Bab 27

990 77 3
                                    

Hai Semua pembaca cerita Saka dan Senja! 

Jangan Lupa Vote dan Comment!

Happy Reading!

***

Suara ketukan menghentikan segala pikiran yang terikat di benaknya tentang Saka. Dia segera membuka pintu toilet. Memutar mata malas saat mengetahui ternyata dua orang itu masih menunggunya. Dia enggan meladeni.

"Kita bicara sebentar." Evan menahan tangan Senja.

Plak!

Sentuhan yang langsung ditepis Senja, "Kotor." Desisnya. Lalu menatap Evan, "Jangan salah paham, maksudku, tanganku kotor. " Senja mengangkat kedua tangannya sembari tersenyum, "Kan aku baru dari toilet."

Meski Senja mengatakan hal itu, dia justru mengeluarkan tisu basah untuk mengelap pergelangan tangan yang baru disentuh Evan. Wajah kesalnya tidak berusaha dia sembunyikan. Dia memicingkan matanya pada kedua manusia di depannya, "Bukannya kalian sudah terlalu lama di sini? Mau masuk lagi? Masih kebelet? Kalian harus ke rumah sakit kalau sampai seperti itu. Mungkin ada masalah dengan tubuh bagian bawah kalian. Maksudku saluran pencernaan." Senja tersenyum polos. "Itu hanya saran dan kepedulian. Sekarang bisa kalian minggir? Membuat keributan di sini akan lebih merugikan untuk kalian." 

Senyuman hilang berganti tatapan tajam. Dia berjalan menjauh tanpa peduli akan kedua orang itu. Menuruni undakan tangga dengan wajah tidak peduli.

Langkahnya kembali terhenti, di bawah tangga ada Kara yang sedang menatap ke arahnya, Senja memiringkan kepalanya melihat wajah pucat pasi Kara. Namun hanya mengedikkan bahu, dia tidak punya niat ikut campur dalam urusan mereka, apa pun keputusan Kara, baik melanjutkan langkahnya menemui Evan atau berpura-pura tidak tahu. Dia tidak peduli.

"Lo merasa gue sangat menyedihkan, kan?" Lirih Kara.

"Kenapa aku harus merasa seperti itu?" Senja menaikkan sebelah alisnya.

"Because you hate me. Pasti terasa lucu karena gue memperjuangkan Evan padahal lo bisa dengan mudah mendapatkannya. Dan gue justru berakhir seperti ini. Lo punya semua yang gue mau tanpa perlu bersusah payah."

Keluh kesah Kara tidak membuat Senja tersentuh. Matanya masih sedingin biasanya.

"Hate? Maaf, tapi perasaaanku ke kamu nggak sedalam itu. Aku nggak punya sisa kebencian lagi untuk dibagikan. Aku sudah memberikannya terlalu banyak pada orang lain. Dan jujur saja kamu hanya ingin mendapatkan Evan karena dia menyukaiku. Berhenti melakukan hal itu. Aku nggak mengerti kenapa kamu selalu membandingkan dirimu denganku, Kara. Kamu tidak akan pernah mau menjadi aku. Karierku? That's all i have."' Senja sudah menjauh beberapa langkah dari Kara saat dia kembali bicara. "Dan kata menyedihkan nggak cocok untukmu. Nggak bermaksud untuk menyepelekan masalahmu, tetapi kamu hanya kehilangan kotoran. Bukankah ini adalah hal baik? Seharusnya saat ini kamu mengadakan pesta perayaan. Undang aku. Aku akan mempertimbangkan untuk datang dan memberikan selamat dengan lebih tulus." Sambungnya melanjutkan langkah.

Dia tidak akan repot-repot mengulurkan tisu atau menepuk bahu Kara, mereka tidak sedekat itu.

***

"Adam tadi titip pesan, dia harus balik duluan." Info itu menyambut Senja saat dia duduk.

"Oh, oke."

"Kamu nggak terdengar tertarik sama sekali." Geleng Mia. "Eh, sepertinya Evan melihat ke arah sini terus menerus. Is he crazy or what?"

Senja mengedikkan bahunya, "Dia nggak punya akal dan pikiran, jadi nggak mungkin untuk menjadi gila." Jawab Senja tak acuh.

Mia memutar matanya malas, "Jangan sampai didengar Kara, masuk berita gosip karena perkelahian itu norak banget. Tapi kenapa sepupunya Kara juga melihat ke arah sini?"

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang