Bab 25

1.1K 95 4
                                    

Hai....Apa masih ada yang menunggu cerita ini di wattpad?

Jangan lupa tinggalkan Vote dan Comment, Ya!!!!

Happy Reading!!!

***

Saka turun dari taksi. Mengamati gedung apartemen yang merupakan pilihan terakhirnya. Dia tidak membatalkan niatnya untuk pulang ke Indonesia. Belum istirahat meski perjalanan panjang membuat kondisinya yang sejak awal sudah buruk menjadi lebih parah.

Awalnya Saka menuju rumah Dares Mahendra tetapi satpam mengatakan tidak ada siapa pun di rumah itu saat ini. Saka tahu tentang Dares Mahendra, Istrinya, dan Hikam sedang menemani Cleo pasca operasi transplantasi jantung Cleo. Maka harusnya tinggal Senja. Tetapi nyatanya Senja juga tidak ada. Saka juga datang ke kampus tetapi menurut teman-teman Senja, gadis itu mengambil cuti. Dia juga datang ke Derf tetapi hasilnya sama. 

Nihil. 

Senja seperti menghilang. Mungkin hanya kenekatan yang membawanya ke tempat ini. Dia ingat Senja sejak dua bulan lalu berencana untuk pindah. Gadis itu mengatakan bayaran untuk film pertamanya cukup untuk menyewa apartemen studio selama setahun.

Saka sekali lagi menelpon Mia. Masih belum dijawab. Kenapa dia tidak menelpon Senja? Saka tersenyum pahit. Dadanya berdebum dengan rasa takut. Sesuatu yang sudah lama tidak dirasakannya. Saka masuk ke dalam gedung apartemen. Lift mengantarkannya ke lantai unit yang di sebut Senja. Saka menatap pintu-pintu yang tertutup di sepanjang lorong apartemen itu. Kakinya melangkah menuju pintu terdekat.

Mengetuk. Bertanya. Meminta maaf.

Mengetuk. Bertanya. Meminta maaf.

Mengetuk. Bertanya. Meminta maaf.

Siklus itu berulang beberapa kali. Saka tidak tahu unit mana yang ditempati Senja, dia hanya terlalu putus asa. Sampai pada ketukan yang entah ke berapa dia sampai pada sesuatu yang dicarinya. Harapan yang dicarinya.

Senja keluar, menutupi tubuhnya dengan bathrobe.

"Senja," Panggil Saka.

Senja menutup pintu, "Aku nggak akan berubah pikiran, jadi kembalilah." ucapnya pelan enggan menatap Saka.

Saka menggeleng, "Aku sudah kembali, tidak perlu lagi melanjutkan kuliahku. Ada beberapa tawaran pekerjaan dari teman kuliahku. Aku bisa menemani kamu. Aku nggak akan kemana-mana. Jadi....Jangan begini. Katakan saja apa kesalahanku. Apa aku membuat kamu marah? Kalau begitu aku minta maaf." dia menjilat bibirnya yang kering karena cemas.

Senja menarik nafas lama, sebelum menatap Saka. Dingin. "Sudah aku bilang nggak akan ada yang berbeda. Kesalahan? Aku nggak mencintai kamu lagi. Mungkin itu kesalahannya. Perasaan manusia memang berubah dengan cepat. Aku hanya seperti manusia lainnya. Jadi berhenti keras kepala. Mau kamu melakukan apa pun nggak akan ada yang berubah."

Mata Saka memerah, lalu kembali menggeleng."Nggak masalah jika kamu nggak mencintai aku lagi. Hanya saja jangan buang aku seperti ini. Kumohon Senja." dia mengiba pada Senja. Melangkah maju, mencoba meraih tangan Senja.

Plak!

Tepisan kuat terjadi ketika Saka baru menyentuh ujung jari Senja. Gadis itu segera menyembunyikan tangannya, "Jangan sentuh aku." Ucapnya sungguh-sungguh.

Saka tersenyum pahit. Rasanya menyakitkan. Tepisan itu nyatanya tidak melukai tangannya. Tetapi rasa jijik saat Senja menampik sentuhan tangannya itu benar-benar nyata. Rasanya Saka seperti kotoran.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang