Bab 21

1K 80 1
                                    

Hai  Semuanya!

About Us lanjut lagi nih!!! Jangan lupa Vote dan Koment, Ya!!!

Happy Reading!

Selamat Membaca!


Senja melambaikan tangannya pada Saka yang berdiri di depannya, melepas masker dan menurunkan kacamata yang dikenakannya. Dia memasang wajah seperti tidak ada masalah. Sementara Saka yang biasanya tanpa ekspresi sekarang terlihat kehabisan kata-kata dengan keberadaan Senja. Akan tetapi wajah terkejut Saka tidak menyurutkan semangat Senja, justru akan lebih aneh jika Saka tidak terkejut.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Saka.

"Bertanggung jawab atas kondisimu." Jawab Senja lugas. Apa lagi? Bagaimana mungkin dia lepas tangan begitu saja setelah menjadi penyebab tangan laki-laki itu terluka. Senja keluar dari rumah sakit kemarin sore. Dan sejak saat itu hingga beberapa menit lalu dia masih dalam kebimbangan apakah keputusannya saat ini tepat atau tidak. Dan putusan akhir dibuat saat pintu apartemen Saka dibuka.

Dahi Saka mengerut, "Sudah kukatakan tidak perlu. Aku bisa mengurus semuanya sendiri."

"Itu menurut kamu. Tetapi menurutku nggak seperti itu. Salahkan dirimu sendiri yang melibatkan diri. Jika kamu mengabaikanku begitu saja, aku juga nggak harus bertanggung jawab. Semua ini dimulai karena kamu. Jadi biarkan aku bertanggung jawab. Bertahanlah sampai jahitanmu dilepas." Jelas Senja tidak membiarkan Saka menolaknya. "Boleh aku masuk sekarang? Barang bawaanku lumayan berat." dia mengangkat kedua tangannya yang memegang beberapa tas belanja.

Saka memijit keningnya, tiba-tiba merasa pusing.

"Karena kamu diam saja maka aku anggap jawabannya iya," Senja melewati Saka yang masih mematung di depan pintu. Berjalan memasuki apartemen Saka, langsung menuju ke pantri untuk meletakkan barang belanjaannya.

Mengeluarkannya satu persatu tanpa peduli akan tatapan Saka. Senja sudah menebalkan wajahnya, dia mencoba berpura-pura tidak peduli. Lagi pula bagaimana mungkin setelah Saka terluka karenanya dia hanya akan menganggap itu angin lalu. Jahitan laki-laki itu kembali terbuka pasti karena Saka terlalu banyak bergerak saat merawatnya.

Sejujurnya ini pertama kalinya Senja menempatkan dirinya pada posisi yang tidak dinginkan. Memaksa masuk pada sebuah tempat setelah ditolak sang pemilik. Tetapi tidak masalah, Saka hanya perlu bertahan sampai lukanya sembuh sebelum kembali mendapatkan hidup tenangnya.

Tanpa ada Senja.

Setelah dirinya menyakiti Saka, dia telah mengeliminasi dirinya sendiri dari hidup laki-laki itu, pertemuan yang terjadi sebelumnya adalah rentetan kejadian yang mungkin terjadi pada seorang kenalan, mereka hanya akan bersinggungan tanpa saling berhenti. Meski tampaknya saat ini hal itu akan ditunda lebih dulu.

"Aku akan datang merawatmu hingga jahitannya dilepas. Kamu juga bisa menelpon jika ada kebutuhan yang ingin kamu beli, atau ada sesuatu yang sulit kamu lakukan. Seperti yang kamu tahu Mia mengosongkan jadwalku untuk beberapa minggu ini jadi aku akan tinggal beberapa jam di apartemenmu. Memastikan kegiatan sehari-hari kamu tidak bermasalah. Tetapi jika aku sedang nggak bisa, aku akan meminta bantuan Resti." Jelas Senja.

"Kamu yang baru saja keluar dari rumah sakit merawatku? Aku lebih cemas kamu akan lebih merepotkanku." Saka berdiri di depan pantri. Menatap barang bawaan Senja, "Sebenarnya apa yang mau kamu lakukan? Bisa berhenti melakukan hal yang membuatku muak?" Suara Saka terdengar tajam. Tatapan mata itu menghujam Senja.

Senja mengeratkan genggamannya pada keliman baju, tersembunyi di balik pantri sehingga Saka pun tidak menyadari Senja berusaha menyembunyikan perasaan miris yang menderanya. "Tidak ada. Tidak ada yang ingin kulakukan. Aku nggak bermaksud melakukan apa pun yang membuat kamu muak, Saka. Tetapi jika kamu merasa seperti itu mungkin keberadaanku saja sudah membuat kamu muak." Jawabnya tenang.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang