27 - PATAH HATI

15.1K 435 17
                                    


Di kemudian hari, Zean terlihat sibuk mencoba menghubungi Yasha, tetapi tak ada jawaban dari ponselnya. Kekecewaan dan frustrasi terpancar dari ekspresi wajah Zean.

Beberapa saat kemudian, Rain mendekati Zean yang terlihat cemas. "Tuan, apa aku bisa membantu?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Zean menoleh ke arah Rain yang datang mendekat. "Tidak, aku hanya penasaran. Mengapa ponsel Yasha tidak aktif?" ucapnya dengan nada kesal.

Rain mencoba memberikan penjelasan, "Mungkin saja dia masih berada di pesawat, tuan."

"Mungkin benar," ucap Zean, lalu dia mencoba menelpon Azka untuk menanyakan janjinya. Namun, Azka juga tidak menjawab panggilannya.

"Sialan, mengapa dia tidak menjawabnya!" Kesesalan Zean membuatnya mengenggam erat ponselnya.

Rain mencoba menenangkan Zean dengan mengusulkan, "Tenanglah, tuan. Mungkin dia sedang menghabiskan waktu bersama Ahhka."

Tetapi Zean melihat tajam ke arah Rain ketika dia menyebut Ahhka. "Ahhka harus segera kembali. Aku menyesal telah mempercayai mafia sialan itu!" gerutunya dengan penuh emosi.

Rain mencoba memberikan pandangan yang lebih luas, "Biarkan mereka bahagia dulu. Ahhka pasti juga tidak ingin kembali. Dia sudah berpisah dengan kekasihnya selama ini. Kau harus mengerti, dan—"

"Hentikanlah, Rain. Kau sama sekali tidak mengerti. Ahhka adalah pengawal pribadi ku. Dia sudah menjadi bawahan ku. Maka dari itu, aku akan membawanya pulang!" Zean menjelaskan, membuat Rain merasa sedih.

Rain masih mencoba memahami Zean, "Aku masih bingung, tuan, mengapa tuan bisa menerima Ahhka sebagai pengawal. Padahal, ada banyak orang yang ingin menjadi pengawal pribadi tuan. Namun, kau tidak menerimanya."

Zean mencoba menjelaskan, "Dia memiliki bakat yang luar biasa, jadi aku bisa menerimanya."

Namun, pertanyaan Rain mulai menaikkan emosi Zean. "Apakah maksudmu, pengawal lain memiliki bakat rendah? Termasuk aku?" tanya Rain dengan nada yang lebih tajam.

"Kau salah paham, Rain. Lebih baik kau tidak usah ikut campur," kata Zean, berusaha mengendalikan emosinya.

Rain merasa terluka oleh kata-kata Zean. "Apa susahnya? Katakan saja jika kau menyukai Ahhka dan tidak ingin Ahhka hidup bersama Azka!" ucap Rain dengan lantang.

BRAKK!

Zean membanting ponselnya ke lantai dengan keras. Kombinasi stres karena Yasha yang tak kunjung datang, Azka yang tidak memenuhi janjinya, dan konfrontasi dengan Rain membuatnya hampir meledak.

Rain spontan terkejut melihat ekspresi marah Zean. "Mengapa kau bisa berpikir begitu, Rain! Kau bicara seolah-olah tidak mengenal diriku!" Zean memarahi Rain, membuat Rain menundukkan tatapannya dan mencoba menahan air matanya.

Rain perlahan mendekati Zean dan berbicara dengan lembut, "Kau banyak berubah, hingga aku tidak bisa mengenali dirimu lagi. Tetapi, ada hal yang tidak bisa kau ubah, tuan Zean. Kau sama sekali tidak bisa memahami perasaan orang lain di sekitarmu. Kau begitu egois!" ucapnya dengan sedih.

Zean menjadi terdiam sejenak, merenungkan kata "perasaan" yang Rain ucapkan. Sementara Rain memutuskan untuk pergi, takut air matanya terlihat oleh Zean.

***

Malam telah turun dengan suasana yang penuh ketegangan. Rain duduk di tepi kolam, mengayunkan kakinya ke dalam air. Suara gemetar hatinya terdengar jelas saat dia berpikir tentang Zean dan perasaannya.

"Apa kisah cintaku, akan berakhir seperti drama India? Sad, tapi masih bisa menari-nari," gumam Rain dengan nada melankolis yang menggema di udara malam yang tenang. Wajahnya terpancar dengan ekspresi yang mencerminkan keraguan dan kebingungan.

 MAFIA X BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang