbledore, "Tulis nama dan sekolah kalian dengan jelas. Bagi siapa pun yang terpilih nanti, tidak dapat memundurkan diri, karena piala api bersifa kontrak. Dan mereka yang terpilih harus mengikuti sampai akhir------"
Dia terus berbicara dan memberi tau syarat mengikuti turnamen hanya mereka yang sudah berusia tuju belas tahun ke atas. Akibatnya berbagai protes tidak terima mulai meramaikan aula besar.
Aphrodite tidak peduli dengan turnamen atau apapun itu dengan santai menikmati makanannya sembari mendengar keluh kesah Colin tentang mata pelajaran ramuan yang menurut nya sulit.
"Piala api akan di letakan di depan Great Hell, agar memudahkan mereka yang ingin bergabung dalam turnamen------" Dumbledore menatap seluruh murid, "Aku akan memberi sihir lingkaran pembatas usis di pingir piala api, untuk mencegah siapa pun yang tergoda Iman nya."
Dumbledore mengakhiri kalimat panjang nya dengan mempersilahkan mereka lanjut menyantap hidangan. Suara-suara itu membahas tentang turnamen dan keluhan larangan usia.
*****
Publikasih : 10 Mei 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery
De TodoREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. Berkisah tentang seorang gadis pendiam berwatak kasar yang gemar mengahabiskan waktunya sendiri bersama setumpuk buku. UNTUK MANUSIA TITISAN ALIEN YANG HOBBY JIPLAK, JAUH-JAUH LO OR...