Selamat Membaca!!!!!! Jangan lupa tinggalkan Vote dan koment, Ya!!!!!!!!!
***
Ramai. Saka memandang dari jauh kerumunan reporter yang mengelilingi seorang wanita dengan tatapan tenang, mengamati hingga wanita itu tidak lagi terlihat oleh netranya. Di antara ramainya manusia, wanita itu mungkin yang paling bersinar. Mungkin sejak dulu.
Di samping Saka seorang wanita ikut menatap ke arah di mana pandangan Saka tertuju, dia tidak menegur Saka. Cleo justru ikut menatap lama ke tempat itu.
Abi yang baru membeli dua gelas kopi ikut berhenti di sebelah mereka. Menatap ke arah yang di tatap oleh atasannya. Namun dia tidak melihat apa pun selain kerumunan yang jauh lebih ramai dibandingkan sekitarnya.
"Pak, sudah di tunggu taksi." Peringat Abi.
Saka tidak membalas, masih menatap mobil yang ditumpangi wanita itu hingga hilang dari pandangannya. Barulah setelah itu, Saka melanjutkan kembali langkahnya, menuju taksi yang sudah mereka pesan. Supir taksi itu keluar segera membantu Saka dan Abi meletakan koper mereka ke dalam bagasi, tersenyum ramah bersiap mengantarkan mereka ke tujuan.
Sembari menunggu barang dimasukkan Saka menoleh ke arah Cleo, "Kamu dijemput?"
"Iya, Papa sudah terlalu bersemangat." Mata Cleo beralih pada sopir pribadi Ayahnya yang datang untuk menjemput, jika tidak ada rapat penting mungkin Ayahnya yang akan menjemputnya. Dia menoleh kembali ke arah Saka, "Kak Saka jangan lupa janji kakak ya?" Peringatnya yang dibalas anggukan Saka. Cleo tidak masalah dengan respon singkat Saka. Laki-laki itu memang selalu seperti itu.
"Bye, Kak. Bye, Abi. Hati-hati di jalan." Cleo melambaikan tangan menuju ke arah mobilnya, barang-barangnya sudah di tarik lebih dulu oleh sang supir.
Saka menatap Cleo, wanita itu melambaikan tangan penuh semangat dengan senyum lebar tersampir di bibirnya. Setelah Cleo masuk ke dalam mobilnya, Saka pun masuk ke dalam taksi. Semua barang mereka selesai dimasukkan ke dalam bagasi, begitu pintu ditutup taksi itu pun melaju melintasi kota yang Saka kira tidak akan pernah didatanginya lagi.
Saka menatap jalanan, menikmati kembali padatnya kota ini. Membandingkannya dengan kota yang ada dalam ingatannya delapan tahun lalu, tampaknya tidak banyak berubah atau mungkin dia yang tidak terlalu peduli akan perubahannya. Lagi pula semua hal tampak sama di mata Saka. Mungkin dia memang manusia tanpa hati yang memandang hal lain selain dirinya tidak penting, seperti yang sering didengarnya dari wanita-wanita yang mencoba mendekatinya.
Saka tidak merasa perlu berubah, toh perubahan itu pernah menarik Saka ke dalam jurang.
Abi melirik atasannya yang duduk dengan santai tanpa memulai pembicaraan apa pun. Dia telah terbiasa dengan sifat Saka, Abi memilih membiarkan laki-laki itu dengan keterdiamannya. Sudah empat tahun sejak Abi menjadi asisten Saka. Selama itu dia hampir tidak pernah melihat perubahan berarti dari raut wajah atasannya. Hidup laki-laki itu monoton, Saka seperti robot yang hidup untuk pekerjaannya. Tidak seperti laki-laki sukses yang hidup dengan glamor, Saka justru hidup dengan tenang. Kariernya melejit lebih cepat dibanding orang lain, dia menjadi salah satu arsitek kesayangan di perusahaan arsitektur ternama. Namanya sudah bisa bersanding dengan mereka yang sudah memiliki banyak pengalaman, namun Abi tidak pernah melihat sikap sombong ataupun bangga. Bukan karena atasannya rendah hati, Saka hanya terlihat tidak terlalu peduli. Bahkan ketika hasil rancangannya satu persatu mendapat penghargaan Saka tidak pernah terlihat bahagia. Abi tidak pernah melihat senyum tulus yang terbit di wajah itu. Hanya senyum formal ketika bertemu klien.
Salah. Ada satu kali, Abi melihat senyum tulus di wajah Saka. Di tempat yang tidak pernah Abi duga. Dia bahkan ragu apa dia tidak salah lihat saat itu.
Hari ini adalah hari kepulangan Saka setelah delapan tahun tidak pernah kembali. Usia Saka hampir 30 tahun. Masih muda. Namun namanya sudah sering muncul dalam berbagai majalah, bukan seorang selebritas namun seorang arsitek terkenal yang karyanya telah mendapat banyak penghargaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us (Tamat)
Literatura FemininaSenja dan Saka sudah lama menyerah, bagi mereka hidup hanya tentang bertahan, ada dinding batas yang sulit untuk mereka runtuhkan. Mereka pernah bahagia bersama, namun perpisahan menyakitkan terjadi ketika mereka hanya memiliki satu sama lain. Bert...