Hai Semuanya...Jangan lupa vote dan comment sebelum membaca, ya!
Happy Reading!
****
Senja tidak tahu apa yang paling menyakitinya saat itu. Yang dia tahu dunianya runtuh dan dia ditinggalkan sendiri dalam keadaan hancur. Senja dipaksa untuk bertahan dalam kegelapan yang dibencinya. Butuh waktu yang tidak singkat. Dan waktu itu pun belum menyembuhkannya. Layaknya berdiri di atas es yang tipis dia tahu segala usahanya itu akan hancur saat lantai yang dipijaknya retak.
Kedatangan Hikam mungkin akan memaksanya jatuh.
Dan sekali lagi Ibunya hanya akan menjadi penonton saat Senja perlahan tenggelam.
"Cleo, kamu turun duluan saja. Mama ingin bicara dengan kakakmu." Ujar Isla.
Senja menyela, "Kenapa? Biarkan Cleo tetap disini. Cleo harus tahu betapa tulusnya Mama mencintai anak-anak tiri Mama. Jika kisah mama dijadikan sebuah buku mungkin doktrin bahwa ibu tiri itu jahat bisa berkurang."
"Cleo, dengarkan kata Mama!" Isla tidak menanggapi Senja. Pandangan terus tertuju pada Cleo.
Cleo yang baru kali ini melihat secara langsung pertengkaran antara Senja dan Ibunya kebingungan. "Ma..."
Tatapan tegas dari Isla membuatnya terpaksa menurut.
Senja tersenyum pahit, masuk ke dalam apartemennya. Dia tidak mengatakan apa pun saat ibunya mengikuti di belakangnya.
"Dia menemui kamu di Bali?" Isla mencengkeram erat tangan Senja. Menuntut jawaban putrinya.
"Mama peduli?"
"Mama nggak tahu kalau dia akan pulang. Selama delapan tahun ini, Om Dares memastikan dia tidak pernah mengganggu kamu. Mama nggak punya pilihan untuk menolak, Senja. Om Dares adalah suami Mama, mau tidak mau dia dan Cleo akan terikat sebagai anak-anak Mama. Mama nggak bisa memutuskan hubungan dengan mereka." Isla juga terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Hikam.
Senja menggelengkan kepalanya, "Tidak ada yang namanya nggak punya pilihan. Mama selalu punya pilihan....hanya saja Mama nggak pernah memilih aku. Baik delapan tahun yang lalu ataupun delapan belas tahun yang lalu."
Isla memejamkan mata saat kembali diingatkan dosanya. "Jangan membahas ini lagi, Senja. Tidak bisakah kita membiarkan semuanya berlalu? Keadaan kamu saat ini membuktikan bahwa pilihan Mama saat itu benar. Kamu sudah baik-baik saja sekarang. Mau berapa lama lagi kamu membenci Mama? Bukan hanya kamu yang menderita."
Tentu bukan hanya dirinya yang menderita. Senja tidak berpikir dirinya adalah orang yang paling menderita di dunia. Dia tahu ada banyak jenis penderitaan di dunia ini. Banyak orang mengalami hal yang mungkin lebih sulit darinya. Karena itu dia tidak pernah meminta rasa kasihan dari siapa pun. Orang lain boleh tidak merasa kasihan padanya. Boleh menganggap sepele masalahnya.
Tetapi Isla? Dia adalah ibunya.
"Mama mencampakkanku dua kali. Pertama kali saat aku masih belum genap sebelas tahun. Tidak pernah datang dan tidak pernah menjelaskan apa pun. Aku menerima ejekan kalau ibuku lebih menyayangi anak lain. Nggak apa-apa, aku masih menyayangi, Mama. Bertahun-tahun setelah itu Mama kembali mencampakkanku. Saat aku nggak punya siapa pun. Saat aku jelas-jelas disakiti. Dan saat itu pun aku masih menyayangi Mama. Tetapi saat itu aku baru menyadari ternyata Mama...nggak menyayangiku." Senja menatap tidak mengerti pada Isla.
"Bagaimana mungkin Mama nggak menyayangimu Senja?! Kamu anak yang Mama lahirkan!" Isla berkata marah.
"Benar. Mama mengandungku selama sembilan bulan, melahirkanku dengan bertaruh nyawa, dan merawatku selama sebelas tahun. Setelah semua itu apakah melihatku sedih....nggak membuat mama ikut sedih? Melihatku kesakitan nggak membuat Mama ingin memelukku? Melihat orang lain menyakitiku...nggak membuat Mama merasa marah?" Senja terbata-bata. Air matanya menetes saat membiarkan hatinya kembali mengingat rasa sakit karena diabaikan ibunya. Rasa kecewa, terkhianati, kesepian, putus asa, dan hancur yang tersembunyi dengan baik itu belum pudar.

KAMU SEDANG MEMBACA
About Us (Tamat)
ChickLitSenja dan Saka sudah lama menyerah, bagi mereka hidup hanya tentang bertahan, ada dinding batas yang sulit untuk mereka runtuhkan. Mereka pernah bahagia bersama, namun perpisahan menyakitkan terjadi ketika mereka hanya memiliki satu sama lain. Bert...