23 - BOKONGKU SAKIT!

10.9K 428 16
                                    

Esok harinya tiba, dan Rain terbangun dari tidurnya dengan gerakan yang lamban. Matanya terasa berat saat dia mencoba membukanya. Seiring dengan cahaya pagi yang mulai memasuki ruangan, dia meraih bokongnya dengan ekspresi kesakitan yang terpancar jelas di wajahnya.

"Auhh...," rintih Rain lembut, meraih bagian tubuhnya yang terasa nyeri. Sebuah pusing ringan mengganggunya, mengaburkan kenangannya tentang peristiwa semalam. Dia mencoba meraih kepalanya yang terasa berputar, berharap bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

Namun, ingatan tentang semalam hanya seperti puzzle yang tak lengkap. Yang dia ingat hanyalah momen ketika dia pura-pura tidur di pundak Zean, dan akhirnya tertidur nyenyak. Selebihnya adalah kegelapan yang menyelimuti detik-detik di antara keduanya.

Rain melihat sekeliling ruangan yang membingungkan ini, menyadari bahwa dia masih berada di ruang kerja Zean. Ini hanya memperumit teka-teki peristiwa semalam yang tidak jiberkali dan hanya Zean yang mengetahuinya. Tantangan untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi menjadi semakin besar, dan rasa penasaran Rain semakin mendalam.

***

Di dalam Mansion Edwardz, Azka duduk dalam keheningan, berusaha merumuskan cara untuk memenuhi perjanjian yang dia buat dengan Zean. Perasaannya dicampuri oleh kekhawatiran tentang cara dia akan menjelaskan kesepakatan ini kepada ayahnya. Setiap solusi yang terlintas dalam pikirannya tampak berat dan berisiko.

Dia merenung sejenak, mencari jawaban dalam pikirannya yang bergejolak. Keringat dingin mulai muncul di dahinya saat dia merasa tekanan semakin besar. Azka merasa terjebak dalam permainan yang semakin rumit dan harus menemukan cara keluar yang tepat.

Di tempat lain di Mansion Edwardz, Ahhka merasa bosan. Setelah tidak lagi menjadi pengawal keluarga Edwardz, dia merasa kehilangan tujuan. Dia memutuskan untuk pergi ke gerbang untuk mengambil pesanannya, telah memberi tahu Azka tentang rencananya. Meskipun Azka telah memerintahkan pengawalnya untuk menjaganya, Ahhka menolak pendampingan, merasa bahwa dia bisa mengurus dirinya sendiri.

Zean, di sisi lain, tak sabar menunggu. Dia menghubungi Azka, menagih janji yang telah dibuat. "Jangan sekali-kali berpikir untuk berkhianat, Azka. Jika kamu tidak memenuhi janjimu, aku akan membawa Ahhka kembali," kata Zean dengan nada tegas yang mengisyaratkan konsekuensi serius.

Azka merespons dengan janji untuk segera memberikan barang-barang yang diminta oleh Zean. Namun, Zean memberi peringatan keras, "Ingat, jangan pura-pura lupa tentang ini!" Peringatan itu membuat Azka merasa tekanan semakin meningkat.

Setelah percakapan mereka berakhir, Zean berbalik dan menemui Rain yang berdiri di belakangnya, tampak kebingungan. "Apa yang terjadi, Rain?" tanya Zean.

Rain merintih lagi, mencoba mengatasi rasa sakit di bokongnya. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan cemas, tetapi pertanyaan di benaknya semakin dalam. "Tapi, apa yang terjadi semalam?" Suasana di sekitar mereka penuh dengan misteri dan ketidakpastian.

FLASHBACK ON

Zean merasa semakin terdesak ke toilet, perasaan mendesak itu menjadi semakin kuat. Dia mencoba dengan segala cara untuk tidak membangunkan Rain yang tidur pulas di pundaknya. Namun, ketika dia bergerak untuk melepaskan diri dari pelukan Rain, tangan Rain justru semakin erat menempel pada bagian magnumnya. Sensasi yang tidak biasa mulai memenuhi pikiran Zean, dan dia mulai memikirkan hal-hal yang tidak patut dipikirkan dalam situasi ini.

Awalnya, Zean hanya berusaha untuk tidak mempertimbangkan apa pun, berharap Rain akan terbangun dan melepaskannya. Namun, waktu terus berjalan, dan Rain, yang pura-pura tidur, tiba-tiba tertidur nyenyak. Zean melirik jam dinding dan melihat bahwa sudah larut malam. Dalam kebingungan, Zean mencoba melepaskan kepala Rain dari pundaknya, tetapi yang terjadi adalah Rain malah terjatuh ke lantai dan mengalami cedera pada bokongnya. Meskipun demikian, Rain tetap tertidur pulas.

 MAFIA X BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang