11 - Mad

9.9K 1.3K 166
                                    

LISA POV

Hari yang sangat amat melelahkan dimana aku menerima pasien dengan jumlah yang luar biasa banyak. Untungnya pasien terakhirku adalah Jennie. Jadi dia bisa sedikit mengurangi rasa lelahku.

Bolehkah aku bercerita?

Entah mengapa beberapa hari ini aku merasa jika Jennie seperti pengisi energiku. Setiap mendengar suaranya bertanya aku malah semangat untuk menjawabnya selelah apapun aku. Setiap dia tertawa aku juga ikut tertawa. Bahkan jika dia tidak menelfonku sehari saja, maka aku yang lebih dulu untuk menghubunginya. Sehari saja tidak mendengar suaranya, hari-hariku terasa ada yang kurang.

Aku tidak tahu mengapa, tapi semenjak kehadiran Jennie hidupku menjadi sedikit ceria, terlebih ketika Diana meninggalkanku. Aku sungguh tidak bermaksud menjadikan Jennie pelampiasan. Tapi dengan adanya anak kecil itu, aku merasa terbantu untuk melupakan Diana. Setiap melihat Diana, meskipun bayangan akan kami masih ada, tapi lukanya tidak seperih sebelumnya. Sekarang aku lebih bisa menerima apa yang sudah terjadi antara aku dan dia. Tidak dipungkiri itu juga berkat Jennie, karena hari-hariku sudah terbiasa diisi oleh celotehannya.

Ya, sekarang dia menjadi lebih sedikit cerewet, meskipun hanya kepadaku saja. Dia masih tidak berani berbicara banyak di depan Chaeyoung atau Jisoo Unnie. Tapi itu bagus untuk perkembangannya.

Sejak tadi aku memandangi Jennie yang berada di sofa sementara aku duduk di meja kerjaku. Sesi konsul kami hari ini sudah selesai. Dia sedang bermain dengan ponselnya. Aku tidak tahu apa yang dia mainkan tapi itu sangat serius sekali sampai-sampai dia tidak melirikku sama sekali.

Sesekali aku tersenyum ketika melihatnya tiba-tiba tersenyum. Dia menjadi lebih pintar dalam menggunakan ponselnya. Padahal kata nyonya Kim, Jennie sebelumnya jarang sekali bermain dengan alat elektronik seperti itu.

Saat aku fokus memandanginya tiba-tiba dia menoleh padaku. "Lisa, Jennie ingin pipis." aku mengangguk, "Ayo, aku antar ke toilet." aku segera berdiri dari kursiku namun dia melarangku di kejauhan. "No no no! Jennie bisa sendiri, Lisa. Jennie sudah hafal dimana letak toiletnya. Lisa tidak perlu mengantar Jennie." ucapnya dengan senyuman khasnya.

"Kau yakin?" tanyaku. Toiletnya memang berada di ujung lantai ini, tidak terlalu jauh. Tapi tetap saja aku tidak bisa membiarkan anak kecil ini sendirian. Aku harus menemani dan mengawasinya terlebih lagi tuan dan nyonya Kim hari ini menitipkan Jennie padaku. Supir yang akan menjemput Jennie akan sedikit terlambat dan orangtuanya pun tidak bisa menjemput. Jadi tugas menjaganya sore ini tentu saja tugasku.

Jennie mengangguk mantap, "Jennie tahu. Lisa tunggu saja disini." tanpa menunggu jawabanku dia berlari kecil. Aku menggelengkan kepalaku sambil terkekeh. Benar-benar seperti anak-anak.



•••



AUTHOR POV

Begitu Jennie keluar dari pintu, tak lama pintu terbuka lagi. Lisa pikir Jennie kembali namun Jisoo lah yang masuk.

"Kenapa anak kecil itu berlari?" tanya Jisoo pada Lisa yang menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Dia ingin ke toilet." jawab Lisa singkat. Lanjutnya, "Dimana Chaeyoung?" tanya Lisa karena biasanya jika sudah sore gadis berambut pirang itu pasti akan menempel pada kekasihnya ini.

"Aku akan menjemputnya sekarang, pemotretannya belum selesai jadi aku yang akan pergi ke tempatnya." Lisa hanya mengangguk.

"Kau ingin bergabung makan malam bersama kami?" Lisa menggeleng. "Aku harus mengantar Jennie pulang sebentar lagi."

Jisoo duduk di depan Lisa, "Kau ini dokter atau baby sitternya? Kenapa juga harus kau yang mengantarkannya pulang? Dia masih memiliki orangtuanya. Merepotkanmu saja." gerutu Jisoo. Sahabat Lisa itu tidak suka jika Lisa sudah terlalu baik pada pasiennya. Bagaimanapun kondisinya, orangtua Jennie lah yang harus bertanggung jawab pada putrinya itu. Jangan melimpahkan tugas seenaknya pada Lisa. Bukan kewajiban Lisa untuk menjaga Jennie diluar jam konsultasinya.

HONEY FOR BABY - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang