16: Dini?

37 13 0
                                    

"Kok bisa sama..." ucap Maira dengan wajah yang penuh pertanyaan.

"Gue inget banget detail mimpinya anjir.." ucap Yuda.

"Lo liat cewe yang nusuk Laras?" tanya Kia dengan nada serius.

"Gue liat, tetapi ga begitu jelas. dia hampir mirip sama dini.. gue gatau si cuma perasaan gue aja atau gimana, tapi tu cewe mirip dini" ucap Yuda.

Maira, Zhano dan Rayya mencoba mengola mimpi mereka berdua, mereka mencoba mencari titik yang aneh di mimpi itu.

"Lo pada percaya sama mimpi? kan cuma bunga tid-"

"Tapi yang bundir itu? masa itu cuma mimpi?" Maira menyela omongan Rayya.

"Cuma kebetulan? kan kita gatau" ucap Rayya mulai kesal.

"Udah udah, gausah berantem, ini nanti coba aja ceritain ke Laras, dia pasti paham" ucap Kia.

Tak sampai 5 detik tiba tiba Laras membuka pintu mobil.

"Nih pesenan lo pada, gua nyari pocky sejam coy ternyata di depan gue" ucapnya sembari meletakkan kresek penuh barang di kursi mobil.

Laras pun duduk di kursi mobil lalu menutup pintu. Kia memandangi temannya satu persatu lalu membuang nafas.

"Emm ceritain sekarang aja ya?" tanya Kia.

"Cerita apa?" tanya Laras.

Kia pun menceritakan mimpi mereka sedetail detailnya berharap Laras memahami perasaan mereka.

"Kalo boleh jujur ya, gue juga mimpi itu" ucap Laras yang sontak membuat mereka terkejut dan bertanya tanya.

"Bener kata gue, ni anak ga mungkin kaga mimpi yang sama" ucap Kia.

"Tell we the detail" ucap Maira.

"It's same with Kia dream but different.. gua pokoknya di pesenin sama kakek gua but i forgot sih itu mesenin apa and then gua tiba tiba ada di hutan dan liat Kia.. dia mau di bunuh.. sama sosok yang mirip sama Dini! dan gatau gimana gua tiba tiba udah tersungkur berdarah darah gitu"

"Kok lo tau gue juga mimpi itu? gue kan belum cerita" tanya Yuda yang sedikit kaget karena memang, ia sedari tadi belum menceritakan mimpi itu ke Laras.

"Karena yang di mimpi itu sebenarnya cuma kita bertiga yud, gua udah tau dari awal karena gue ngerasa ada parfum lo yang selalu ngikutin gue" jawab Laras.

"Iyasi gua dari awal ngikutin lo, abis gua penasaran hehe" kekeh Yuda.

"Cia elah, pacarnya aje di ikutin gua mah di tinggal" ucap Zhano.

"Paansi" ucap Yuda.

"Something will happen to us, but i don't know what" ucap Laras.

"Fakk ngapain lo bahas disini" ucap Rayya yang sedari tadi kesal dengan pembahasan teman temannya.

"Dih, dengerin dulu napa, nyocot ae" ucap Zhano.

"Mimpi ini konsepnya puzzle ga si, dengerin gue.. beberapa dari kita bakal dapet mimpi serupa tetapi alurnya beda. Lo pada kudu nyatet semua mimpi lo specially yang mirip banget sama alur mimpi Laras, Yuda, sama Kia" jelas Maira.

"That's it, kalo semua mimpinya udah bisa kita sambung jadi alur kita bisa dapet kunci jawabannya" ucap Laras.

"Wait wait, gue masih ga paham, kenapa kita bisa ada mimpi ginian? like puzzle puzzle things.. maksudnya apa coba?" tanya Rayya.

"Iya ya, gua lama lama mikir ini mimpi kenapa bisa nyambung nyambung?" tanya Yuda yang sama penasarannya dengan Rayya.

"Jangan jangan..." ucap Zhano dengan nada agak lembut.

"Sst, diem" ucap Kia.

"Gua ngerasain mimpinya beda, ini petunjuk kalo kata gue, dan mimpi lo bertiga cuma salah satu scene nya gitu ah gimana si anjir shshsh" ucap Maira yang tiba tiba belepotan.

"Agak laen, mungkin belepotan karena melihat ketampanan mas E" ucap Rayya.

"Pake di ingetin lagi sih, orang gue ga suka ama dia" ucap Maira dengan wajah yang mulai memerah salting.

"Yud jalan yud, sejam kita disini ya ampun" suruh Kia.

"Lo pada makannya diem, gue kan pengen ikut gibah kalo lo pada ngobrol" ucap Yuda lalu ia mulai menjalankan mobil

"Ikut gibah atau pengen denger suara dip (deep) nyah sih ayass (Laras)" ucap Rayya.

"Gatau lah" ucap Yuda dengan nada jengkel, tetapi wajahnya memerah.

Mereka semua pun jalan menuju kerumah kakek Laras. 40 menit kemudian, mereka akhirnya sampai ke rumah kakek Laras. Laras pun mengetuk pintu rumah bercat putih itu.


"Assalamualaikum.." ucap Laras.

Suara itu di sadari oleh kakek Laras yang berada di ruang tamu, ia tau bahwa itu adalah suara dari cucunya, dengan semangat beliau membuka pintunya.

"Waalaikum- salam.." ucap kakek Laras, raut wajah kakek Laras tiba tiba menjadi seperti sedang melihat sesuatu yang membuat ia marah.

Tetapi mereka tidak menyadarinya, yang menyadari hal itu hanya Laras, Kia dan Maira.

"maaf ya pa jarang kunjungin, mami sama ayah sibuk jadi ga sempet" ucap Laras sambil membuka sepatunya.

"Iyo rapopo nduk, wes gede yo putuku saiki, disik sek cilik isok di gendong" ucap Kakek Laras sembari mengusap kepala Laras.

translate: ya gapapa nak, sudah besar sekarang cucuku, dulu masih kecil masih bisa di gendong

"Oh ya, ini temen temenku pa, ini Kia.." ucap Laras sambil mengenalkan teman temannya satu persatu ke kakeknya.

Maira merasa aneh dengan tatapan kakek Laras yang mengarah ke Kia, seolah ada sesuatu di Kia yang membuat kakek Laras sedikit marah. Kakek laras tersenyum saat Laras mengenalkan temannya satu persatu tetapi Maira paham itu bukan senyuman biasa.

"Ohh gituu, wes ndang masuk nduk kamu pasti kecapean to" ucap kakek Laras.

translate: oh gitu, yaudah masuk sana nak.. kamu pasti kecapean

"iya, eh guys masuk aja gapapa" ucap Laras sambil masuk ke ruang tamu lalu duduk di sofa.

Rumah itu masih sama seperti saat ia kecil, masih bernuansa belanda dan beberapa foto jadul yang ada di dinding membuatnya sedikit dejavu, dan beberapa barang barang antik membuat Laras merasa bahwa ia pernah hidup di masa itu.

Dendam TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang