S2 | 9: Suspect

37 7 0
                                    

Mereka benar benar terpukul karena kejadian ini, pikiran mereka sudah tak bisa di jelaskan dengan kata kata, sangat kacau. Mereka lalu kembali ke tenda dan menangis di tenda. "ini mimpi kan?" hanya itu yang ada di pikiran mereka, mereka benar benar tidak percaya dan tidak menyangka bahwa kejadian seperti ini akan menimpa sahabat mereka sendiri. Tak terkecuali zhano n the gank, walau mereka tak menangis tetapi sama saja mereka sedih dan terpukul saat melihat sahabatnya meninggal di depannya.

Pagi itu, semua acara di hentikan, mereka hanya melaksanakan upacara penutupan dan setelah itu seluruh murid di pulangkan karena keadaan yang tak memungkinkan untuk melanjutkan acara. Padahal pagi ini ada acara yang spesial untuk kakak kelas XXI.

---

Investigasi kematian Lila pun di mulai. Polisi datang ke sekolah dan menganalisa TKP, tetapi ada bukti senjata atau apapun di sekitar sana.

Mayat Lila pun di angkut dan di otopsi, hasil otopsi mengatakan bahwa terdapat tusukan pisau yang dalam di bagian kanan perut dan sebuah sidik jari. Setelah di selidiki sidik jari itu adalah milik kakak kelas XXI, Andhira.

Laras dan kawan kawannya menunggu hasil otopsi keluar, lalu dokter forensik keluar dari ruangan dan mengatakan semua yang ia temukan di badan Lila, termasuk sidik jari dan pemilik dari sidik jari itu.

"Kok?!" pekik Zhano yang tak terima.

"Ras, di deket kolam ada cctv ga?" tanya Kia penuh harapan.

Laras menghela nafas lalu menggelengkan kepala.

Zhano memijat pelipisnya, ia antara ingin percaya dan tak percaya, tetapi ia kecewa karena mereka menuduh kakak kandungnya sebagai pembunuh temannya sendiri.

"Kacau.." gumam Maira.

Mereka semua sempat di interogasi karena satu tenda dengan Lila dan sahabat dekat Lila, tetapi mereka tak mempunyai jawaban yang jelas tentang itu karena mereka tidur malam itu tanpa Lila.

Satu satunya orang yang tahu keberadaan Lila adalah Fiona dan Bu Tatik. Tetapi jawaban Fiona sama seperti yang ia katakan kepada teman temannya dan Bu Tatik menjawab bahwa ia memang menyuruh Lila pergi dengannya tetapi saat kembali ke sekolah Lila sudah menghilang sebelum Bu Tatik memberinya imbalan. Pikir Bu Tatik ia sudah berada di tenda.

---

Di dalam sebuah ruangan yang gelap dengan cahaya lampu yang hanya menyorot ke arah meja yang ada di tengah tengah ruangan.

"Saya tidak tau apa apa soal Lila, apakah belum jelas?" tegas Dhira kepada seorang polisi yang sedang menginterogasi dirinya.

Kedua tangannya di borgol seolah ia adalah tahanan yang di maksud, wajahnya sudah menggambarkan jika ia kesal, marah bercampur aduk.

"Saya ulangi, apa yang-"

"Saya tidak tau apa apa soal Lila, saya memang kakak kelasnya tetapi pada  malam itu saya sedang tidur di tenda bersama teman regu saya, apakah itu belum jelas?" Dhira menyela omongan polisi didepannya.

Dhira tak habis pikir dengan polisi itu yang terus menanyakannya pertanyaan pertanyaan bullshit.

"Malam itu apa kamu bertemu lila, malam itu malam itu, shut ur fu*king mouth bast*rd" batin Dhira

---

Lila pun di makamkan keesokan harinya, seluruh circlenya datang ke pemakaman kecuali Dini, Dini beralasan tidak enak badan saat hari itu.

Suara tangisan Ibu Lila terdengar sangat kencang, air mata mengalir membasahi pipi ibu lila dan semua temannya.

"Andai gue ga ngajuin proposal.." ucap Laras, ia sepertinya menyesal dan merasa bersalah walau ini bukan salahnya.

Dendam TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang