Mata mereka semua melebar saat melihat perempuan itu berdiri di ambang pintu kelas.
"Laras?!" teriak mereka semua bersamaan.
Bagaimana bisa Laras masuk ke sekolah? padahal ia seharusnya pulang 1 minggu lagi. Keadaannya juga tak memungkinkan untuk masuk sekolah, nekad sekali dia.
Mereka semua menghampiri Laras yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Lo kok sembuhnya cepet?" tanya Kia.
Mereka semua terheran heran dengan Laras, padahal 2 hari yang lalu ia sangat lemah dan dokter juga berkata keadaannya ga memungkinnya untuk sembuh dalam kurun waktu 3 hari. Walau sembuh dalam waktu kurang dari itu, dia pasti disuruh istirahat yang cukup tak mungkin hari ini ia bisa masuk.
"Oh, ya gue pulihnya lebih cepet kata dokter, sebenarnya gue disuruh istirahat cuma gue masuk ajalah haha" balas Laras.
Maira memperhatikan fisik Laras dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia berbeda dari biasanya. Model rambut Laras biasanya di gerai atau di ikat kuda, tetapi saat ini model rambutnya di gerai tetapi bedanya di sampingkan ke kanan, Laras selama ini tak pernah memakai model itu. Dan cara bicaranya sedikit berbeda dari biasanya, ia terlihat kurang fasih dalam berbahasa Indonesia, tetapi Maira menghiraukan hal itu, ia mencoba tetap berfikir positif walau sebenarnya curiga, tetapi ntah apa yang ia curigai tentang sahabatnya itu.
"Ohh, bagus deh kalau lo cepet pulihnya" saut Rendra.
Mereka semua pun duduk dan mulai mengobrol dengan Laras, mereka bertanya tentang apa yang ia rasakan selama sakit, apa yang ia lihat saat kecelakaan, dan masih banyak lagi. Tetapi Laras seperti bingung bagaimana cara menjawabnya, saat ia di tanya ia selalu mengarahkan bola matanya ke atas seperti berfikir soal jawaban yang tepat, Maira tau betul jika Laras akan menjawab beberapa pertanyaan ini dengan langsung tanpa berfikir panjang
Maira memperhatikan kening Laras, tak ada bekas luka sama sekali, kening Laras benar benar putih mulus tanpa ada lecet. Terakhir kali Maira melihat Laras di rumah sakit, kening Laras ada luka dan biru, seharusnya luka itu tak hilang dalam kurun waktu yang cepat.
Bel masuk telah berbunyi, guru mereka bu Saidah telah memasuki kelas dengan membawa penggaris panjang andalannya. Guru killer yang terkenal di sekolah ini adalah wali kelas XI-B. Setiap bu Saidah memasuki kelas, semua murid langsung diam tak bicara.
"Kerjakan apa yang saya tulis di papan, sebentar lagi saya ada rapat. rapat saya selesai tugas kalian juga harus selesai!" sergah bu Saidah.
bu Saidah keluar dari ruangan, sebelumnya ia memberi Maira sebuah kertas dan menyuruh nya menulis di papan.
"aduh menara Saidah iki kakean tugas" umpat Yuda.
translate: aduh menara Saidah ini banyakan tugas
"He, cocot mu lo, isoke jebus menara Saidah" sahut Zhano.
translate: he, mulut mu lo, bisa bisanya jadi menara Saidah
"Salahe jeneng kok Saidah, yo tak padakke karo menara Saidah" balas Yuda.
translate: salahnya nama kok Saidah, ya gue samain sama menara Saidah
"Ga salah seh, ga menara Saidah ga bu Saidah podo podo horore" cetus Lila.
translate: ga salah si, ga menara Saidah ga bu Saidah sama sama horornya
Maira selesai menulis di papan lalu ia kembali duduk di sebelah Laras. Maira melihat tulisan Laras, awalnya ia hanya melihat sekilas tetapi ia merasa ada yang berbeda dari tulisan Laras, ia menoleh lagi untuk melihat tulisan Laras, ia mengerutkan keningnya dan mencoba melihat dengan jelas tulisan kecil di kertas berukuran A5 itu. Tulisannya latin, berbeda 180° dengan tulisan Laras yang biasanya, Laras tak bisa menulis Latin, tulisan Laras sangat khas, berbeda dengan ini.
"Mungkin ganti style tulisan, bosen" batin Maira.
Maira mencoba menghiraukan apa yang ia lihat pada hari itu, sebuah perbedaan yang drastis dari Laras membuatnya kepikiran setiap waktu, walau ia mencoba menghiraukannya.
"Gimana? sudah selesai?"
Wanita berkacamata berdiri di ambang pintu membuat satu kelas kaget dan menelan ludah bersamaan.
"Kalian kenapa diam saja? sudah selesai atau belum?!" bentak bu Saidah, ia memukul pintu dengan penggaris panjang yang ia bawa membuat satu kelas tertegun.
"S-sudah bu.." ujar Zhano.
Wanita itu berjalan mendekati mejanya lalu duduk di kursi mejanya.
"Bagus kalau begitu, kumpulkan di meja saya sekarang!" ucap bu Saidah.
Beberapa jam kemudian. Bel pulang sekolah berbunyi, Maira bersiap untuk pulang lalu ia melihat Laras yang sudah berjalan duluan.
"Ras" panggil Maira membuat langkah Laras terhenti.
"Kenapa mai?" tanyanya.
Maira berlari ke arah Laras lalu berkata.
"Ga bareng?"
"Bareng?..." ucap Laras sedikit bingung.
"Ga deh, gue nanti ada acara" sambungnya lalu ia pergi mendahului Maira.
Maira memandangi temannya yang mendahuluinya lalu ia berjalan ke arah gerbang dengan lesu, ia rindu pulang bersama dengan Laras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Teman
Mystery / Thriller12 Sahabat, Laras, Kia, Maira, Raya, Lila, Dini, Fiona, Yuda, Narendra, Zhano, Felix, Alwi. Mereka hanya latihan drama tetapi mereka malah di hadapi beberapa peristiwa yang aneh. Setelah peristiwa aneh itu selesai, niat asli salah satu dari mereka t...