Bab 7

1.4K 110 0
                                    

Bab Ini Full Flashback ya!!!!!! Jangan Lupa Vote dan Koment, Ya!!!!!!!!

****

Sepuluh tahun yang lalu.

"Saka?!"

Suara yang seseorang yang baru datang membuat Saka yang sedang bersandar sembari memejamkan matanya akhirnya terusik, membuka kelopak matanya dengan lelah. Awalnya Saka berusaha mengabaikannya, namun ketika namanya dipanggil untuk kedua kalinya Saka akhirnya tahu gadis itu tidak akan pergi begitu saja. Saka berdiri, menatap gadis yang memanggil namanya itu.

Melihat keberadaan Saka gadis itu segera mendekati Saka. Berdiri di depannya dengan raut wajah tampak lega.

Saka mengenali gadis itu sebagai salah satu teman satu angkatannya. Kalau tidak salah namanya Ava. Saka tidak terlalu mengenalnya, namun gadis itu sering muncul dalam cerita Erik. Cerita sepintas lewat yang lebih sering Saka abaikan. Namun akhir-akhir ini pertemuannya dengan gadis itu semakin meningkat. Setiap kali Saka bertemu Erik gadis ini kerap muncul. Sekali lihat Saka sudah tahu bahwa Erik menyukai gadis di depannya ini. Wajar. Ava adalah salah satu gadis paling populer di angkatannya.

Wajahnya cantik, ramah, baik dan mudah bergaul dengan siapa saja. Itu adalah pujian yang sering dilontarkan Erik untuk gadis di depannya. Yang tentu saja tidak terlalu penting untuk Saka.

"Ternyata lo beneran ada disini." Ava berucap dengan senyum lebar. Lega karena Saka sungguh berada di tempat ini, awalnya dia ragu untuk naik ke tempat ini, gedung terbengkalai ini penuh debu dan cukup suram, bukan tempat yang akan ditujunya jika bukan karena laki-laki di depannya ini.

"Kenapa?" Tanya Saka singkat. Saka bahkan tidak bertanya dari mana gadis itu tempat ini. Gadis itu pasti mendengar cerita dari Erik. Si bodoh itu entah apa yang dipikirkannya hingga memilih membiarkan Ava datang ke tempat ini.

"Besok malam bisa lo datang ke acara ulang tahun gue?" Ava menyampirkan rambutnya ke belakang telinga, menunggu jawaban dengan harap.

"Acara di tempat gue kerja, kan?" Saka membalas singkat sembari memasukkan barang-barangnya ke dalam ranselnya. Saka sudah mendengar dari Erik bahwa gadis di depannya menyewa seluruh kafe untuk acara ulang tahunnya, dan itu adalah kafe tempat Saka bekerja sebagai pelayan. Saka tidak terlalu peduli meski teman-teman satu angkatannya akan datang dan Saka harus melayani mereka. Ulang tahun gadis itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya.

"Maksud gue bukan seperti itu. Besok malam lo nggak perlu bekerja, datang saja sebagai tamu untuk acara ulang tahun gue. Gue bisa ngomong ke manajer lo kok."

"Hah.." Saka menghela nafas. Lagi-lagi seperti ini. Tanpa menjawab Saka hendak beranjak pergi namun tangannya segera di tahan oleh Ava.

"Tunggu. Gue belum selesai bicara." Ava menggigit bibirnya, kentara sekali wajahnya gugup. "Lo bisa datang, kan?"

"Gue kerja, jadi pasti gue datang. Nggak ada hal penting lagi kan? Jadi lepas." Balas Saka datar.

"Tunggu!" Ava menarik nafas pelan. Sebelum kembali bicara, "Lo pasti tahu gue menyukai lo, kan? Lo mau jadi pacar gue, Saka?" Ava akhirnya memilih mengungkapkan perasaannya. Dia sudah sering menerima pernyataan cinta dari orang lain, namun ini pertama kalinya dia mengungkapkan perasaannya.

Hening. Hembusan angin yang bertiup membuat suasana di antara mereka semakin suram. Saka mendesah lelah, gadis di depannya ini pasti tahu dia berteman dengan Erik, dan seluruh teman satu angkatannya tahu bahwa Erik menyukai Ava. Namun gadis ini tetap mengungkapkan perasaannya pada Saka tanpa ragu.

Saka yang sedari tadi hanya menatap sekilas Ava, akhirnya menatap tepat mata gadis di depannya. "Nggak." Balas Saka tanpa emosi.

Namun Ava masih tidak menyerah, "Gue tahu lo sibuk bekerja, gue bisa ngertiin lo kok. Daripada lo kerja dan ganggu kuliah lo, gue bisa bantu lo. Gue nggak keberatan Saka." Ucapnya buru-buru, memberanikan dirinya lagi karena tidak ingin menerima penolakan dari Saka. Simpang siur tentang Saka yang melakukan apa pun untuk uang sering terdengar di antara teman-temannya, namun hal itu tidak membuat gadis-gadis yang menyukai Saka berhenti mendekati laki-laki itu. Dan Ava termasuk dalam gadis-gadis itu. Dia percaya diri dengan penampilan dan daya tariknya. Beberapa bulan ini mereka mulai dekat. Meski dengan perantara Erik.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang