31 - Reunion

8.1K 1.2K 301
                                    

LISA POV

"Jennie masih belum turun?" mataku yang sejak tadi terus memandangi layar ponselku kini teralihkan oleh suara Appa.

Aku menggeleng dan tersenyum, "Belum, Appa." kemudian Appa Kim berdecak, "Apa yang mereka lakukan di kamar?"

Benar, itu juga pertanyaan yang terus berada di kepalaku sejak tadi. Aku sudah menunggu Jennie hampir setengah jam dan belum ada tanda-tanda dia keluar dari kamarnya.

Sejak kedatanganku aku belum melihat Jennie muncul, Appa Kim mengatakan jika dia sedang merias wajah di kamar dengan Eomma Kim. Tapi sudah setengah jam lebih Jennie dan Eomma masih belum menampakan diri. Aku bahkan sudah stalking banyak akun teman-temanku di sosial media namun masih saja Jennie dan Eomma belum selesai.

"Kau susul saja di atas. Kalian bisa terlambat." ucap Appa. "Tidak apa-apa, Appa. Aku bisa menunggu, lagipula acaranya masih sekitar 45 menit lagi."

Malam ini adalah malam dimana acara reuni Jennie akan berlangsung. Saat aku membaca surat undangannya reuninya bukan pesta besar-besaran, hanya makan malam bersama teman-teman seangkatannya saja.

Eomma Kim berani meminta tolong padaku untuk menemani Jennie karena di undangannya memang tertera boleh membawa satu orang, siapapun. Dan aku akan dengan bangga memperkenalkan diriku sebagai kekasih Jennie.

Saat aku sedang asik mengobrol dengan Appa Kim, tiba-tiba pandanganku dialihkan pada dua orang wanita yang berjalan menyusuri tangga. Aku membasahi tenggorokanku yang kering begitu saja.

Rasanya mataku tidak bisa berkedip ketika melihatnya. Aku melihat Jennie hampir setiap hari tapi aku tidak pernah melihat dia menggunakan balutan dress yang begitu cantik dan elegan sekaligus. Aku harus berterimakasih setelah ini pada Chaeyoung.

Aku dan Appa Kim langsung berdiri. Mataku tidak bisa beralih untuk memandang Jennie yang kini menatapku juga dengan penuh cinta.

"Ayo pergi sekarang." ajakku padanya. Dia mengangguk dan berpamitan pada Eomma dan Appa. Aku juga, aku mengatakan tidak akan membawa pulang Jennie larut malam.

Seperti biasa aku membukakan pintu mobil untuk Jennie. Aku mengikutinya masuk ke kursi kemudi, sebelum aku menjalankan mobilnya aku kembali untuk melihatnya lagi.

"Ada apa?" Jennie sepertinya kebingungan saat aku menatapnya dalam. Aku tersenyum padanya, mengusap pipinya, "Kekasihku sangat cantik."

Lagi-lagi dia tersipu karena kalimat pujianku. Aku bersumpah jika aku tidak berbohong. Jennieku sangat cantik. Semua orang di dunia ini harus tahu bahwa Jennie Kim adalah gadis tercantik di dunia.

Aku menjalankan mobil dengan perlahan. Tangan kananku juga tidak lepas dari genggamannya. Hobbynya sekarang adalah menggenggam tanganku di mobil. Jadi aku harus ekstra hati-hati karena berkendara hanya dengan satu tangan, tanganku yang satunya sudah dimiliki orang lain untuk sekedar di genggam atau di peluk.

Kami akhirnya tiba di restoran yang sangat megah dan mewah. Aku memarkirkan mobilku. Namun aku baru menyadari jika Jennie wajahnya mulai terlihat panik. Selesai aku memarkirkan mobilku, aku membuatnya menghadapku sebelum kami turun.

"Kau takut?" ucapku pelan. Dia mengangguk.

"Tarik nafasmu dalam dalam.. Keluarkan perlahan." dia mengikuti perintahku beberapa kali.

"Buat dirimu tenang. Aku akan selalu di sampingmu. Jika kau merasa takut, katakan padaku. Kita akan langsung pulang jika kau tidak nyaman." Jennie mengangguk lagi.

Aku memeluknya dulu sebelum kami keluar dari mobil. "Satu pelukan untuk membuat kekasihku merasa lebih baik." ucapku kemudian mencium puncak kepalanya.

"Jangan jauh-jauh dari Jennie." ucap Jennie. Aku mengangguk masih meneluknya, "Tidak akan, baby."

HONEY FOR BABY - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang