Bab 5

1.6K 105 0
                                    

Tangan Senja membeku, pisau terlepas dari genggamannya. Dan suara denting pisau itu membuat tatapan laki-laki yang baru datang itu mengarah padanya. Mata mereka akhirnya bertemu, bertaut sesaat namun terasa begitu lama. Mata tajam itu menghanyutkan Senja, bertahun-tahun tidak bertemu bukan berarti Senja akan lupa. Bagaimana mungkin Senja akan lupa? Jika mata itu pernah menjadi mata yang paling disukainya.

"Kak Senja," Panggil Cleo.

Suara itu menyadarkan Senja, membuatnya segera mengalihkan tatapannya dari laki-laki itu.

Pengecut? Senja tahu itu.

Dia terlalu terkejut melihat laki-laki itu, Senja menarik nafas pelan pelan untuk menenangkan dirinya.

Tidak apa-apa.

Kenapa Senja harus terkejut? Dia harusnya sudah menduga. Sejak awal dia tahu suatu saat mereka akan bertemu lagi. Bahkan pertemuan mereka terjadi lebih lama dibanding yang pernah dibayangkan. Siapa yang akan mengira laki-laki itu tidak akan kembali bahkan setelah delapan tahun?

'Jangan berpura-pura bodoh. Jelas-jelas itu salahmu." Cibir Senja pada dirinya sendiri. Siapa yang mau disalahkannya?

Seorang pelayan mengambil pisau yang jatuh kemudian meletakkan pisau yang baru untuk Senja. Memberikan waktu pada Senja hingga akhirnya dia mendapatkan kembali ketenangannya.

Suara kursi yang di tarik di sebelah Cleo membuat Senja mengangkat kepalanya. Di sisi itu dia bisa melihat laki-laki itu dengan jelas. Saka. Benar, laki-laki yang tidak Senja duga adalah Saka.

"Saka. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami bertemu dengan kamu. Terakhir kali kalau tidak salah empat tahun lalu saat kami mengunjungi Cleo, kan? Kamu benar-benar tumbuh dengan baik." Seru Dares Mahendra antusias. "Ibu pasti senang melihat kamu yang sekarang. Ibu sudah menganggap kamu seperti cucunya sendiri. Kamu juga memutuskan untuk pulang dan menetap seperti Cleo?" Sambutnya pada anak laki-laki yang dulu dibiayai oleh Ibu mertuanya.

Ibu mertua yang dimaksud oleh Dares adalah Ibu dari istri pertamanya. Atau bisa dibilang nenek kandung dari Cleo. Sosok yang dulu sering memberikan perhatian pada Saka yang merupakan anak yang dirawatnya. Kebaikan yang mungkin membuat Saka mampu bertahan hingga sampai di posisinya saat ini.

"Tidak, Om. Saya belum memutuskan untuk menetap. Ada pekerjaan yang membuat saya memutuskan untuk datang mengawasinya secara langsung." Balas Saka.

Aneh. Rasanya aneh mendengar suara dingin itu kembali.

"Sayang sekali. Entah apa yang terjadi dengan kalian semua. Kalian sangat betah tinggal di luar negeri hingga lupa untuk pulang." Ujar Dares menyayangkan. "Lalu bagaimana dengan hubungan kalian berdua? Baik-baik saja?" Sambungnya.

"Papa!" Cleo memanggil kesal. Dia lalu melirik ke arah Senja. Namun Senja yang telah berhasil mengusai dirinya tidak tampak terganggu.

"Baik. Papa tidak akan ikut campur dalam hubungan kalian." Dares mengangkat kedua tangannya menyerah. Namun senyum kecil yang terbit di bibirnya menunjukkan bahwa dia punya penilaian sendiri terhadap hubungan mereka.

"Saka, kamu ingat Senja, kan? Dulu kamu pasti sering melihat Senja juga ketika mengajarkan Cleo." Isla ikut menyambut Saka. Perkataan itu membuat Saka menatap ke arah Senja.

Butuh beberapa detik hingga Saka menjawab.

"Tentu. Saya ingat." Balas Saka masih belum melepaskan tatapannya dari Senja.

"Senja juga ingat, kan?" Isla sekarang menantikan respons Senja.

Senja mengedik, "Entah lah, aku tidak yakin." Senja kembali mengiris daging dalam piringnya, tidak peduli akan tatapan orang lain.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang