26 - TUSUK SAMPAI PINGSAN!🔞

26.8K 522 16
                                    


Dazai melepaskan mulut nya yang mengulum penis Yasha.

Dia beralih ke tahap selanjut nya. Dazai mengangkat kedua Kaki Yasha ke atas, hingga menampakkan anus Yasha.

Dazai mulai menuangkan banyak pelumas jeli-jeli di dalam anus Yasha. Dia meraih sebuah dildo yang sudah dia siap kan. Dazai pun menaruhkan pelumas jeli itu ke dalam dildo yang berukuran 40 cm itu. setelah itu, dia mulai memasukkan nya ke dalam anus Yasha.

Yasha seakan berhenti bernafas, karena dia begitu syok dengan apa yang coba Dazai lakukan pada nya, ini baru pertama kali diri nya di BDSM seperti ini. Anusnya masih begitu sempit, namun ... dia harus di tusuk dengan ukuran yang diluar nalar.

Perlahan-lahan, dildo itu mulai masuk ke anus Yasha.

Dazai terus memaksa nya masuk begitu dalam, dan Yasha, dia ingin sekali berteriak, namun ... mulutnya sudah dibungkam, dia hanya bisa meneteskan air matanya, merasa kesakitan.

Jleebb ...

Dildo tersebut menerobos ke dalam anus Yasha hingga ke dalam nya.

Dazai mulai memaju mundurkan dildo tersebut ke dalam anus Yasha. Yasha hanya bisa menerima semua perlakuan dari Dazai. Kaki nya mulai mengeram, dan lama kelamaan ... dia mulai merasa ingin cum.

Dazai berhenti memaju mundur kan dild*o tersebut. Namun, dia masih menancapkan nya di anus Yasha.

Dazai mengambil alat untuk menjepit puting nya Yasha.

Yasha semakin di buat kaget, alat tersebut membuat Puting Yasha ikut terangsang.

Dazai kembali mengeluar masukkan Dildo tadi, dan semakin mempercepat nya.

CLOKK CLOKK

Yasha sudah tak tahan, badan nya mulai melemah dan akan segera keluar.

CROOOOTTTTT

CROOOTTTTT

Yasha langsung mengeluarkan sperma nya mengenai wajah Dazai. Dia mengatur nafas nya yang memburu, kemudian perlahan menutup mata nya, dan berujung tak sadarkan diri.

***

Ahhka membuka matanya perlahan. Pandangannya agak kabur, dan dia melihat Azka yang sedang menyetir. Ahhka mengucek matanya dan fokus pada lengan Azka yang terluka.

"Hi-hiaa!!" Ahhka spontan berteriak saat melihat tangan Azka yang berlumuran darah.

Azka segera membalikkan pandangan ke Ahhka yang sudah sadar. "Kau sudah sadar."

Ahhka panik. "Ada apa dengan lenganmu, hia? Ini seperti bekas peluru!"

Azka mencoba meredakan kekhawatiran Ahhka. "Kau tenang saja, ini hanya luka kecil."

Ahhka berkeras, "Ini bukan luka kecil! Hia sudah banyak mengeluarkan darah." Tanpa berpikir panjang, Ahhka merobek bajunya dan menggunakan potongan kain untuk membungkus luka di lengan Azka.

Ahhka dengan penuh perhatian melilit kain itu di lengan Azka. Azka masih fokus menyetir sambil berbicara, "Tenanglah, ini akan segera sembuh."

Ahhka khawatir, "Ini jelas-jelas bisa membuat kau tiada.,.Aku tidak menginginkan hal itu terjadi Hia...." Air mata mulai mengalir dari sela matanya.

Melihat Ahhka yang begitu cemas hingga menangis, Azka meraih kepala Ahhka dan membiarkannya bersandar di bahunya.

"Kau jangan bersedih seperti ini, aku tidak akan meninggalkan malaikat kecilku," kata Azka, sambil mengelus kepala Ahhka untuk menenangkannya.

Ahhka masih tak bisa tenang. Dia memeluk erat tubuh Azka dan menangis sesegukan dalam pelukannya. Azka dengan lembut mengelus Ahhka, mencoba meredakan kecemasan dan kekhawatiran sang kekasih.

Azka mengendarai mobil dengan cepat, berharap agar Ahhka bisa segera merasa aman dan tidak menangis lagi.

***

Azka dan Ahhka tiba di Mansion dan memulai langkah masuk ke dalamnya. Namun, tiba-tiba seorang pria paruh baya menghentikan mereka. Pria itu adalah Smith, paman Azka.

"Azka... kau harus tahu semua kebenarannya," kata Smith, terlihat tergesa-gesa.

Azka bertanya heran, "Ada apa, paman?"

Namun, sebelum Smith bisa melanjutkan ucapan, terdengar suara tembakan yang menggema.

Dor...! Dor...!

Pria lain yang berada di belakang Smith tiba-tiba menembak Smith langsung di kepala. Azka dan Ahhka terperangah melihat Smith tumbang begitu saja di depan mereka.

Ketika mereka menoleh ke arah pria yang menembak, kejutan mereka semakin besar. Pria yang menembak Smith adalah Dalbert Edwardz, adik dari Smith Akaza dan ayah dari Azka.

"Ayah... mengapa ayah menembak paman Smith?" tanya Azka, bingung.

Dalbert mendekati Azka dan Ahhka, menjelaskan, "Kau pasti akan melakukan ini juga, karena dalang dari penculikan Ahhka adalah pamanmu ini. Dia menyuruh Jasyen untuk menculik Ahhka."

Ketika dia mendengar pengakuan mengejutkan itu. Hatinya berdebar kencang, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Penculik Ahhka yang selama ini menjadi bayangan menakutkan, kini menjadi wajah kerabatnya sendiri. Kepercayaan yang runtuh dan kebingungan menciptakan kerumunan emosi dalam dirinya.

***

Malam telah turun, mengepul dalam kegelapan, memancarkan aura ketenangan yang mengelilingi kamar mereka. Dalam sinar temaram lampu tidur, Azka tampak sudah di balutan perban. Wajahnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dan itu membuat Ahhka merasa lega, meskipun ada satu masalah yang mengganggu hatinya.

Dengan suara lembut, Azka merayu, "Ahhka, aku merasa cukup kuat malam ini. Apa kau tidak ingin memberi ku jatah malam ini?"

Ahhka, yang telah menjalani hari yang penuh kekhawatiran, menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Kau belum sepenuhnya sembuh, Azka. Kau harus beristirahat, ini bukan saatnya."

Namun, nasehat itu sepertinya tidak membuat Azka terpengaruh. Dengan mata berbinar, ia menjalarkan jarinya perlahan-lahan ke dalam baju Ahhka. Ahhka merasa kebingungan, "Kau sangat nakal, Azka!"

Azka hanya tertawa sambil mencengkram baju Ahhka. Sebelum Ahhka menyadari, Azka sudah berada di atas tubuhnya. Ahhka merasa terkejut, "Apa yang kau coba lakukan?"

Azka mengabaikan kekhawatiran kesehatannya, mencium pipi dan leher Ahhka dengan penuh gairah. "Mari kita membuat bayi!" ujarnya spontan, lalu membuka celana Ahhka.

Ahhka merasa terpana, teriakannya hampir-hampir tak terkendali, "Aku adalah pria!" Dia merasa Azka sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya.

To be continued.

 MAFIA X BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang