Prolog

5K 185 0
                                    

Saka

Saka menatap tanah merah di depannya, tempat peristirahatan terakhir sang ibu setelah hidup penuh derita. Nelangsa yang di peroleh atas nama cinta yang telah pudar. Sakit jiwa dan raga yang ditanggungnya berujung dengan sang cinta memilih cinta lain. Saka tidak tahu harus bersyukur atau merutuki kepergian ibunya. Bukannya derita yang menyebabkan sang ibu bahkan tidak menoleh padanya akhirnya berakhir jua. Meninggalkan putranya Saka yang baru berusia 13 tahun.

Tidak banyak tersisa lagi senyum dan tawa di wajah yang masih menyimpan jejak masa kanak-kanak itu. Kuncup-kuncup asa telah dipatahkan satu per satu oleh ayah yang tidak ragu menjadikannya samsak hidup untuk pelampiasan amarah. Serta ibu yang tidak ragu mengakhiri hidupnya di depan putra semata wayangnya. Bukannya nestapa akibat cinta terpampang nyata di depannya.

Saka harus mengingatkan dirinya. Hati-hati akan cinta.

Senja

"Mah, Senja mau ikut! Jangan tinggalin Senja, Mah..." Anak perempuan itu menangis memegang tangan ibunya yang keluar dari rumah dengan memegang tas berisi pakaiannya. Mencoba menahan agar sang ibu tidak pergi.

"Mamah cuman pergi sebentar, Senja. Mama cari uang buat beliin senja baju baru, beliin senja makanan yang senja suka, beliin semua yang senja mau." Bujuk wanita itu mengusap lembut pipi anaknya yang sudah menangis.

Anak perempuan itu menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Senja nggak mau baju baru, Senja nggak akan rewel lagi buat makan, Senja nggak mau apa-apa. Maunya sama mamah aja. Jangan pergi..." Tangisnya semakin keras, berharap dapat mengurungkan niat ibunya untuk pergi.

"Mama cuma pergi sebentar kok, Senja baik-baik ya sama Ayah. Jangan nakal. Selalu bantuin Ayah, doain mama cepat pulang ya." Wanita itu memeluk sang anak, mengusap lembut punggungnya, sambil berbincang sebentar dengan suaminya sebelum melangkah pergi meninggalkan anak dan suaminya.

Senja kecil yang dipeluk erat oleh ayahnya menatap ibunya yang mulai menghilang dari pandangannya, dalam tangisnya dia berdoa agar ibunya cepat kembali berkumpul bersama mereka lagi. 

Doa yang tidak terkabul karena sang Ibu tidak pernah kembali. Usianya sebelas tahun ketika saat itu. Usia dimana harapan tulus pertamannya ternyata tidak terjadi.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang