"Pagi, Bu Chika" sapa pegawainya ketika Chika baru saja memasuki restoran.
"Pagii" balas Chika lalu berjalan menuju ruangannya.
"Nah ini orangnya Dateng" seru Eli ketika melihat Chika datang.
"Kenapa?"
"Sini Chik sini, Lo utang cerita ama gue" Eli menarik tangan Chika membawanya masuk ke dalam ruangan pribadi Chika.
"Apasih ka Eli ah" kesal Chika setelah Eli mengajaknya duduk di sofa.
"Gue mau nanya ini dari kemaren tapi Lo keburu pulang. Cowo yang kemaren sama Lo itu siapa? Pacar Lo ya? Kok Lo gapernah cerita ama gue sih Chik kalo lagi deket sama cowo?" Rentetan pertanyaan langsung saja keluar dari mulut sahabatnya itu.
"Apasih kak, bukan siapa siapa"
"Oh sekarang udah gamau lagi ya cerita sama gue. Okedeh fine"
"Yaampun ka Eli. Sumpah deh, dia bukan siapa-siapa" ucap chika
"Boong kan Lo? Ih gila sih sekarang sahabat gue kayanya udah ga butuh gue lagi deh. Dia udah main rahasiaan sama gue" ucap Eli mendramatisir.
Chika menghela nafas kasar, sahabatnya ini benar-benar sangat menyebalkan, membuat mood paginya menjadi rusak saja.
"Gini ya ka, gue gatau cowo itu siapa. Dan dia bukan siapa-siapa gue. Kita ga sengaja ketemu waktu itu di mall--" Chika pun menceritakan semuanya secara detail pada Eli agar sahabatnya itu tidak bawel. Kalau tidak, Eli akan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan setiap hari yang membuatnya kesal.
•••
Aran masih sibuk berkutat dengan laptopnya, jam makan siang sudah berakhir lima menit yang lalu tapi Aran masih sibuk mengurus beberapa berkas dan menandatanganinya.
Jari tangannya dengan lihai menari nari diatas keyboard hingga tak sadar pintu ruangannya terbuka menampilkan sosok pria tinggi dengan bahunya yang tegap berjalan ke arahnya.
"Aran"
Aran mendongak menatap sosok pria yang ia kenali itu, lantas ia langsung berdiri dari duduknya.
"Papa?"
"Silahkan duduk pah" Aran mempersilahkan Reynal duduk didepan meja kerjanya. Sementara itu, ia menyingkirkan dulu beberapa berkas yang tertumpuk di atas meja.
"Tumben kesini pah, ada apa?" Tanya Aran
"Gapapa, papa mau liat liat aja" ucap Rey, matanya menyapu seluruh sudut ruangan Aran. Sangat tidak menarik menurutnya. Anaknya ini memang kurang pandai dalam mendesain ruangan agar terlihat bagus.
Aran menekan tombol telepon yang terletak diatas mejanya. Ia menghubungi bagian OB untuk meminta dibuatkan minuman.
"Antarkan segera ke ruangan saya" ucap Aran menutup teleponnya.
"Papa denger, kamu berhasil narik perusahaan besar buat kerjasama ya?"
"Iya pah. Pak Gracio, pemilik Harlan corp"
"Hebat juga kamu ya. Perusahaan itu susah sekali untuk diajak kerjasama"
"Iya pah, setelah beberapa kali mengajak kerjasama perusahaan itu dan akhirnya mereka mau. Bahkan direkturnya langsung yang turun tangan"
Reynal mengangguk, "Pemilik perusahaan itu temen papah" ucap Rey yang membuat Aran menatapnya.
"Pak Gracio?"
"Iya"
"Kenapa papa gapernah cerita? Terus kenapa papa ga pernah mau ajak kerjasama perusahaan itu, kalau pemiliknya temen papah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With You [END]
Short Story[END] "Mau dengan siapapun kamu, bahkan bukan dengan aku sekalipun, kalau bukan dari diri kamu sendiri yang mau bebas dari masa lalu itu, kamu gak akan bisa" -A Just Fiction!!