Bell pulang sekolah berbunyi, semua murid berjalan keluar dari kelasnya masing masing.
Laras baru saja selesai rapat osis, di ikuti oleh Zhano dan Maira. Sedangkan teman teamnnya yang lain sudah menunggu Laras sedari bell berbunyi di dalam kelas, saat Laras masuk ia di sambut oleh tatapan sinis ke 5 temannya itu.
"Lama banget" ucap Yuda kesal.
"Orang emosian ga diajak" ledek Laras.
"Cih.." decak Yuda.
Laras lalu duduk di kursinya lalu menatap satu persatu wajah ke 7 temannya itu. "So, we start from.." ia memulai pembicaraan dengan rencana untuk nanti malam.
"Zhan, aman kan?" tanya Kia kepada Zhano yang tengah berdiri di ambang pintu untuk berjaga jaga agar tidak ada yang menguping pembicaraan mereka.
"Santai Ki, aman tentram sakinah mawadah warahmah kok" balasnya.
"Tapi lo yakin dia gabakal sadar suara motor? lo tau kan motor gue kaya apa.." keluh Yuda.
"Serius ini kita bakal pake motor? c'mon Yud... kita cuma pake motor satu" ucap Maira.
"That's right, kita cuma pake motor satu and yaa targetnya motornya.. Mairaa!!!" seru Laras.
"Lah kok gue?" ucap Maira tidak terima.
"Iya dong secara lo yang pasti di mintain tolong si Kia" balas Laras seperti tidak bersalah.
"Iya deh iya, iyain aja"
"Terus, lo nganter sampe gerbang, abistu balik ke titik yang udah gue ceritain tadi. Gue di sekolah duluan sesuai rencana, okey?" lanjut Laras.
"Okey!" seru mereka bersamaan.
---
Sore harinya Laras bersiap karena ia akan berangkat mendahului teman temannya. Laras menaiki motornya dan berangkat ke sekolah, ia memperkirakan bahwa Dini akan datang 1 jam sebelum jam 7. Ia menancap gasnya lalu ia berhenti di sebuah warung bertulisnya "Warung Pecel Bu Ani". Ia lalu masuk kedalam warung kecil itu.
"Bu...!"
"Bu Ani..!" panggil Laras, tetapi tak ada jawaban dari sosok Bu Ani.
"Ndi to wong iki kok ra metu metu, Bu..!"
translate: mana sih orangnya kok ga keluar keluar
"Nggehh sekedap.. loh Laras, mau pecel ta? atau yang lain?" tanya sosok wanita paruh baya yang Laras sebut Bu Ani.
"Ga usah bu, saya cuma mau nitip motor aja.."
"Ohh yawes, motore taro dalem ae nduk.."
"Ibu turut berduka nggeh, katanya teman pean meninggal dunia, si Lila kan?" lanjut bu Ani.
"Nggeh bu, ya sudahlah takdir"
"Emang e mau kemana to?" tanya bu Ani.
"Saya mau ke rumah temen saya di depan, nah tapi di rumah temen saya ga ada tempat parkir motor.. jadi saya parkir di rumah ibu. Yaudah bu saya pamit dulu, Assalamualaikum.."
"Nggeh, Walaikumsallam" balas bu Ani lalu wanita paruh baya itu kembali masuk ke dalam warung.
Setelah singgah sejenak di warung bu Ani, Laras sekuat tenaga berlari ke arah sekolah yang arahnya 60 meter dari warung pecel itu. Ia pun sampai di depan gerbang sekolah, nafasnya sedikit terengah engah.
"Sh*t! gue ga ahli dalam manjat lagi" lirih Laras setelah melihat gerbang sekolah yang tertutup rapat.
Laras bisa saja membuka gembok gerbang itu, tetapi ia tahu bahwa dini pasti akan mengabsen setiap pergerakan barang yang ada, terutama gerbang. Mau tak mau ia harus memanjat gerbang sekolah.
"Wait.. ini gerbang kekunci terus Dini masuknya gimana?.." batinnya.
Ia lalu berjalan masuk ke dalam sekolah dan mencoba tak memikirkan apapun lalu ia mencari tempat persembunyian yang strategis sesuai dengan rencana.
1 jam berlalu, Laras menghabiskan waktunya untuk melihat video video pendek dan mengabari teman temannya. Suara motor pun terdengar di kuping Laras, ia lalu mengintip dari balik jendela. Sesuai perkiraan, Dini datang di jam 6 sore tetapi ia bersama.. Fiona.
"What.. the.. h*ll"
"Sudah gue duga, dia ga mungkin ngajak ketemuan ekskul malem malem"
Ia lalu mengintip lagi dan melihat Dini membuka gembok gerbang sekolah, ia membawa sebuah kunci yang persis dengan kunci gembok yang biasanya Laras bawa.
"Dia dapet dari mana.. Gandain kunci? but how?.. kunci selama ini gue yang pegang.."
Dini dan Fiona mulai waberjalan masuk ke dalam sekolah, Laras langsung menutup mulutnya agar nafasnya tak terdengar, walau sepele tetapi mungkin mereka bisa mendengar nafas Laras.
Dini dan Fiona belok ke arah tangga lalu terdengar langkah mereka menaiki tangga. Laras reflek menghembuskan nafas lega lalu ia bergerak perlahan mengikuti arah kedua temannya itu, tak sengaja ia menyenggol sebuah mading yang membuat suara bising. Dini langsung menghentikan langkahnya lalu Dini menoleh ke belakang dengan tatapan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Teman
Mystery / Thriller12 Sahabat, Laras, Kia, Maira, Raya, Lila, Dini, Fiona, Yuda, Narendra, Zhano, Felix, Alwi. Mereka hanya latihan drama tetapi mereka malah di hadapi beberapa peristiwa yang aneh. Setelah peristiwa aneh itu selesai, niat asli salah satu dari mereka t...