LISA POV
"Pegang tanganku, dan katakan sekali lagi apa yang tadi aku ucapkan." ucapku sambil menatap intens mata indahnya yang berkilauan. Jennie memegang erat kedua tanganku dengan jari jemarinya yang imut. Fokus untuk saling menatap satu sama lain, berharap dengan tatapanku saja aku bisa menyalurkan energi baikku untuk kekasihku ini.
Jennie menarik nafas kuat-kuat, "Jennie harus percaya pada diri sendiri jika Jennie mampu melakukan semua hal yang orang lain lakukan. Jennie harus bisa menghadapi semua situasi yang berat ataupun buruk di depannya nanti." senyumku muncul kala dia mengucapkannya dengan lantang namun menggemaskan.
"Dan yang terakhir?" tanyaku memastikan.
Dia menggeleng gemas, "Jennie tidak boleh takut lagi dengan apapun karena akan selalu ada Lisa." setelah mengucapkannya dia juga tersenyum padaku. Tersenyum begitu cantik.
Senyuman yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Senyumannya begitu hangat, tatapannya begitu teduh dan menenggelamkan hatiku di kedamaian. Aku membasahi bibirku karena mulai terharu dengan sikapnya beberapa terakhir ini.
Jennie yang kukenal sepertinya sudah mulai berubah. Entah mengapa dia sudah jauh lebih pintar dari hari-hari pertama saat aku mengenalnya. Dia juga sudah bisa menyikapi sesuatu dengan lebih dewasa walaupun itu hal-hal sederhana.
Meskipun sikapnya masih seperti anak-anak, tapi jauh dari perkiraan bahwa sisi dewasanya selalu muncul secara tidak langsung.
Apakah aku patut bangga sebagai dokternya? Tentu saja harus. Hari ini dia kunyatakan sembuh dari diagnosanya. Perlahan tapi pasti, dia terbebas dari belenggu trauma yang mengikatnya, yang menjadikannya monster ketika marah. Jennie yang kukenal sekarang adalah Jennie yang lembut, Jennie yang periang dan Jennie yang paling menggemaskan di seluruh dunia.
Aku berani bertaruh dengan siapapun yang bisa membawakan satu orang saja yang bisa menyaingi Jennie dalam hal menggemaskannya. Aku yakin tidak akan ada yang mampu.
Dan seperti yang kukatakan setelah dia dinyatakan sembuh dari diagnosanya, hari ini adalah hari terakhirnya berkonsultasi denganku. Betapa bahagianya Eomma dan Appa mendengar kabar baik ini dariku. Mereka juga ikut mengatarkan Jennie namun aku meminta waktu untuk berbicara terlebih dahulu berdua dengan Jennie sebelum aku menjelaskan pada Eomma dan Appa Kim.
"Apa kau sudah cukup merasa bahagia sekarang?" aku bertanya padanya. Ini selalu aku tanyakan pada pasienku ketika kami berada di sesi konsul terakhir.
Jennie dengan lucunya mengangguk, "Jennie selalu bahagia jika bersama Lisa."
Aku sedikit terkekeh, tidak pernah ada pasien yang bisa membuatku tersipu seperti sekarang, secantik dan setampan apapun mereka. Namun dengan Jennie berbeda, sejak hari pertama, Jennie sudah membuatku jatuh hati.
Kalian ingat dengan foto Jennie yang Appa Kim kirimkan pertama kali untukku? Secara sengaja aku mencetaknya dan meletakannya di mejaku dengan frame berwarna merah muda. Jadi setiap aku lelah, aku akan selalu memandang foto Jennie berasama senyumnya yang menggemaskan.
"Setelah ini aku harap kau benar-benar terbebas dari masa lalu yang membuatmu takut akan hal apapun. Sesekali kau boleh merasakan takut itu dan jangan ragu untuk mengatakannya pada orang-orang yang menyayangimu." ini kalimat penguatan yang biasanya aku berikan untuk kasus-kasus pasien yang mengidap trauma.
"Tapi sekali lagi, kau harus mempercayai dirimu sendiri, karena yang mengenal kita paling dalam adalah diri kita sendiri, bukan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEY FOR BABY - JENLISA
RomanceLisa terlalu manis untuk seorang bayi seperti Jennie! JENLISA STORY GXG ID🇮🇩 🏆🥇 #jenlisa rank #1 on April 3, 2023 🏆🥉 #lisa rank #3 on April 21, 2023 🏆🥇 #jenniekim rank #1 on April 28, 2023 🏆🥇 #lalisamanoban rank #1 on April 28, 2023 🏆🥇 #...