Bab 4

1.6K 113 2
                                    

Selamat Membaca!!!! Happy Reading!!!!!!

***

Jam 7 malam. Senja ternyata tidak bisa menghindari pertemuan ini. Pertemuan yang Ibunya katakan sebagai pertemuan keluarga.

Keluarga? Memangnya Senja punya?

Dalam setahun mereka bahkan bisa tidak saling bertemu. Dan bertahun-tahun telah berlalu seperti itu. Walau hal itu terjadi dikarenakan Senja sendiri yang menghindar. Akan lebih baik jika hubungan yang tidak artinya ini benar-benar diputus saja. Senja sudah bisa hidup sendiri, bukan lagi anak malang yang harus merendahkan dirinya untuk bertahan dalam rumah itu.

Sebenarnya apa yang Senja takutkan?

Dia menatap restoran fine dining yang dipilih ibunya sebagai tempat acara menyambut kepulangan Cleo. Paling lama 30 menit. Senja hanya akan bertahan selama itu. Kakinya sebenarnya ragu untuk melangkah masuk, namun Senja tidak ingin selalu diusik oleh Ibunya. Yang entah kenapa akhir-akhir ini kembali rutin mengganggunya. Pesan dan telepon yang tidak kunjung berhenti dari Ibunya membuat Senja bertanya-tanya apa gunanya kehadiran Senja dalam acara ini? Berbagi kebahagiaan yang tidak pernah tercipta ketika mereka bersama? 

Senja masuk ke dalam resto itu, berjalan dengan dibimbing oleh seorang pelayan ke ruangan yang sudah di reservasi oleh Ibunya. Hanya suara ketukan haknya yang terdengar di tengah ketenangan lorong. Pelayan itu berhenti di salah satu ruangan, langkah Senja ikut berhenti. Pelayan yang mengantarkannya menggeser pintu salah satu ruangan. Saat pintu dibuka di dalam ruangan itu sudah ada tiga orang yang duduk bersama, tersenyum dan berbincang harmonis. Tatapan tiga orang itu mengarah pada Senja yang melangkah masuk. Senja tidak asing dengan perasaan ini. Anehnya dia tidak pernah terbiasa.

****

Sepuluh tahun lalu....

Gerbang putih di depan Senja begitu kokoh dan tinggi. Layaknya batas yang tidak seharusnya dia lewati. Namun deru mobil tetap melaju menyibak dunia yang berbeda dari yang selama ini dikenalnya. Indah dan memesona. Bagian di balik gerbang itu lebih mengesankan, di samping jalan ada halaman yang ditanami pohon palem berjajar rapi, disela-selanya terdapat berbagai macam bunga yang terawat dengan baik.

Deru mobil yang dinaikinya akhirnya berhenti, mengantarkannya pada rumah mewah dengan aksen hitam dan putih. Benar-benar indah layaknya rumah seorang putri yang dulu sering kali dibayangkannya ketika menonton televisi.

Dari dalam mobil Senja dapat melihat empat sosok manusia yang sedang berdiri di depan pintu rumah mewah itu. Senja termangu, enggan untuk turun dan menghadapi mereka. Bolehkah dia datang ke tempat ini? Jarak mereka sekarang mungkin hanya diukur oleh langkah, namun Senja tahu pasti di mana tempatnya.

Dia hanyalah peminta belas kasihan, dalam kondisi terpojok hingga akhirnya menundukkan kepala agar mereka mau membantunya.

Senja memeluk erat tas hitam lusuh yang berisi beberapa lembar pakaiannya, di sampingnya ada tas yang berisi gitar tua yang diberikan oleh Ayahnya. Hanya dua benda itu yang dibawanya. Setelah diam cukup lama, Senja baru memutuskan untuk keluar ketika melihat sopir yang tadinya ada di balik kemudi terburu- buru keluar untuk membukakan pintu untuknya. Dia tidak ingin membiarkan itu terjadi. Dia bukan seorang nona. Senja meraih barang bawaannya dan membuka pintu mobil. Saat dia sudah di luar keempat sosok itu semakin terlihat jelas.

Kakinya terpaku di depan pintu mobil itu, enggan untuk melangkah mendekati mereka. Apalagi di sana ada sosok yang begitu dikenalnya. Wanita yang dulu kerap kali ditangisinya.

Wanita itu melangkah mendekati Senja dengan terburu-buru, semakin dekat semakin terlihat jelas fitur wajahnya.

Sama.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang