Bab 29

926 80 6
                                    

Hai!!!! Akhirnya kita sampai di salah satu bab yang ditunggu-tunggu...

Jangan lupa tunjukkan antusiasmenya dengan vote dan comment, Ya!!

Happy Reading!!!!

***

Senja menatap rumah besar Dares Mahendra dengan perasaan enggan, terdengar bising saat dia membuka pintu.

Suara musik di setel nyaring.

Matanya mengarah pada orang-orang yang tidak dikenalnya. Di tengah itu semua Senja melihat Hikam yang duduk di antara keriuhan manusia. Laki-laki itu melambai dan menghampirinya. Sikapnya itu teman-temannya ikut menoleh ke arah Senja. Mata Hikam sedikit merah dan tidak fokus.

"Kamu sudah pulang? Aku dan teman-temanku sedang bermain. Maaf kalau sedikit berisik."

"Nggak apa-apa." Jawab Senja tenang, enggan mengomentari. Lagi pula ini adalah rumah Hikam. Sudah seminggu sejak Dares Mahendra, Isla, dan Cleo tidak ada di rumah karena transplantasi jantung Cleo, jadi apa pun yang dilakukan Hikam di rumah ini, tidak ada yang berhak melarangnya.

Meski itu adalah pesta saat adiknya sedang bertaruh nyawa di rumah sakit.

"Mau ikut gabung? Biar aku perkenalkan teman-temanku." Tawar Hikam ramah dengan senyum andalannya. Ramah dan sopan. Sekilas mirip dengan Cleo. Hanya saja Senja tidak pernah nyaman dengan senyuman Hikam.

"Nggak usah. Aku mau istirahat saja." Tolaknya.

Hikam terdiam sejenak, lalu kembali tersenyum. "Oke. Kamu istirahat saja."

Senja segera melewati Hikam, matanya sempat melirik meja tempat teman-teman Hikam berkumpul,. Di atas meja berserakan botol minuman beralkohol, bungkusan putih, bungkusan pil, dan jarum suntik. Senja berusaha tidak memedulikannya. Apa pun yang dilakukan Hikam bukan urusannya.

Dia segera masuk ke dalam kamarnya.

Setelah mandi, dia meraih obat pereda demam dari dalam tasnya. Malam ini sebenarnya dia sedang sakit. Seluruh tubuhnya terasa lemas, setelah meminum obatnya, Senja merogoh tasnya untuk mencari ponselnya. Setelah lima menit mencari dia tidak kunjung menemukannya. Menghela nafas kesal saat memikirkan bahwa dia sepertinya meninggalkannya di mobil Mia. Dia menyerah, mengurungkan niatnya yang sebenarnya ingin menghuungi Saka. Kesibukan dan perbedaan waktu membuat mereka harus menyesuaikan waktu untuk saling menghubungi. Padahal banyak hal yang malam ini ingin dia ceritakan pada Saka. Tentang bagaimana sebentar lagi lagunya akan dirilis, tentang bagaimana film yang diperankannya juga akan segera tayang, dan yang terbaik di atas segalanya adalah tentang kondisi Ayahnya yang semakin membaik. Rencananya besok Senja akan mengunjungi Ayahnya di rumah sakit. Bercerita sehingga mungkin hal itu akan membuat Ayahnya lebih cepat bangun. Rencana-rencana dikepalanya itu muncul saat dia membaringkan tubuhnya dan membungkus dirinya dalam selimut. Dalam banyak khayal bahagia itu tidak butuh waktu lama hingga kantuk menderanya.

Malam semakin larut. Dan Senja sudah terlelap.

Kriet!!!!!!!

Kamar Senja gelap, hanya ada cahaya yang masuk dari jendela kamar. Dalam tidurnya Senja tidak menyadari saat seseorang perlahan mendekatinya. Selimut yang membungkusnya perlahan dibuka.

Sentuhan pada tubuhnya akhirnya membuat Senja perlahan terbangun. Butuh beberapa detik hingga dia benar-benar tersadar. Seseorang mencoba menelanjanginya.

"Hmphhh!!!!"

Terlambat!

Mulutnya dibekap.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang