Bab 37

965 83 6
                                    

Siapa nih yang masih penasaran dengan kelanjutkan kisah Senja dan Saka?

Kalau penasaran jangan lupa tinggalkan vote dan comment, ya. Biar makin semangat updatenya...

Happy Reading!!!

***

Dua hari kemudian Saka tiba di Semarang. Datang untuk mencari tahu sesuatu yang tidak dia tahu. Jika dipikir lagi ada banyak kemungkinan kalau terjadi sesuatu pada Senja hanyalah perasaannya saja. Perubahan Senja mungkin saja Saka sikapi secara berlebihan.

Karena itu dia butuh sesuatu untuk memastikan semuanya.

Mas Saka toh," Kata wanita paruh baya itu terlihat mengenali Saka. "Saya Bu Tika, saya dulu sering membuat cemilan buat non Cleo kalau Mas Saka datang untuk mengajari non Cleo." Ibu itu mencoba mengingatkan. "Sudah lama sekali, saya nggak nyangka orang yang nyari saya itu Mas Saka."

Jika diperhatikan lagi, wajah Bu Tika memang tidak asing. Saka memang pernah melihatnya beberapa kali saat Saka memberi les Cleo. "Saya memang yang mencari ibu, saya dengar ibu mau bicara, jadi saya datang secara langsung."

Bu tika meremas-remas tangannya gugup, keraguan tergambar jelas di wajahnya. "Katanya Mas Saka pengen tahu yang terjadi dulu di rumah? Buat apa, ya?"

Saka meletakkan amplop dan mendorongnya ke arah Bu Tika, "Saya hanya ingin tahu apa yang terjadi hingga semua pekerja diberhentikan. Bu tika bisa memberitahukan dengan jelas?"

Bu Tika ragu-ragu mengambil amplop yang diulurkan Saka, mengintipnya sedikit lalu memeluknya setelah melihat isinya.

"Saya sebenarnya nggak tahu jelas apa alasannya. Banyak pekerja lain yang nggak terlalu tahu juga. Tapi yang saya ingat kami diberhentikan setelah non Senja masuk rumah sakit. Ibu sama bapak buru-buru pulang ke Indonesia padahal sebelumnya mereka lagi di luar negeri untuk menemani operasinya non Cleo."

Saka mengangkat tangannya, "Tunggu. Senja masuk rumah sakit? Kenapa dia bisa masuk rumah sakit?"

Bu Tika terlihat cemas, dia sepertinya ingin menghindari topik ini, tetapi di bawah tatapan Saka Bu Tika tidak bisa mengelak.

"Saya hanya tahu sedikit, itu pun gara-gara saya mengintip saat ambulans membawa non Senja. Dari jauh saya melihat muka non Senja hampir nggak dikenali. Wajahnya...sepeti dihajar. Babak belur dan mengeluarkan banyak darah. Ngeri sekali. Waktu itu temannya non Senja yang menelpon ambulans dan menemani ke rumah sakit, kami nggak diizinkan mendekat."

Deg.

Apa ini?

Saka mengepalkan tangannya. Dihajar? Senja?

Mendengarnya saja sudah membuat Saka perasaannya tidak karuan.

"Siapa yang memukulnya?"

"Masalah itu saya nggak tahu. Rumah saat itu lagi ramai. Hmm saya nggak ingat lagi kenapa ramai....Oh, saya ingat! Den Hikam sama temannya lagi ngumpul. Ada banyak orang. Sampai tengah malam pun masih ramai. Pegawai lain di rumah belakang, jadi nggak ada yang tahu." Kata Bu Tika mencoba mengingat. "Pas ambulans dipanggil teman-teman Mas Hikam baru pulang, dan non Senja dibawa ke rumah sakit. Nggak lama setelah itu non Senja jadi terkenal banget, sudah jadi artis. Tapi saat itu kami semua sudah diberhentikan. Kami diberikan pesangon yang banyak dan diminta nggak bicara banyak mengenai masalah itu. Jadi Mas Saka...bisa tolong saya untuk nggak ngomong sama siapa-siapa kalau saya ngasih tahu mas Saka?"

"Nggak ada lagi yang ibu ingat?"

"Nggak ada lagi." Kata Bu Tika.

Percakapan itu berakhir setelah Saka memastikan tidak ada lagi yang perlu dia tahu. Informasi yang diperolehnya terbatas. Tetapi cukup untuk membuat Saka mengerti beberapa hal.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang