S2 | 20: Weapon

20 4 0
                                    

Setelah mendengar nama Laras yang di sebut, ia begitu terkejut, jantungnya berdebar kencang, ia tak bisa berkata apa apa lagi. Pantas saja Laras sangat mahir dalam bahasa inggris, logat dan aksennya pun sangat fasih.

"Kamu kenapa diam saja El?" tanya Phalyn.

"Ah, ngga kenapa kenapa kok"

---

Maira lalu pulang dengan perasaan yang campur aduk setelah mendengar cerita dari ibu kandungnya. Saat sampai di villa ia ternyata sudah ditunggu oleh ke 6 temannya di ruang tamu.

"Lo kemana aja sih?" tanya Kia sedikit memekik.

Tak salah jika teman temannya sedikit marah karena ini sudah hampir jam 9 malam ia baru saja pulang.

"Gue ada sesuatu yang pengen gua ceritain ke lo pada.." ucapnya dengan setetes air mata jatuh mengalir di pipinya.

"Tell us then.." ucap Kia.

"But, Laras kemana?" tanya Maira.

"Biasa, urusan mendadak" ucap Yuda.

"Okey.. jadi.."

Maira lalu menceritakan semuanya yang tadi sudah diceritakan oleh Phalyn. Perasaan mereka semua campur aduk, kecewa, dan semuanya.

"Halo kakak ipar" ceplos Yuda sembari melambaikan tangan ke Maira.

Kia lalu menjambak rambut Yuda. "Lagi serius malah bercanda ih!" ucap Kia.

"Wes wes, cup cup, awakmu nangis sakjane nyapo seh?" tanya Zhano melihat Maira menangis.

translate: udah udah, cup cup, lo nangis sebenernya kenapa sih?

"Yo nangis ae" ucap Maira.

"Pantes se tinggi e rodo ga masuk akal buat wedok indonesia, ngalah ngalahi aku" celetus zhano.

translate: pantes tingginya agak ga masuk akal buat cewe Indonesia

"Iyo njrt, bapak angkat e karo de'e isok ga bedo adoh ngunu tinggi e" ucap Rendra.

translate: iya njrt, bapak angkatnya sama dia bisa ga beda jauh gitu tingginya

"Jadi yang pas itu gue liat itu emang tato gitu? itu Xamuela?" tanya Kia.

"Maybe.." balas Maira.

"Gue ada ide, gimana kalau kita pulang gitu? satu satu tanpa ketahuan Laras?" celetus Alwi.

"Ide bagus sih, tapi Laras udah beli tiket PP (pulang pergi) anjir" ucap Yuda.

"Shit.. masa harus relain sih.." ucap Zhano.

"Mau gimana lagi?" ucap Maira.

"Oh ya, gue sempet nemu salah satu tas kebuka di sebuah kamar gitu, gue lagi bersih bersih terus nemu itu tas, isinya kaya senjata gitu.. tapi gue gatau punya siapa" ucap Felix.

"Apalagi sih anjir.. tadi ini sekarang itu" ucap Rendra.

"Gue serius" ucap Felix.

"Laras?.." tanya Yuda.

"Gue tau Laras ga bawa koper lain atau tas lain gitu selain ya tas pink kesayangan dan koper hitam" ucap Maira.

"Maybe, dia kan kadang pulang malem" ucap Yuda.

"Gue selalu nungguin di depan pintu" ucap Maira.

"Terus? siapa?" tanya Yuda.

"Ah udahlah, tidur aja, ngapain sih di bahas" ucap Rendra.

"Ya sih, udah agak capek" ucap Zhano.

Mereka semua lalu bubar dan masuk ke kamar masing masing, Anyway mereka kamarnya sendiri sendiri kecuali Laras sama Maira yang tidurnya di master bedroom.

---

Pada malam hari yang sunyi, Kia sedang tertidur pulas di kasurnya, lalu ada seseorang membuka jendela kamarnya dan ia masuk ke dalam kamar Kia. Kia sedang tidur sendirian karena ia lebih suka tidur sendiri. Orang itu membawa senjata tajam berupa pisau dan orang itu menusukkan pisau itu ke perut Kia.

Kia seketika bangun dari tidurnya, ia merintih kesakitan karena perutnya tertusuk oleh benda tajam dan mengeluarkan darah yang sangat banyak, karena ia baru bangun tidur ia tak bisa melihat pelakunya siapa karena posisi kamarnya juga sedang gelap. Ia melihat orang itu keluar dari kamarnya lewat jendela, yang ia bisa lakukan hanya merintih kesakitan sembari mencoba mencabut pisau itu dengan sisa tenaga yang ia punya.

"Mai.. ras.. siapapun.. tolongin gue..."

Dendam TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang