Bab 38

1K 99 5
                                    

Jeng! Jeng! About Us update lagiii....

Kita akhirnya sampai di bab yang ditunggu-tunggu, nih. Semoga suka!

Sebelum membaca budayakan vote ya...dan setelah membaca jangan lupa tinggalkan comment agar aku tahu masih ada yang menunggu update!

Happy Reading!

***

Dalam ruangan yang tidak begitu luas, banyak foto dan poster yang tertempel di dinding. Memuat wajah-wajah yang tidak asing bagi banyak orang. Di antara banyak wajah, tatapan Saka terfokus pada gampar wanita yang melambai seraya memeluk gitar. Wajah itu beberapa tahun lebih muda dibandingkan saat ini.

"Poster itu diambil saat konser pertama Senja. She looks so awesome. Thanks sudah memperkenalkan kami. Gue dapat sahabat dan juga bintang yang gue mau."

Mia meletakkan berkasnya dan menghampiri Saka. Saat ini mereka sedang berada di ruangan Mia di Derf. Dia sedang sibuk saat Saka secara tidak terduga mengunjunginya.

"Harusnya gue yang berterima kasih. Terima kasih sudah menjaga Senja." Saka menanggapi tenang.

"Jadi apa alasan lo datang? Berbasa-basi bukan lo banget. Dan gue pikir hubungan lo sama Senja benar-benar sudah berakhir. Sepertinya gue berharap terlalu besar sama lo."

Saka tidak langsung menjawab Mia, fokusnya tertuju pada gambar Senja dan Vian yang merupakan poster lama. Poster film delapan tahun lalu. Satu-satunya film yang pernah diperankan Senja. "Kapan lo mulai berpacaran dengan Vian Adisakya?"

"Hah? Sorry?" Mia mengerjap. Bingung sesaat dan baru kemudian dia ingat jika dia punya sandiwara konyol dengan Vian. "Maybe...two years ago. Why do you ask?"

"Lalu kapan hubungan Senja dan Vian berakhir?" Bukannya menjawab Saka bertanya kembali.

Mia selalu bisa menjawab pertanyaan wartawan dengan kebohongan luar biasa, tetapi saat ini bibirnya kelu. Dia tidak tahu apa yang ingin di cek Saka, dan apa jawaban tepat yang tidak menimbulkan masalah. Dia menelan ludah gugup, "Sudah cukup lama. Mereka jarang bertemu dan hubungan mereka hanya main-main jadi gue nggak terlalu ingat." Mencoba menampilkan wajah meyakinkan. Hanya saja tatapan Saka membuatnya merasa sedang dikuliti.

"Main-main?" Saat Senja mengatakan tentang kehamilannya Saka mengingat kejadian di mana dia melihat Senja dan Vian dalam balutan bathrobe mandi. Awalnya dia pikir mungkin Vian adalah sosok yang bertanggung jawab atas kehamilan Senja. "Senja masih berhubungan baik dengan Vian?"

"Nope! Senja dan Vian tidak akrab!" Bantah Mia cepat. "Mereka hanya berhubungan karena gue pa-pacaran dengan Vian. Selebihnya hubungan mereka hanya rekan kerja."

Tetapi sejak awal mereka tidak punya hubungan apa pun.

Respons Mia semakin meyakinkannya, "Mia, gue baru saja mengunjungi mantan ART yang pernah bekerja di rumah Dares Mahendra. Katanya delapan tahun lalu Senja sempat di antar ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans. Alasannya karena Senja di pukuli. Apa itu benar, Mia?" Setelah kembali dari Semarang, Saka hanya punya dua orang yang bisa menjawab pertanyaannya. Senja dan Mia.

Senja bukan pilihan. Wanita itu lebih suka menyerukan kebohongan menyakitkan. Entah untuk menyakiti Saka atau dirinya sendiri.

"Katakan Mia. Cuma lo yang bisa gue tanyai. Apa yang sebenarnya terjadi? Gue merasa dibodohi. Kepala gue mau pecah karena nggak tahu harus marah ke siapa." Sejak kemarin perasaan frustsasi itu menekannya begitu kuat.

About Us (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang