Aran seketika menghentikan permainannya. Ia langsung menatap wajah Chika yang memerah, apa yang barusan ia dengar? Chika menyebutkan nama orang lain saat bermain bersamanya?
Chika yang merasa membuat kesalahan langsung merutuki dirinya. Ia terdiam menatap Aran yang juga sedang menatapnya.
Aran bangkit dari tubuh Chika dan terduduk disebelahnya. Nafsunya sudah berada di ujung, tapi harus terhenti begitu saja saat mendengar istrinya mendesahkan nama orang lain.
Aran memilih untuk beranjak ke kamar mandi. Ia menutup kasar pintunya saat percikan emosi sudah menguasai dirinya.
Chika yang melihat itu pun terduduk di atas kasur sambil mengancingkan bajunya. Ia merutuki dirinya sendiri, apa yang ia lakukan? Bisa bisanya ia menyebutkan nama Vino saat sedang bersama Aran.
"Chika bodoh bodoh bodoh. Bego banget Lo Chika!" Batinnya sambil mengacak rambutnya. Ia yakin Aran pasti marah padanya.
Sementara Aran yang berada di dalam kamar mandi, ia memandangi dirinya di cermin. Emosinya naik seketika, Aran mencengkeram kuat sisi wastafel guna melampiaskan emosinya.
Ia membasuh wajahnya berkali-kali agar emosinya segera luruh.
Ketukan pintu membuatnya tersadar, ia mengelap wajahnya dengan tisu lalu membuka pintu kamar mandi.
"Mas, maaf"
Aran hanya diam. Ia membuang pandangannya ke arah lain dan menghela nafas kasar sebelum membalas tatapan Chika.
"Gapapa" hanya itu yang bisa Aran keluarkan dari mulutnya. Jujur saja perasaannya bercampur aduk dengan nafsu dan emosi yang harus ia redam.
Chika menubrukkan tubuhnya pada Aran dan memeluknya sambil menggumamkan kata maaf berkali-kali. Ia merasa bersalah atas apa yang ia ucapkan tadi.
"Maafin aku, mas. Aku gak sadar" ucap Chika
Aran membalas pelukannya, ia mendekap Chika dengan erat berharap emosinya segera hilang. Nyatanya, hanya dengan memeluk tubuh ini emosinya perlahan memudar. Mungkin karna Chika sudah lama tidak berhubungan hingga ia lupa dengan siapa ia sekarang. Aran mencoba memahami itu, ia tidak ingin pusing memikirkannya.
Aran melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Chika, "gapapa" ucapnya sembari membenarkan rambut Chika.
"Kita istirahat aja ya? Kayanya karna faktor kecapean juga" ucap Aran
Aran menarik tangan Chika menuju kasur. Ia memposisikan dirinya dan berbaring dengan nyaman. Mungkin ia akan melakukannya lain kali saja.
Chika membaringkan tubuhnya disamping Aran. Ia menatap langit-langit ruangan karena mereka sama-sama terdiam. Ia jadi merasa bersalah pada Aran.
"Mas, gamau dilanjut?" Tanya Chika pelan, ia memiringkan kepalanya menatap Aran.
"Nanti aja ya, kita tidur, aku gamau bikin kamu tambah cape" ucap Aran. Ia mengusap pipi Chika dengan sayang.
"Maafin aku, mas" ucap Chika
"Udah, gapapa kok. Kita tidur ya? Udah larut" ucap Aran. Ia menarik tubuh Chika agar mendekat kepadanya dan bisa ia dekap. Ia mulai memejamkan matanya.
Chika mengusap pipi Aran, ia memainkan alis tebal Aran dan bulu mata lentiknya. Aran memang sangat tampan apalagi jika dipandang dari jarak sedekat ini.
"Laki Lo sekarang namanya Aran, Chika. Aran!" Batin Chika. Ia benar-benar merasa bersalah pada Aran karena telah menghancurkan malam pertamanya.
"Good night mas Aran"
***
Paginya, Aran dan Chika masih terlelap di tempat tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, tapi keduanya masih betah memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With You [END]
Short Story[END] "Mau dengan siapapun kamu, bahkan bukan dengan aku sekalipun, kalau bukan dari diri kamu sendiri yang mau bebas dari masa lalu itu, kamu gak akan bisa" -A Just Fiction!!