Happy Reading!!!
Jangan Lupa Vote dan Koment, Ya!!!
***
Suara merdu yang diiringi dengan beberapa alat musik terdengar jelas begitu Senja mendorong pintu kaca di depannya. Di dalam tempat itu beberapa pelayan lalu lalang mengantar pesanan.
Mungkin karena yang melewati pintu itu bukan hanya dirinya kehadiran Senja tidak terlalu menarik perhatian. Mungkin juga karena wajahnya yang tertutup masker sehingga tidak banyak yang mengenalinya. Atau bisa jadi karena fokus manusia-manusia yang datang adalah panggung yang terletak di tengah tempat ini. Di sekeliling panggung itu terisi meja-meja yang tersusun rapi dan terisi hampir penuh. Pemandangan biasa dari kafe yang selalu buka tempat pada jam 6 sore itu. Dari dulu selalu sama.
Waktu seakan berhenti di tempat ini. Memberikan Senja kenyamanan sekaligus kesuraman.
Namun Senja tidak sempat memperhatikan lebih jauh, dia segera melanjutkan langkahnya ke salah satu meja yang letaknya agak tersembunyi, meja itu berjarak cukup jauh dari meja-meja lain, dibalik beberapa pot bunga besar yang seakan menjadi dinding penghalang. Meski hanya bisa menutupi secara samar-samar. Kafe ini memang memiliki banyak pot yang berisi tanaman, baik asli maupun imitasi.
Senja menghela nafas lega begitu melihat meja yang ditujunya masih kosong. Walau memang meja itu lebih sering kosong. Mungkin karena tempatnya yang agak jauh dari panggung dan agak suram. Setiap kali Senja datang dia selalu duduk di tempat yang sama. Tidak peduli seramai atau sesepi apa kafe ini.
Senja sebenarnya tidak datang sendiri, Mia yang datang bersamanya masih di luar menerima telepon dari Ibunya. Tante Eliz. Senja tidak menunggu karena tahu pembicaraan di antara keduanya sering kali memakan waktu terlalu lama.
Senja melepas masker hitam yang menutupi wajahnya. Benda yang dibawanya ke mana-mana untuk mengurangi perhatian yang semakin meningkat ke arahnya. Walau bukan rahasia lagi bahwa Senja Ayupita adalah pengunjung tetap di kafe yang ini. Beberapa orang sering kali menemukan Senja di kafe itu. Dan itu sedikit mengganggu jika mereka justru memfokuskan tatapannya pada Senja. Senja harap malam ini dia bisa sedikit tidak menarik perhatian.
Kepalanya sudah terasa penuh dengan tingkah Cleo yang tiba-tiba pindah ke salah satu unit di apartemen yang letaknya sama dengan lantai apartemennya. Senja tidak membenci Cleo namun kehadirannya tidak menyenangkan untuk Senja. Semua tentang mereka bukan hal yang ingin Senja hadirkan dalam hidupnya.
Seorang pelayan menghampiri Senja, seorang laki-laki muda yang usianya mungkin belum genap dua puluh tahun. Matanya menatap lama pada Senja namun Senja segera menyebutkan pesanannya, tidak pernah berubah selama dia datang. "Saya pesan lemonade dan Lemon butter cake."
"...."
Tidak ada tanggapan. Laki-laki muda itu masih terpaku pada Senja.
"Lemonade sama lemon butter cake." Ulang Senja lebih keras.
"Ah, iya!" Ucap Pelayan itu dengan sedikit gelagapan, mencatat pesanan, tersenyum malu lalu beranjak pergi. Beberapa kali matanya mencuri lirik pada Senja, namun untung saja dia bersikap profesional.
Senja yang sekarang ditinggalkan sendiri bersandar lelah, matanya berpendar ke sekeliling. Menatap pemandangan yang entah kenapa dipertahankan sama meski waktu telah lama berlalu. Menghapus pikiran tentang Cleo. Mungkin lebih baik Senja meminta Cleo pindah, dia tidak ingin bertemu Ibunya lebih sering.
Sudah hampir seminggu sejak pertemuan keluarga yang tidak seperti keluarga itu terjadi. Dan meski Senja berusaha mendapatkan mood-nya kembali, masih ada jejak tidak nyaman yang enggan menghilang. Entah karena sang Ibu atau karena perilaku kekanakannya sendiri pada saat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
About Us (Tamat)
ChickLitSenja dan Saka sudah lama menyerah, bagi mereka hidup hanya tentang bertahan, ada dinding batas yang sulit untuk mereka runtuhkan. Mereka pernah bahagia bersama, namun perpisahan menyakitkan terjadi ketika mereka hanya memiliki satu sama lain. Bert...