54 - Addicted (M)

12.7K 1.2K 193
                                    

LISA POV

Ciuman yang tidak berhenti terus terjadi selama beberapa menit. Nafasku yang semakin tidak terkendali ditambah dadanya yang naik turun. Entah emosi macam apa ini, apakah perasaan nafsu dan cinta kami yang menyatu ataukah rasa traumanya yang membuat dia kesakitan menahan bayangan itu.

Sekali lagi aku akan menarik kepalaku yang terus menyatukan bibir kami, tapi lengannya yang melingkar di pundakku menarikku untuk lebih dekat dan menekan bibirnya. Membuatku akan menjadi seseorang yang bodoh jika aku mengikuti kemauanku untuk tetap menarik diri darinya.

Dia benar-benar mengikuti instruksiku untuk tidak menutup matanya dan terus memandangiku. Tidak seperti ciuman kami sebelumnya dimana dia selalu menutup matanya, kali ini tatapannya setajam elang, menembus ke dalam pemikiranku bahwa sepertinya dia bukan Jennie-ku yang lugu.

Aku tahu ini terlalu cepat, tapi dia sendiri yang memintanya untuk aku menyentuhnya. Dan jelas aku tidak cukup bodoh jika dia akan tersiksa karena traumanya masih ada, akan tetap ada mengikuti kehidupannya. Tapi aku hanya ingin dia tidak merasakan nyeri lagi di hatinya ketika mengingat trauma sialan itu. Aku hanya ingin dia menjadikan itu sebagai masa lalu kelamnya tanpa membawa sedikit perasaan apapun, luka atau rasa sakit lain di dalam hatinya.

Kami saling meraih bibir satu sama lain dengan saling memandang. Aku berusaha sebisaku untuk mencurahkan cinta melalui tatapanku padanya, aku tahu dia merasakannya. Aku bahkan tahu dia merasakannya sejak awal kami bertemu, ketakutannya memberikanku perasaan lebih untuk bisa melindunginya lebih dari yang aku mampu.

Aku memberanikan diri untuk kembali menyentuhkan tanganku di atas payudaranya. Tidak bergerak, tidak menuntut untuk apapun. Meletakannya hanya untuk membuktikan bahwa sentuhanku tidak akan pernah menyakitinya melainkan akan membuatnya menjadi wanita paling berharga di dunia ini.

Ketika tanganku yang dingin bersentuhan dengan kulit lembut kenyalnya dia mengerang membuat adrenalinku semakin gila. Aku tidak bisa berpikir lagi kali ini, otakku sudah dipenuhi untuk menyenangkannya malam ini sekaligus melepaskan kesakitannya yang sudah dia lalui bertahun-tahun.

"Jangan bayangkan orang lain sekalipun kau menutup matamu." ucapku kemudian aku membenamkan wajahku di ceruk lehernya. Aku mengatakan itu hanya agar dia tidak melepaskan wajahku dari ingatannya saat aku menikmati titik nadinya disini. Aku tahu itu akan nikmat dan dia akan menutup mata. Jangan sampai bayangan sialan itu merusak kenikmatan yang aku suguhkan padanya.

"Lisa... Mhmm.." aku semakin gila mendengarnya mengucapkan namaku dengan sedikit susah payah.

Aku tidak bisa berpikir akan seberapa lama lenganku hanya diam saja tanpa melakukan pekerjaannya dengan baik. Naluriku lebih dahulu menyusul pemikiranku karena aku sudah menggerakannya beberapa detik yang lalu dengan sedikit gerakan yang lambat dan membuat Jennie mencengkram punggungku lebih erat.

"Tidak apa-apa, baby. Itu.. tidak akan menyakitkan." ucapku lebih terdengar berbisik. Aku tidak ingin menjauhkan lehernya secepat mungkin dari bibirku. Aku menghisap nadinya kembali dan membuatku merasakan bulu-bulu halus di kulitnya berdiri. Aku bisa merasakan juga nafasnya yang pendek menandakan bahwa sebagian dirinya sudah masuk ke dalam permainan ini.

Aku kembali mensejajarkan wajahku hanya untuk menemukan rautnya yang lembut, namun ketika yang aku lihat berbeda, rasanya libidoku berada di ujung tanduk. Yang kulihat bukanlah Jennie yang polos dengan pipi yang mengembung saat dia kesal padaku, ini adalah Jennie Ruby Jane-ku, gadis di atas tempat tidur yang pipinya merah, matanya yang sayu, nafasnya terengah-engah serta rambutnya yang berantakan di atas tempat tidur. Bagaimana bisa aku sanggup menangani wanita dewasa-ku ini.

Aku mencium dahinya dan memastikan dia baik-baik saja sampai saat ini, "Katakan jika kau ingin aku berhenti." sebelum nafasnya kembali tenang aku sedikit turun dan membenamkan wajahku diantara payudaranya. Menikmati sesuatu yang pernah disentuh oleh bajingan-bajingan itu. Mengingatnya kembali membuatku ikut semakin gila jadi aku sendiri yang akan menghapus kenangan buruk itu malam ini juga.

HONEY FOR BABY - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang