31 - UNDURAN DIRI

9.5K 418 16
                                    


Kini, Dazai duduk di samping Yasha yang masih tak sadarkan diri. Air mata mengalir dari matanya karena merasa bersalah. Dia tidak ingin kehilangan Yasha, dan insiden ini membuatnya menyadari makna dari kepercayaan dan kasih sayang. Dazai berharap Yasha bisa merubah kepribadiannya yang selama ini mungkin kurang peduli.

Di luar ruang tunggu, Zean Rain dan Azka Ahhka gelisah menunggu kabar dari Dazai. Ekspresi Zean mencerminkan keprihatinannya, mengetahui adiknya terbaring di rumah sakit.

Suasana masih terasa tegang dan penuh kecemasan, sementara mereka menantikan perkembangan dari ruangan di dalam.

***

Dazai masih terus menunduk, lalu meraih tangan Yasha dengan penuh kelembutan, menciumnya perlahan sebagai ungkapan penyesalannya yang mendalam. "Mengapa semua orang perlahan meninggalkanku," batin Dazai, suara getir yang terasa dalam setiap kata. "Aku yang seharusnya tiada!!" sambungnya lagi, diselingi tangis pahit yang meresapi hatinya.

Saat air mata masih membasahi pipinya, tiba-tiba Dazai merasakan kehangatan di tangan Yasha yang bergerak. Wajahnya berubah dari kesedihan menjadi penuh harapan. Dengan cemas, Dazai memegang pipi Yasha, berharap ada tanda kehidupan yang tersisa.

Yasha perlahan membuka matanya, sedikit terbatuk, dan memandang pria yang berada di depan wajahnya. Sorot matanya yang redup mulai menemukan cahaya. Melihat Yasha yang telah membuka kedua matanya, Dazai segera memeluknya dengan erat. Air mata yang sebelumnya menyirami wajahnya kini berubah menjadi air mata bahagia. Dalam pelukan itu, Dazai menangis dengan haru, bersyukur karena Yasha tidak meninggalkannya juga. .

"A—ada apa?" tanya Yasha, bingung dengan sikap Dazai.

Dazai melepas pelukannya, kemudian memegang pipi Yasha sembari berucap, "Aku menyesal," lalu memberikan kecupan manis di bibir Yasha.

"Apa kau menangis?" tanya Yasha.

"Yah, kau membuatku jadi orang yang cengeng," jawab Dazai, kembali memeluk erat tubuh Yasha.

Yasha, yang masih lemah, mengukir senyuman manis di bibirnya setelah sekian lama. Zean melihat semuanya dari balik jendela, ikut tersenyum melihat adiknya dan Dazai tampak bahagia. Dia merasa terharu karena Yasha kembali menghadirkan senyuman yang sudah lama hilang sejak kepergian ibu mereka.

Rain yang berada di samping Zean, memandangnya dengan senyuman tipis, membatin, "Aku harap dia tidak gila karena senyum-senyum sendiri," batin Rain.

***

Beberapa hari kemudian, Mansion Edwardz kembali semula, tertata rapi dengan para pengawal yang menyambut kedatangan ketua Mafia beserta pasangannya dan pengikutnya. Para Mafia berdiri dikelilingi oleh pengawal di ruangan khusus.

Azka, sebagai ketua Mafia keluarga Edwardz, mengenakan seragam lengkap, didampingi pasangannya, Ahhka Axandra, saudaranya Dazai Edwardz, serta tamu Zean Georgia, Yasha Georgia, dan Rain Axkara.

Azka mulai membuka percakapannya, memandang keluarga dan tamu dengan ekspresi serius.

"Aku sebagai ketua Mafia dari keluarga EDWARDZ, sengaja mengumpulkan kalian, para pengawal, ketempat ini. Karena... aku, Azka XAVIER, akan mengundurkan diri," jelas Azka, menyampaikan pernyataan yang membuat para pengawal merasa heran dengan ucapannya.

"A—apa yang kau katakan, Azka?" tanya Dazai, yang juga cukup kaget dengan pernyataan dari adiknya.

Azka kemudian mendekat pada Dazai, meraih gelar ketua yang ada di Jassnya, lalu memasangkannya pada Dazai.

"Ini sudah keputusanku, Dazai. Kau yang berhak mendapatkan hakmu," ucap Azka, mencoba menahan tangisannya karena belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah bagian dari keluarga Edwardz.

Dazai menghormati keputusan adiknya. Walaupun Azka hanya adik angkat, namun Dazai selalu menganggap Azka sebagai adik kandungnya. Dua saudara itu pun mulai saling memeluk, pertama kalinya mereka bisa saling emosional seperti ini. Kini, kekerasan dan ketegangan perlahan menghilang.

Ahhka juga bahagia menerima keputusan dari sang kekasihnya. Begitu juga Zean dan Rain, mereka terharu melihat kebersamaan antara adik dan kakak itu.

Yasha juga tersenyum melihat mereka bahagia. "Hiaa, bagaimana kalau kita sama-sama merayakan ini di sebuah villa?" pinta Ahhka pada Azka.

"Kau benar, kita akan merayakan ini di villa bersama!" Setuju dengan saran Ahhka, yang lainnya juga setuju, dan mereka mulai memesan villa dekat pantai untuk menikmati suasana segar sambil minum-minum bersama. Suasana penuh kebahagiaan dan kebersamaan pun memenuhi ruangan.

***

Mereka kini berada dalam perjalanan menuju villa, mengendarai mobil bersama. Di setiap perjalanan, mereka bernyanyi bersama, sesekali Rain memotret pemandangan indah dan juga kekasihnya. Yasha ikut menunjuk-nunjuk pemandangan indah pada Dazai.

Sementara itu, Azka dan Ahhka sudah merencanakan untuk bulan madu mereka. Suasana di dalam mobil penuh tawa, canda, dan kebahagiaan. Mereka menikmati setiap momen bersama, merayakan kebersamaan dan kebahagiaan yang telah lama dinanti.

***

Setelah perjalanan yang panjang, malam hari pun tiba. Mereka berada di villa yang berhadapan langsung dengan pantai. Di teras rumah, mereka duduk melingkar sambil menikmati minuman beralkohol.

Tatapan penuh kasih sayang terlihat di antara pasangan mereka, menandakan bahwa malam ini akan menjadi sangat istimewa. Semakin malam, semakin terasa suasana yang romantis.

Namun, karena terus minum, Yasha akhirnya tidak mampu melanjutkan. Dia berhenti sejenak dan menuju ke toilet. Melihat Yasha pergi, Dazai perlahan-lahan mengikuti ke belakang, meninggalkan keramaian di teras rumah.

Tubuh Yasha terasa panas, di toilet, dia membuka pakaiannya sampai bertelanjang bulat, kemudian mandi dan menyalakan shower. Beberapa saat kemudian, Yasha merasa merinding, ketika merasakan geli di bagian lehernya. Dia tak berani menatap ke belakangnya, perlahan berbalik memenjamkan matanya.

"Kau kenapa?" suara Dazai terdengar di depannya.

Yasha membuka matanya dan melihat Dazai yang berada di hadapannya, bernapas lega sesaat, kemudian menyadari bahwa Dazai juga bertelanjang bulat.

"Apa yang kau lakukan di sini!" pekik Yasha.

"Ingin membuat anak," jawab Dazai dengan entengnya.

"Kau sudah gil—" SLRUPP

Dazai menghentikan ucapan Yasha dengan membungkam Yasha dengan jilatan yang dia berikan di bibir Yasha. Dazai juga menjalarkan tangannya di dada mulus Yasha.

Yasha menelan Salivanya, mengerti dengan suasana sekarang. Pelan-pelan Dazai maju membuat Yasha tersandar di tembok. Air dari shower membasahi mereka berdua.

Kini, tatapan Dazai mulai semakin cabul!

To be continued

 MAFIA X BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang