EPILOG

9.7K 1K 141
                                    

"Lisa! Jangan bermain terus! Bawa anak-anak kemari, jika tidak kita akan terlambat!" Ck! Semakin hari Jennie semakin cerewet, bahkan dia melebihi Eomma Kim dan Mommy ku jika sudah berkaitan dengan twins.

"Jane, Luca, ayo ke kamar mandi. Eomma sudah memarahi kita." mendengar nama mereka di panggil, mereka yang sedang asyik dengan mainannya kemudian langsung merangkak dan mendekatiku. Aku tersenyum karena sangat gemas dengan mereka.

Luca, satu-satunya pria di keluarga kami, dia tumbuh dengan wajah yang tampan dengan seluruh aura dan pesona yang jelas berasal dariku. Dia jarang tersenyum, namun sekalinya dia tersenyum dunia akan meleleh karena tidak kuat menahan sensasi manis dan dingin senyumnya.

Jane, dia seperti kebalikan Luca. Dia sangat murah senyum dan tidak jarang tertawa meski hanya seseorang menatapnya. Seperti mencari perhatian semua orang dengan tingkah gemasnya itu.

Dua bayiku sangat mirip dengan Jennie, mata kucing mereka, pipi gembul mereka, benar-benar Jennie. Dua bayi kecilku ini adalah duplikat Jennie. Aku sedikit iri karena diantara keduanya tidak ada yang mirip denganku.

Setelah dua bayi itu mendekat padaku, aku menggendong keduanya. Meskipun mereka sudah tumbuh besar, aku masih kuat untuk membawanya dalam dua tanganku seperti dulu.

"Maaa.. Maaa.." Luca mengeluarkan suaranya saat aku akan berjalan ke kamar dimana Jennie berada disana.

"Kita akan ke Eomma, sayang." Luca dan Jane belum terlalu bisa berbicara meski usia mereka sudah menginjak 1 tahun pada bulan lalu. Namun meski begitu aku dan Jennie tidak lelah untuk mengajari mereka berbicara. Mereka hanya bisa mengatakan suku kata terakhir dalam satu kata. Seperti baru saja Luca menyebutkan Eomma dengan hanya kata Ma nya saja.

Aku masuk ke kamar dan melihat istriku yang cantik ini sedang menyiapkan pakaian kami. Dia berbalik dan menatap kami bertiga.

"Apa yang kalian lakukan? Bermain terus? Lihat, kalian berkeringat lagi padahal kalian sudah mandi. Ck! Lisa!" kalian mendengarnya sendiri, kan? Aku tidak melakukan kesalahan apapun tapi aku tetap akan menjadi tersangkanya.

"Baby, aku hanya menaruh mereka dan mereka bermain sendiri. Bukan salahku jika mereka berkeringat lagi." Jennie mendekatiku dan menarik telingaku, "Aaawww.. Awwww.. Okay, baby, maaf.. maaf, aku yang salah.. Awww.." mendengar ucapan maafku barulah Jennie melepaskannya. Dia seperti ibu tiri!

Aku mengerutkan dahiku dan meletakan dua bayi kami di atas tempat tidur. Mereka berteriak girang karena sekarang mereka melihat Eommanya. "Sekarang kita ganti baju dulu, okay." Jennie berbicara dengan kedua anak kami. Dia selalu menggunakan nada bayinya jika berbicara dengan mereka seolah dia adalah teman dari anak-anak kami. Jennie juga masih cocok jika disebut bayi.

"Kau tidak ingin menggantikan bajuku juga?" ucapku dengan suara menyedihkan. Aku sedikit menggodanya dan itu berhasil. Dia berbalik dan menatapku garang.

"Hahaha! Aku hanya bercanda, baby." aku mendekatinya dan membawa dia masuk ke dalam pelukanku. Sebelum dia berubah menjadi singa betina aku lebih baik mengakhiri godaanku itu.

Kupikir Jennie akan menghindariku namun tangannya ikut melingkar ditubuhku dan memelukku. Aku meletakan pipiku di atas kepalanya sambil mengusap-usap punggungnya, memberikan kenyamanan pada istriku.

"Myyyy... Ngan! Maaaa Kaaa.." aku dan Jennie menatap Luca yang sedikit berteriak. Aku tahu apa yang dia katakan. Itu seperti, Mommy Jangan memeluknya, itu Eomma Luca!

"Hey! Ini Eommanya Mommy. Kalian tidak memiliki Eomma. Dia hanya milik Mommy seorang." aku memeluk Jennie dengan sangat erat membuat Jennie ikut terkekeh juga dengan candaanku.

HONEY FOR BABY - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang