Bab 11

1.4K 87 2
                                    

Happy Reading!!!

Jangan Lupa Vote dan Koment, Ya!!!

***

Pintu toilet terbuka. Dua orang perempuan masuk ke dalam toilet, mereka berjalan menuju kaca wastafel untuk merapikan riasan.

"Lo lihat nggak gayanya tadi? Dia pura-pura nggak peduli sama Adam padahal aslinya dia yang kegenitan. Agak sial sih kita harus kerja bareng dia." Wanita dengan rambut merah gelap berbicara pada temannya yang sibuk merapikan lipstiknya. Bergosip mengenai topik terpaas yang selalu mereka bicarakan di kala luang. Wanita itu adalah Vena salah satu staf di Derf. Dia sudah bekerja selama hampir tiga tahun di Derf.

"Sama Vian juga kayak gitu, dia pasti luar biasa. Mentang-mentang dia artis terkenal. Gayanya menurut gue makin songong. Wajahnya yang angkuh sesuai sama karakternya. Gue kasihan banget Adam yang terjebak sama dia." Balas Heni, yang juga merupakan staf di Derf.

"Senja bukannya dulu digosipkan nikah sama Vian? Makanya dia lama nggak muncul di TV. Jangan-jangan lagunya memang tentang mereka? Berani banget dia minta Vian buat jadi pemeran di video klipnya? Mau pamer sama Vian atau gimana?"

"Paling gosip doang, setelah itu Vian nggak ada tuh interaksi sama dia," Suara perempuan itu mengecil, "Gue malah dengar dia hamil di luar nikah makanya setahunan dia nggak muncul dimana-mana." Lanjutnya lagi.

"Hamil? Bukannya dia oplas ya? Dia vakum lama untuk proses penyembuhan pasca operasi. Ada gosip saat itu dia sering banget ke rumah sakit. Gue nggak percaya wajahnya itu asli. Pasti sudah dipermak sana-sini. Beda banget dibanding dulu."

"Atau dia rehabilitasi? Wajahnya mirip pencandu narkoba nggak sih? Gue yakin dia pasti pakai narkoba, kelihatan dari wajahnya." Mereka berdua tertawa setelah mengucapkan hal itu.

"Kalau nggak gara-gara keluarganya yang kaya raya mana mungkin dia bisa jadi penyanyi terkenal. Dia cuman memanfaatkan kekuasaan keluarganya, padahal yang lebih berbakat dari dia mah banyak." Vina menambahkan kembali.

Klak!

Suara kunci toilet yang diputar dari salah bilik toilet membuat keduanya berhenti tertawa, dan serentak menoleh, Heni yang akan merespon perkataan Veni menutup mulutnya kembali ketika menyadari bukan hanya mereka berdua yang ada di dalam toilet itu. Mereka akhirnya menyadari mereka berbicara tanpa mengecek apakah ada orang di dalam toilet. Meski gugup mereka berusaha tenang, dalam pikiran mereka, tidak mungkin juga ada yang melaporkan pembicaraan mereka pada Senja Ayupita.

Pikiran yang keliru. Mata keduanya membelalak ketika melihat sosok yang keluar dari dalam toilet.

Senja Ayupita, Jerit keduanya dalam hati. Bibir mereka sedikit terbuka. Terlalu terkejut.

Sementara itu Senja justru berjalan ke depan kaca wastafel tanpa menoleh. Mencuci tangan dan merapikan anak-anak rambutnya yang sedikit tidak rapi, lalu mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya. Wajahnya tampak santai, seakan tidak mendengar hal apa pun.

"Mau ke mana?" Ucapnya tanpa menoleh. Dia hanya melirik mereka dari cermin.

Kedua wanita yang hendak keluar dengan terburu-buru itu berhenti, tubuh mereka kaku. Seperti orang yang baru saja melihat hantu.

Senja menoleh pada dua perempuan itu, "Bukannya hanya orang bodoh yang akan membicarakan orang lain di toilet umum. Kalau nggak bodoh mungkin mereka nggak terlalu peduli dengan akibat yang terjadi. Bukanya itu artinya mereka percaya diri bisa menangani konsekuensi kalau ada yang mendengar? Kalian punya kekuasaan? Atau orang tua kalian kaya raya? Atau kalian bosan dengan pekerjaan kalian?" Tanyanya dengan nada main-main.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang