67 - Sick

7.1K 955 70
                                    

AUTHOR POV

"Aku tidak apa-apa jika kau tidak mengembalikannya." Jisoo yang sejak tadi menunduk kini mengangkat kepala dengan tatapan lesu dan tidak bersemangat, memberanikan diri membuka suaranya.

Chaeyoung tersenyum kemudian mendorong lagi kotak berukuran sedang berwarna merah lebih mendekat kepada Jisoo, "Sudah kubilang aku tidak bisa menyimpannya lagi. Jadi maaf, aku akan tetap mengembalikannya."

Kotak berwarna merah tersebut berisi sebuah kalung dengan inisial J, kalung tersebut adalah hadiah yang Jisoo berikan pertama kali pada Chaeyoung saat mereka baru menjalin hubungan satu minggu. Kalung mahal itu menjadi saksi dimana cinta yang baru tumbuh 7 hari itu menjadi semakin kuat diantara mereka berdua.

Namun kini, hubungan yang sudah terjalin hampir 7 tahun itu harus berakhir begitu saja. Cinta mereka yang kuat harus selesai karena keegoisan masing-masing.

Jujur Jisoo masih mencintai Chaeyoung, entah mengapa setelah putus dengan kekasihnya itu dia merasa menyesal atas sikapnya beberapa hari terakhir sebelum mereka putus.

Dia selalu menilai Chaeyoung tidak perhatian lagi dan tidak pernah memprioritaskannya. Keegoisan kecil yang ada di dalam diri Jisoo membuatnya berubah menjadi orang yang ternyata tidak lebih baik dari Chaeyoung. Sehingga pertengkaran mereka semakin menjadi-jadi setiap harinya.

Di sisi lain, Chaeyoung yang memang merasakan perubahan Jisoo tidak bisa mentolerir lagi apa yang kekasihnya itu lakukan padanya. Bersikap semena-mena dan tidak ada lagi kata cinta yang Jisoo ucapkan membuatnya perlahan lelah. Dia bahkan mengharapkan lebih dari hanya sekedar ucapan dan kata cinta yang keluar.

Menyaksikan Jennie dan Lisa menangis di depan altar membuatnya ingin merasakan getaran yang sama juga. Dia ikut menangis saat itu dan melirik Jisoo, saat itu pikirannya mulai terbuka dan sedikit demi sedikit tergugah. Kebahagiaan mana yang akan mereka capai jika tidak memiliki ikatan di hadapan Tuhan.

Sejak saat itu, haluannya mulai berubah. Dia ingin mendengarkan sumpah yang Jisoo ucapkan sebagaimana Lisa mengatakannya di depan Jennie dengan khidmat. Rasa merinding disekujur tubuhnya mungkin akan lebih dia rasakan lagi jika janji suci itu mereka ucapkan.

Tapi dia pikir Jisoo tidak memiliki pemikiran yang sama dengannya. Dari cara Jisoo yang mulai berubah secara perlahan, Chaeyoung berpikir bagaimana mungkin jika Jisoo juga memikirkan hal yang sama. Untuk mencintainya saja itu sudah luntur, bagaimana memiliki mimpi untuk menikah dan bersumpah di hadapan Tuhan.

Kelelahan itu semakin bertumpuk dan dari mereka tidak ada yang ingin mengutarakan kegelisahan masing-masing. Keduanya tenggelam dalam opini pribadi dan memakannya mentah-mentah sehingga saat boom waktu tiba, tidak ada yang bisa diselamatkan lagi. Kisah cinta mereka sudah cukup sampai disini.

"Berapa lama kau akan disana?" Jisoo memberanikan diri untuk bertanya.

Chaeyoung menghela nafas, "Mungkin setahun? Entahlah, aku belum memikirkannya."

Jisoo menyatukan alisnya mendengar jawaban Chaeyoung, "Bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Tidak masalah. Aku masih bisa bolak-balik Melbourne Seoul jika agensi membutuhkanku di Korea. Dan lagi pekerjaanku lebih banyak di luar dibandingkan di Korea sendiri." penjelasan Chaeyoung sama sekali tidak membuat hati Jisoo tenang. Dia pikir Chaeyoung hanya akan pergi beberapa bulan, namun setahun. Apakah dengan ini kesempatannya benar-benar sudah berakhir?

"Aku boleh bertanya sesuatu?" dengan ketakutan dia bertanya pada Chaeyoung. Berharap jawabannya membuat keyakinannya kembali.

"Silahkan." Chaeyoung berusaha menutupi rasa penasarannya akan pertanyaan apa yang diajukan Jisoo.

HONEY FOR BABY - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang