Happy Reading!!!
Jangan Lupa Vote dan Koment, Ya!!!
***
Bagi orang luar yang melihat Saka saat ini mungkin mereka akan berpikir Saka sangat ambisius, pekerja keras, dan penuh tujuan. Nyatanya mereka salah. Dia hanya bekerja layaknya orang lain. Saka terbiasa hidup dengan mengikuti arus, tidak terlalu bersemangat atau berambisi. Dia juga tidak terlalu menantikan hari esok. Bagi Saka hari ini dan hari esok tidak terlalu jauh berbeda. Saka yakin dia tidak sendiri, banyak orang yang juga hidup seperti itu.
Hidup karena tidak mati.
Saka mengenal orang lain yang hidup dengan membayangkan masa depan, punya tujuan dan mimpi. Sosok itu menceritakan bayangan dan mimpi-mimpinya pada Saka. Dan itu mempengaruhi dirinya, Saka ikut membayangkan masa depannya. Walau yang ada di bayangannya saat itu adalah dirinya yang melihat seorang gadis tersenyum lebar dengan mimpi yang diraihnya.
Bersinar terang dan bahagia.
Bukan tangan kurus, seperti tulang berbungkus kulit yang ada di depannya ini. Bukan pula mata terpejam tanpa pergerakan apa pun, bukan pula kulit pucat yang berbaring tanpa rona di wajahnya. Saka menatap tangan wanita yang terbaring dengan infus terpasang di pergelangan tangannya.
Begitu kecil.
Saka bisa membayangkan jika Senja yang terbentur batu dan bukan dirinya mungkin saja hal itu tidak berakhir dengan luka robekan seperti luka di bahunya. Mungkin saja wanita ini akan berakhir dengan tulang patah atau setidaknya retak.
Rapuh. Aneh. Dulu Saka selalu melihat wanita ini sebagai sosok kuat. Cukup kuat untuk menarik Saka yang tinggal dalam lubang gelap.
Tubuh Senja masih dingin, namun lebih baik dibandingkan saat Saka menyentuhnya ketika wanita ini baru saja kehilangan kesadaran. Saka saat itu secara spontan berlari ke cepat ke arah wanita ini. Dia bahkan hampir melupakan rasa sakit di bahunya. Untung saja mereka sedang berada di rumah sakit, sehingga Senja cepat ditangani.
Saka tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika mendengar alasan utama wanita ini kehilangan kesadaran.
Malnutrisi.
Itu diagnosis awal.
Saka yang dulu sempat hidup terlunta-lunta mungkin bisa mengalaminya, tetapi Senja saat ini seharusnya tidak memiliki kemungkinan mengalami hal itu. Wanita ini telah meraih segala mimpinya dan Saka yakin Senja tidak kekurangan uang untuk membeli apa pun yang diinginkannya. Meski dokter telah menjelaskan banyak faktor yang bisa menyebabkan malnutrisi tetapi pada intinya itu berarti wanita ini tidak hidup dengan baik.
Saka bahkan tidak mengerti lagi di mana yang salah, dia bahkan tidak yakin apa yang harus dilakukannya. Tetapi Saka bisa merasakan gumpalan amarah yang tidak tahu harus ditujukan kepada siapa. Pada Senja? Mungkin karena wanita ini hidup seperti ini setelah mencampakkannya? Atau pada dirinya yang merasa marah karena melihat wanita ini hidup seperti ini?
Pertanyaan kecil yang tidak bisa diselesaikan oleh otaknya.
Suara pintu dibuka terdengar tetapi Saka masih tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Senja yang belum bangun.
Mia melangkah masuk. Meletakkan barang-barang yang dibawanya di atas meja yang berada di depan sofa. Sejak pagi hari ini dia sudah disibukkan dengan berbagai hal. Mia baru saja mendengar kondisi Senja dari dokter. Setelah itu, dia masih harus mengurus masalah penguntit Senja ke kepolisian. Ini memang sudah terjadi beberapa kali. Meski baru kali ini laki-laki yang mengikuti Senja itu punya kesempatan. Mia menyadari dia lalai. Seharusnya dia tidak membiarkan Senja pergi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us (Tamat)
ChickLitSenja dan Saka sudah lama menyerah, bagi mereka hidup hanya tentang bertahan, ada dinding batas yang sulit untuk mereka runtuhkan. Mereka pernah bahagia bersama, namun perpisahan menyakitkan terjadi ketika mereka hanya memiliki satu sama lain. Bert...