61 - Once Again

6.8K 1K 263
                                    

LISA POV

Aku menatap punggung kekasihku yang sedang menghadap ke pemandangan dimana tempat kami tinggal. Dia berdiri di balkon sudah hampir sekitar setengah jam. Aku khawatir padanya karena sore ini angin bertiup begitu kencang, aku tidak mau dia sakit.

Aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Melingkarkan tanganku hingga mencapai perutnya, mencium pelipisnya dengan lembut dan menyandarkan pipiku pada kepalanya.

"Ayo masuk, cuacanya sedang tidak bagus." angin bertiup kencang, tidak terasa sejuk karena sepertinya akan hujan besar setelah ini, langit perlahan mulai gelap dan aku tidak akan membiarkan Jennie-ku berdiam diri disini terus.

"Jennie ingin disini." jawabnya lemah. Tidak ada senyumnya lagi seperti biasa, tidak ada teriakannya yang begitu bersemangat jika matahari akan tenggelam, tidak ada rengekannya jika aku tidak melakukan apa yang dia inginkan.

Dua minggu ini Jennie lebih banyak diam. Dia hanya menjawab sesuatu yang kutanyakan, itupun jika tidak terlalu penting dia hanya akan membiarkanku berbicara seperti seolah aku sendirian disini.

Mungkin jika tidak ada yang terjadi aku pasti akan marah padanya. Sayangnya aku memakluminya saat ini karena siapa yang tidak akan bersedih saat mereka kehilangan impian mereka.

Ketika mimpinya pergi meninggalkannya, mimpiku juga ikut hancur. Tidak ada cahaya yang menyinari langkah kami selama dua minggu ini, sehingga aku memutuskan untuk mengikuti semua kemauan Jennie.

Aku mengajaknya pulang ke Seoul setelah 3 hari kami kehilangan calon bayi kami, tapi dia menolak. Dia mengatakan belum ingin pergi dari sini dan belum mau bertemu dengan orang-orang. Aku mengikuti kemauannya, aku membiarkannya berdiam diri di apartemen kami selama dua minggu ini. Dan dia hanya menghabiskan sebagian besar waktunya di balkon ini.

Aku berusaha untuk membuatnya kembali ceria namun itu tidak bisa. Sulit sekali rasanya dibandingkan merayu dia pertama kali untuk mengambil lolipop yang akan kuberikan padanya. Semua terasa sukar ketika hidup kekasihku seperti kosong.

"Ingin pulang ke Korea?" aku mencoba bertanya padanya. Mungkin setelah dua minggu merenung dia menginginkan kembali pulang ke rumah.

Dia tidak menjawab, aku siap menerima penolakannya, tidak apa-apa jika dia masih ingin lebih lama disini, namun dia tidak menjawab sama sekali sampai pada akhirnya dia bersuara, "Jennie tidak ingin pulang tanpa bayi." ucapnya datar. Hatiku akan terasa berdenyut lagi jika kenangan buruk dua minggu lalu tiba-tiba terbesit di otakku. Aku tidak ingin memikirkannya sama sekali, kumohon.

"Kita bisa mengadopsi satu anak yang tidak memiliki orangtua. Kau mau?" mungkin aku akan kembali ke rencana awal dimana kami hanya akan pergi ke panti asuhan dan memilih bayi malang yang kehilangan orangtua mereka. Sepertinya orangtua malang yang kehilangan anak seperti kami akan cocok dengan mereka.

Jennie menggeleng namun tetap diam. Itu artinya dia menolak dengan jelas keinginanku untuk mendapatkan bayi secara adopsi.

Jangan bilang—

"Apa kita bisa mencobanya lagi?" tepat sekali apa yang kupikirkan.

Aku bukan tidak ingin kami melakukannya lagi, hanya saja prosesnya menyakitkan, aku bisa melihat bagaimana Jennie menahan rasa sakitnya saat itu. Belum lagi jika prosesnya gagal? Atau ternyata hal seperti dua minggu lalu terulang? Aku tidak mau Jennie-ku merasa hancur lagi.

Aku membalikan tubuh istriku, "Baby.. Kurasa kita harus memikirkannya dulu? Kejadian kemarin baru dua minggu, aku juga tidak yakin apakah Matt akan mengizinkan lagi atau tidak setelah kejadian kemarin."

"Kalau begitu ayo tanyakan pada dokter Matt. Jennie tidak mau pulang jika tidak ada bayi bersama kita. Jennie janji akan menjaganya dengan baik kali ini." dia menangis lagi. Sialan! Ini yang paling aku tidak suka, melihat airmatanya karena masalah ini.

HONEY FOR BABY - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang