01 - MENJADIKAN BUDAK

80.2K 2.2K 45
                                    


DORR
DORR

Terlihat sang mafia tampan berbadan kekar dengan tinggi 185 cm itu, meniup pistol nya, seusai menembak sepasang suami istri.

Wajahnya tak kelihatan begitu peduli dengan nyawa yang baru saja ia hilangkan. Selang beberapa saat, ada bocah datang, berlari sembari menggendong tas kecilnya, dan menyebut-nyebut ibu dan ayahnya.

"Ibu ... ayah ... Ahhka mendapatkan nilai bagus! ibu ... ayah-" bocah itu terhenti, saat berlari keruang tamu. dia melihat ayah dan ibunya yang tergeletak kelantai di penuhi banjiran darah yang keluar dari kepala sepasang suami istri itu.

Anak buah sang mafia menarik pelatuknya, mencoba menembak bocah itu. Namun, sang mafia mengangkat satu tangannya, berisyarat, untuk tak menembak bocah itu.

Sang mafia maju, mendekati bocah itu, yang tengah membangunkan ayah dan ibunya, mengira mereka hanya tertidur.

"Ayah, ibu, bangun lah, Ahhka mau lihatin nilai Ahhka!" teriak bocah itu dengan histeris, sembari memperlihatkan secarik kertas ulangan, dengan nilai 100+.

Bocah mendongak keatas, melihat sang mafia, "kak, mengapa ayah dan ibuku, masih tidak mau bangun?" tanyanya memasang wajah polos.

Sang mafia itu berjongkok, lalu menghusap rambut bocah itu, "Ibu dan ayahmu, menitip mu kerumah kaka!" serunya.

"Be-benarkah? apa dirumah kakak banyak mainan?!" tanya bocah itu semangat.

"Tentu."

"Tapi, bagaimana dengan ayah dan ibu?"

"Mereka akan bangun, kau ikutlah bersama kakak," pinta sang mafia.

Anak buah mafia, terlihat merasa heran dengan sikap lembut dari bossnya itu. Biasanya, boss nya akan membunuh semua keluarga yang terkait. Tapi, kali ini berbeda.

Kini, mafia itu membawa bocah tersebut, menuju mansionnya.

.
.
.

Ketika tiba di mansion, disitu sudah ada sang kakak dari mafia itu, yang sedang menunggunya sembari menghisap rokok. Dia menoleh, melihat adiknya membawa anak kecil.

"Azka, kau membawa siapa?!" tanya Dazai, merasa terkejut.

"Bukan urusanmu," jawab singkat Azka.

"Kalau ayah tau, kau akan dibunuh brengsek." Dazai mulai meneriaki Azka.

"Aku sudah bilang, ini bukan urusanmu brengsek, aku yang akan mengurus ini." Azka memasang wajah kesal, lalu pergi bersama bocah itu.

"Dasar gila!" gerutu Dazai.

.
.
.

Azka membawa bocah itu ke kamarnya dan menempatkannya di kasur.

"Namamu siapa?" Azka bertanya dengan lembut pada bocah itu.

"Nama aku Ahhka, aku panggil kaka siapa?" bocah itu balik bertanya.

"Kau bisa memanggilku hia Azka," sahut Azka.

"oh, terus-"

TOK
TOK

Ketukan pintu memotong ucapan Azka. Ia menoleh kemudian menghampiri pintu. Saat membukanya, Azka terkejut, ia melihat ayahnya yang tengah berdiri di depannya memasang wajah serius.

"Dazai bilang, kau membawa anak kecil kesini!?" tanya ayah Azka, dan melangkah masuk. Ia menengok
Ahhka yang berada dikasur Azka.

"Apa kau bercanda, 'Zka? segera habisi anak itu, mengapa kau membawa orang asing disini!? kau tau kan apa sangsinya!" ancam Ayah Azka mengenai hukuman yang berlaku di mansionnya.

"Aku tahu ayah. Tapi, aku membawanya kesini, karena ada alasannya," jelas Azka.

"Alasan apa!?"

"Aku akan merawatnya, dan menjadikan dia budakku ketika dewasa ayah."

"Hah? tapi tetap saja dia-"

"Hiaa ...." tiba-tiba Ahhka memanggil Azka.

Azka seketika pergi menghampiri Ahhka dan melihat Ahhka yang sedang menangis.

"Ada apa Ahhka?" tanya Azka.

"Hi-hiaa, celanaku basah, huaa ... " Rengek bocah itu dengan tangisannya.

Azka segera memeriksa celana Ahhka, dan ternyata Ahhka pipis dicelana, dan ditempat kasurnya Azka!

Azka menahan agar tidak marah, "Ahhka, kau harus ganti celana," ucapnya sembari menghembus nafas.

Ayah Azka yang masih berdiri disitu, langsung keluar dari kamar Azka, dia akan lanjut membicarakan tentang Ahhka nanti.

Kini setelah ayah Azka keluar, Azka membawa Ahhka ke kamar mandi, untuk memandikan Ahhka.
.
.
.
.
.

(DALAM KAMAR MANDI).

Terlihat Azka yang sedang membuka baju, dan celana Ahhka, hingga Ahhka sekarang telanjang bulat didepan mata Azka.

Azka menggendong Ahhka, lalu memandikan Ahhka dibathub.

"Hua ... h-hiaa." tiba-tiba Ahhka menangis saat tubuhnya berendam di bathub. Azka jadi panik, melihat bocah itu menangis lagi.

"kenapa Ahhka, apa yang terjadi!" cemas Azka.

"A-airnya di-dingin huaaa hiaa," jawab Ahhka gemeteran.

Melihat itu, Azka putuskan untuk mandi bareng Ahhka, ia pun melepaskan baju dan celananya, hingga burung besar, kini terpampang jelas. Lalu Azka ikut masuk ke bathub.

Terlihat Ahhka yang kini berhenti menangis, saat Azka memeluknya. dia merasa hangat dipelukan Azka. sekarang posisinya, Azka berbaring dibathub, lalu Ahhka duduk diatas perut Azka.

Azka tertawa kecil, melihat tingkah lucu Ahhka. Anehnya, ini sangat jarang melihat mafia dengan selera humor tinggi itu bisa tertawa lepas.

Ahhka asik memainkan air, lalu dengan polosnya, Ahhka meraba raba ABS milik Azka.

"Hia, ada apa dengan perutmu?" tanya Ahhka sembari memegang ABS Azka.

Azka tersenyum, "kau akan tahu, jika kau sudah besar," ucapnya.

Ahhka pun tak memperduikannya, ia lanjut main air bersama Azka dibathub.

.
.
.

Ahhka dan Azka selesai mandi. Terlihat mereka memakai handuk bersama. Azka lupa, dia kan tidak punya baju anak kecil?

Azka segera mengecek lemarinya, mencari pakaiannya yang akan dikenakan Ahhka.

Dia meraih kemeja putih, lalu memakaikan Ahhka. Ahhka terlihat tenggelam dengan baju Azka, sampai-sampai, cuman baju Azka saja, udah sampai lututnya. Ini membuat Ahhka tampak lucu.

"Hiaa, apa ini baju raksasa?" tanya ahhka dengan polosnya.

Azka berjongkok, menyesuaikan tingginya dengan Ahhka, "itu baju hiaa, nanti hia belikan kamu baju baru," jawab Azka begitu lembut.

To be continued

 MAFIA X BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang