Bab 15

1.2K 89 0
                                    

Happy Reading!!!

Jangan Lupa Vote dan Koment, Ya!!!

***

Malam sudah larut, tidak tampak adanya bulan dan bintang, hanya ada awan gelap yang menyatu dengan gelapnya malam. Langit lagi-lagi sedang mendung. Angin yang menggoyangkan dedaunan menunjukkan bahwa tidak lama lagi akan hujan.

Dari sekian banyak kesialan yang bisa terjadi, Senja harusnya sudah menghabiskan semuanya, tetapi ternyata masih banyak tersisa. Dia baru menyadari tadi pagi bahwa buku yang memuat lirik lagu yang ditulisnya tidak ada. Senja berusaha mencarinya kesana-kemari namun masih tidak dapat ditemukan. Hasilnya sudah bisa diduga hanya ada satu tempat dimana buku yang berisi semua lirik lagunya itu tertinggal. Satu-satunya tempat di mana Senja mengeluarkan bukunya dua hari yang lalu.

Sky'Cafe.

Dan di sinilah Senja akhirnya berada. Mengendarai mobilnya seorang diri, tanpa Resti yang sudah terlebih dahulu Senja minta untuk pulang. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Pukul 23.53. Senja sengaja datang ke Sky'Cafe saat kafe ini sudah hampir tutup. Menghindari hal-hal tidak diinginkan. Walau hanya satu hal yang tidak diinginkannya.

Bertemu Saka.

Senja mendorong pintu kafe, tempat itu sudah sepi.Hanya ada beberapa staf yang sedang membereskan meja-meja. Mata mereka menoleh pada Senja yang masuk. Wajar saja. Ketika Senja masuk tanda open di kafe tepat dibalik. Cafe tutup.

Senja akan berjalan menuju salah satu pelayan, namun matanya bertemu dengan mata laki-laki yang duduk di meja yang biasa Senja duduki.

Rupanya tidak ada gunanya dia datang tengah malam.

Senja melanjutkan langkahnya, menuju meja yang telah diduduki Saka.

***

Kedua orang itu duduk berhadapan. Mereka tidak terkejut dengan kehadiran masing-masing. Mata mereka berpendar dengan sama tenangnya. Hingga tidak ada yang tahu apa yang mereka rasakan kecuali diri mereka sendiri. Bahkan mereka pun mengelak apa yang mereka rasakan.

"Aku datang untuk mengambil buku milikku." Senja memulai percakapan lebih dulu. Suaranya terdengar tenang tanpa emosi. Dia langsung mengatakan tujuan kedatangannya.

"Buku ini? Tengah malam?" Saka mengulurkan buku yang berada di telapak tangannya.

"Iya. Aku baru selesai dari event yang ada di dekat kafe ini. Jadi sekalian saja aku datang mengambil bukuku yang tertinggal. Aku juga nggak menyangkan bahwa pemilik kafe ini sendiri yang akan menjaga buku miliku." Senja berusaha bersikap santai.

"Kenapa kamu masih menyimpannya?" Ujar Saka sembari menatap buku dengan sampul berupa goresan wajah Senja yang tersenyum lebar. Tentu Saka mengenal baik buku di tangannya.

Bagaimana tidak?

Setiap goresan yang membentuk rupa Senja itu dibuat oleh Saka. Saka bahkan ingat bagaimana senyum Senja ketika menerima buku ini. Sama persis dengan sketsa pada sampul buku ini.

Tangan Senja yang berada di atas meja terkepal, namun dia tidak mengalihkan tatapan matanya dari Saka, "Karena itu milikku." Jawabnya kaku, "Adalah hakku untuk menentukan apakah aku ingin menyimpan atau membuangnya. Aku bukan tipikal orang yang akan membuang barang dari mantanku."

Seolah-olah dia punya mantan selain Saka, pikir Senja mengejek dirinya sendiri.

Buku dengan sampul sketsa wajahnya tersebut adalah pemberian dari Saka. Hadiah ulang tahun yang selama delapan tahun ini disimpan oleh Senja. Setiap kertas berisi lirik lagu yang ditulis Senja selama ini. Buku itu memang penting untuk Senja.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang