02 - BOCAH BIKIN PANIK

44.6K 1.6K 6
                                    


Ahhka mengangguk, mengiyakan ucapan Azka.

TOK
TOK

Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu kamar Azka.

"Ada apa?" tanya Azka berteriak.

"Maaf tuan, anda dipanggil oleh ayah anda," tutur seorang pelayan dari luar pintu.

"Aku akan kesana sebentar."

Azka kembali mengelus rambut Ahhka, "kau harus tetap disini! jangan kemana-mana, hia akan kembali," ucapnya, dan diangguki oleh Ahhka.
.
.
.

Azka tiba di ruang tengah, ia melihat ayahnya yang tengah berdiri membelakanginya, sembari menghisap rokok.

"Jelaskan, apa alasan kau membawanya?," tanya ayah Azka, menyadari kedatangan putranya.

"Aku sudah bilang, aku akan merawatnya, dan menjadikannya budakku ketika dewasa," jelas lagi Azka.

"Mengapa kau harus merawatnya? kau bisa memilih orang yang sudah dewasa!" balas ayah Azka.

"Ayah! ayah sudah tahu 'kan, aku sama sekali tidak pernah percaya begitu saja sama orang yang sama sekali aku tidak tahu tujuannya. Dan, aku memilih anak kecil, karena dia tak akan pernah bohong," ungkap Azka panjang lebar.

Setelah mendengar penjelasan Azka, ayah Azka memikirkan perkataan anaknya itu, "memang ada benarnya dengan ucapan Azka," itu lah yang ada dipikiran ayah Azka sekarang.

.
.
.

Ahhka terlihat sedang melihat-lihat kamar Azka, mulai dari poto-poto ditembok, dan juga koleksi-koleksi pistol mini Azka.

"Apa hia juga suka main pistol?" gumam Ahhka, sembari melihat koleksi yang terpajang dikamar Azka.

karena asik melihat lihat isi kamar, membuat Ahhka jadi kehausan, dia pun berniat pergi kedapur, mencari air untuk diminumnya.

Saat membuka pintu, ternyata Azka tidak menguncinya, Ahhka pun segera keluar kamar.

Ahhka berjalan dan melihat-lihat kesisi ruangan, dan Ahhka pun membinarkan bola matanya, melihat air minum diatas meja yang tak jauh darinya. Ahhka berpikir untuk mengambil air itu, namun ... ternyata mejanya sangat tinggi, Ahhka menjinjit, mencoba meraih gelas yang ada dimeja.

Ahhka pasrah, dia tak bisa meraih gelas itu, dia melihat kursi kecil, dan mencoba memakai kursi itu. Dan kini, dia akhirnya meraih gelas, tapi ... saat dia akan turun, tiba-tiba, kursi itu goyang, membuat Ahhka jadi terjatuh, dan tak sengaja, Ahhka menekan tombol peringatan bahaya!

Suara peringatan bergema diseluruh ruangan, ini membuat orang-orang yang ada di mansion langsung bertindak, semuanya menyiapkan senjata masing-masing, lalu menuju ketempat Ahhka!

Ahhka juga ikut kaget. Namun, dia begitu haus, dia melihat gelas sudah ada dilantai, dan masih ada sedikit air. Ia pun lanjut meminum air itu. Dia tak tahu, karena dia, semua orang jadi panik!
.
.
.

Azka yang masih berbincang dengan ayahnya, ikut kaget, mendengar tombol peringatan berbunyi. Padahal, hanya ayahnya lah yang boleh menekan tombol itu, dia pun segera pergi kesumber suara.

Saat dia tiba, dia melihat sudah banyak pengawal, dan juga gangster berkumpul, dan ditengah-tengahnya, ada bocah yang lagi menunduk ketakutan.

"bocah siallan, karena kau, semua orang disini jadi panik!" tegur Dazai pada Ahhka. melihat Ahhka yang diteriaki oleh Dazai, Azka segera maju dan membongkar kerumunan itu.

"kenapa kau membentak anak kecil?!" timpal Azka dengan kesalnya.

"Kau bicara apa, aku sudah banyak membnuh anak kecil seperti dia," bantah balik Dazai.

Azka memandang kesal wajah Dazai, dan ingin sekali menembak kepala dazai! namun dia segera melihat kondisi Ahhka terlebih dahulu.

Ahhka menunduki pandangannya, terlihat matanya berkaca-kaca, sehabis dibentak oleh Dazai. Ahhka menggunakan kedua tangan kecilnya untuk menutupi wajah sedihnya hingga suara tangisannya meledak! Ahhka berteriak, menangis, membuat keributan di mansion Azka.

"Sudah Ahhka, hiaa disini." Azka mencoba membujuk Ahhka yang sudah banyak meneteskan air mata.

Azka segera menggendong Ahhka, lalu menepuk-nepuk lembut belakang Ahhka, untuk menenanginya.

Kini terlihat Ahhka yang masih menangis, hingga lendir dihidungnya, jadi mengenai baju azka.

"Tenanglah Ahhka, berhentilah menangis, hia akan membelikan mu mainan," bujuk Azka, dengan suara yang begitu lembut.

Orang-orang yang sedang berkerumun, memasang wajah bengong dan juga tak percaya, bahwa sang mafia itu bisa mengeluarkan sifat lembutnya juga.

Sekejab setelah mendengar kata mainan Ahhka langsung menghentikan tangisan derasnya itu.

"Janji?" tanya Ahhka sembari mengancu gkan jari kelingkingnya.

"Iya," jawab azka, membalas dengan kelingkingnya juga.

Dazai yang melihat perubahan sikap Azka, makin terheran-heran dan dia memilih untuk segera pergi, dan menyuruh yang lainnya, juga ikut bubar!

Azka pun membawa Ahhka ke kamarnya lagi.
.
.
.

Sesampainya dikamar, Azka menempatkan Ahhka ketempat tidurnya.

"Hia sudah bilang, Ahhka gak boleh keluar kamar 'kan?" celoteh Azka.

"Ahhka sangat haus, jadi keluar," ujar Ahhka.

"Baiklah, ini salahku. Sekarang Ahhka harus tidur yah."

Ahhka mengangguk nurut, sebab dia juga sudah mengantuk. Dia pun berbaring dengan benar kemudian memejamkan kedua matanya.

Azka memandang wajah Ahhka dengan lamunannya, dia selalu teringat sama ibunya yang sudah tiada saat melihat Ahhka.

Kini Ahhka sudah tertidur pulas, dengan menghisap jempolnya, bibir mayunnya sangat menggoda.

Melihat Ahhka yang sudah terlelap. Dia pun kembali melangkah 'kan kakinya keluar kamar.

Setibanya di luar kamar, ia disambut dengan wanita seksi dengan bentuk tubuh yang sangat ramping, dengan baju yang begitu terbuka.

To be continued.

 MAFIA X BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang