“Terus kalo ga ketiduran ngapain? ngedate yaa” ucap Laras sedikit menggoda Zhano.
“Hus, gak ras! gue aja ga punya pacar” ucap Zhano sambil menutup mulut Laras dengan tangannya.
"Lepas ih, sesek tau!" ucap Laras memberontak sambil berusaha melepas tangan Zhano yang melekat di mulutnya.
Zhano menarik nafas panjang, lalu ia mulai bercerita.
Flashback
Jam di rumah Zhano menunjukkan pukul 2:55 sore, Zhano pun bersiap dan menyalakan motor. Zhano berangkat dari rumahnya ke sekolah sesuai janji. Tapi, tak sampai 15 menit ia sudah sampai ke gapura sebelum sekolah. Fyi sekolah itu lewat perumahan jadi ada gapuranya. Rumah Zhano dan sekolah lumayan jauh mungkin 20 menit, tetapi ini ga sampe 15 menit. Tanpa berpikir apa apa ia masuk ke gapura itu, beberapa pikiran terlintas di benaknya setelah melihat bahwa perumahan disana sangat sepi, aneh tetapi Zhano tak terlalu terpikir soal ini. Ia kemudian sampai di belokan sebelum sekolah, saat ia belok dan berjalan sekitar 100 meter, tiba tiba ia kembali ke arah belokan sebelum sekolah lagi, Itu pun berulang ulang sampai dimana Zhano sudah emosi ia mencoba nekat lurus ke arah yang jelas bukan sekolah, tetapi hasilnya sama saja. Ia tetap kembali ke belokan itu. Ia merasa aneh, takut, campur aduk, ia pun berdoa meminta pertolongan lalu memberanikan diri lagi untuk mencoba, Syukurlah ia akhirnya sampai di sekolah.
***
"Iya juga zhan, gua inget pas lo bilang otw jam 3 an, tapi kenapa lo ga cerita kemarin?" tanya Yuda sedikit penasaran.
“Gue tau lu pada bakal takut apalagi shalala (Lila)” ucap Zhano berniat mengejek Lila.
"Gue gamau lo semua malah gajadi latihan, soalnya ini drama penting banget buat sekolah" lanjutnya
Lila menatap sinis Zhano karena membawa bawa namannya.
“Gue jujur still gabisa move on si sama kejadian kemarin, because... gimana ya gue masih bingung aja gitu” ucap Laras dengan nada sedikit alay.
“Oh ya, omong omong soal kemarin, lo sebenernya kenapa lil?” tanya Kia.
Mata Lila berkaca kaca, dengan berat hati ia pun berani menceritakan ke mereka semua.
“Oh okey, so.. kita bilang ke ortu nya Rayya gimana? Rayya di bunuh gitu?” ucap Rendra santai.
“Sembarangan, ini masalahnya si jubah hitam tu siapa?” tanya Maira.
“Iyasi, terus kalo dibunuh ntar malah kita yang dikira ngebunuh” ucap Fiona, nadanya sedikit gemetar.
“Gimana kalo kita alesan kalo Rayya hilang?” tanya Laras.
“Gila lu ras!” bentak Lila.
“Gue setuju sih sama Laras. Soalnya sifat Rayya yang suka penasaran gitu jadi ya bisa di simpulin dia tiba tiba kek jalan sendiri gitu ke mana lah tapi kita biarin ya paling nanti balik” ucap Zhano.
“Yup, daripada keluarganya Rayya curiga, mending kita bikin alasan gitu. Gua yakin ortunya Rayya pasti manggil polisi buat nyari dan di sela sela itu kita bisa cari tau lah kenapa Rayya bisa hilang” ucap Maira.
Mereka semua setuju dan siangnya mereka semua berangkat kerumah Rayya untuk menjelaskan ini semua, mereka yakin orang tua Rayya sangat khawatir. Sesampainya disana, Laras menjelaskan jika Rayya hilang dengan detail dan berharap keluarga Rayya percaya. tak lama setelah mendengar itu ibunya Rayya langsung pingsan saat itu juga. Mereka semua sedikit terkejut, lalu menolong ibunya Rayya. Beberapa ada yang mengipasi dan memberi minyak kayu putih, Selama menunggu mereka semua berbincang bincang dengan ayahnya Rayya.
"Duh pie ki kok maleh pingsan to" ucap Laras di sela sela obrolan itu sambil mengipasi ibu Rayya.
translate: duh gimana si, kok malah pingsan
"Saya mau tanya boleh kan?" tanya Ayah Rayya.
"Oh nggeh, monggo om" ucap Zhano sambil mengangguk tanda menyetujui.
"Sebelum Rayya menjadi seperti yang kalian ceritakan tadi, apakah ada firasat firasat atau sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk?" tanya ayah Rayya dengan wajah serius.
"Nggeh ada om, sebelum saya masuk ke sekolah di sore itu, saya punya firasat buruk seperti akan terjadi sesuatu yang akan merubah hidup kita" ucap Maira, ia seperti mencoba mengingat ingat sesuatu.
translate: nggeh= iya/ya
"Ohh begitu, kalo yang lain ada liat sesuatu atau semacamnya?" tanya ayah Rayya.
"eee.. mboten om" ucap Zhano gugup, Ia sebenarnya tidak jujur karena memang ini bagian dari rencana.
translate: mboten= Ga/tidak
Setelah 30 menit mereka menunggu akhirnya ibunya Rayya pun bangun dsri pingsannya. Mereka semua langsung mengucap syukur, Laras yang berada di sebelahnya langsung menyodorkan air putih untuk ibunya Rayya. Beberapa menit setelah ibunya Rayya bangun, Mereka semua mencoba meyakinkan ibunya Rayya tentang.
"Te.. Rayya pasti ketemu, dia ga hilang jauh dari TKP kok.." ucap Kia dengan nada lembut.
Ibunya Rayya memberontak, ia menuduh Laras dan yang lain telah membunuh anaknya. Mereka semua saling menatap satu sama lain dan mereka mencoba menenangkan perasaan ibunya Rayya. Setelah sedikit tenang ibunya Rayya memutuskan untuk mencari Rayya dengan bantuan polisi. Di hari itu juga pencarian di mulai. Laras dan yang lain ikut serta dalam pencarian sahabatnya itu, tetapi sayang hasilnya nihil, tak ada tanda tanda keberadaan Rayya sama sekali.
Mereka semua berbincang bincang di rumah Rayya sampai tak sadar bahwa Jam sudah menunjukan pukul 8 Malam. Mereka pun semua memutuskan untuk pulang, Saat pulang tiba tiba Yuda menghampiri Laras.
"Ras" panggil Yuda.
"Apaan manggil manggil, mau cuan kah" ucap Laras dengan nada sombong.
"Ga, gua mau ngomong sebentar" ucap Yuda, nadanya sangat serius.
Jantung Laras berdetak sangat kencang "Oh.. eh.. emang mau ngomong apa" ucap Laras gugup.
"Jadi gini ras, kemarin pas kita disana itu ya gua kan masuk ke satu ruangan nah disitu ada suara orang ngomong, nguping lah gue nah disana mereka ngomong soal rencana ngebunuh kita semua, gue gatau ya itu ngebunuh siapa tapi kayanya ngebunuh kita, kita semua. Dan lo tau ga? suara cewenya tuh mirip siapa.. sini deket" ucap Yuda sambil menyuruh Laras mendekat ke sebelahnya "Suara cewenya tuh mirip banget sama Fiona" bisik Yuda.
Laras sedikit kaget, tepat sekali saat itu Dini dan Fiona entah pergi kemana.
"Bercanda lu, mana ada lah gila kali" ucap Laras tidak percaya.
"Ye kaga percaya nih bocah satu, lu liat Fiona ga pas disana?" tanya Yuda.
Laras terdiam sesaat. Wajahnya seperti telah mengingat sesuatu.
"Nahh paham kan sekarang" ucap Yuda.
Mereka pun lanjut gibah tentang itu, mereka terlalu asik mengobrol sampai lupa kalau mereka mengobrol dengan jarak yang sangat dekat.
"Pacaran mulu, kiw kiw" ucap Fiona yang sedang mengambil sesuatu.
Mereka sadar akan jarak saat mereka mengobrol, mereka pun sedikit menjauh
"dih Apaansi na, kita tu ngobrol biasa aja" ucap Laras dengan wajah yang memerah.
"Tau nih nana" ucap Yuda dengan wajah yang menahan salting.
"ngobrol biasa apa biasa? haha" kekeh Fiona, lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua.
"Emm.. btw... ras.. ee.. lu mau ga jalan sama gua?" ajak Yuda dengan gugup.
"gimana ya terserah si, btw ngapain ngajak ngajak? naksir yee??" ucap Laras.
"Emang" ucap Yuda dengan volume sedikit kecil.
Laras sedikit kaget mendengar apa yang di katakan yuda dengan jelas di telinganya, wajahnya memerah sesaat
"Hah? Gimana?" ucap Laras pura pura ga dengar.
"Ga gajadi, ee.. jadi gimana? mau ga?" tanya Yuda sekali lagi, dari wajahnya sudah terlihat bahwa ia sangat berharap kepada Laras.
"Boleh deh, ngapain juga di tolak haha" ucap Laras sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Teman
Mystery / Thriller12 Sahabat, Laras, Kia, Maira, Raya, Lila, Dini, Fiona, Yuda, Narendra, Zhano, Felix, Alwi. Mereka hanya latihan drama tetapi mereka malah di hadapi beberapa peristiwa yang aneh. Setelah peristiwa aneh itu selesai, niat asli salah satu dari mereka t...