18: End S1

25 6 0
                                    

Beneran menit kemudian. Terdengar suara klakson yang tak asing, itu adalah klakson yang berasal dari mobil Laras.

Kia menyenggol-nyenggol pundak Rayya, mengisyaratkan untuk ia menbukakan gerbang lagi, tapi raut wajahnya sangat pucat dan terlihat ada ketakutan dari raut wajahnya.

"Yaelah bocah penakut" ucap Kia lalu pergi untuk membukakan gerbang.

Ia pun berjalan dengan santainya sambil bermain Handphone yang ada di tangannya. Ia benar-benar santai dan tidak memperdulikan teman-temannya yang sudah berteriak agar segera dibukakan pintu.

Akhirnya ia pun membukakan pintu untuk mereka. Mereka semua langsung memarahi Kia karena lama membukakan pintu.

"Lama bengete lo gue udah lumutan tau" ucap Maira yang sedari tadi mengipasi dirinya memakai tangan.

Lalu Kia pergi masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan perkataan teman-temannya karena ia sibuk bermain handphone. Saat masuk, ia melihat Maira berada di ruang tamu, ia tengah duduk memandangi TV.

"Cepet banget Mai masuknya" ucap Kia, lalu pandangannya beralih ke handphonenya lagi.

Tapi tak ada balasan apapun dari Maira. Ia pun duduk di sebelah Maira, dan bermain handphone, tak selang lama tiba-tiba pintu di buka oleh seseorang. Ya itu, Maira. Kia menoleh ke arah pintu lalu menoleh lagi ke arah Maira terduduk di sebelahnya, dan mereka berdua sama sama Maira, tapi berbeda. Maira yang berada di sebelah Kia kakinya sudah mengeropos tak berbentuk, dan tiba-tiba sosok itu berubah menjadi bentuk aslinya. Matanya hampir copot, mulutnya lebar seperti telah di sobek, pipinya bolong hanya terlihat tulang, dan tangannya tidak mempunyai jari yang lengkap. Melihat itu Kia langsung berlari ke pelukan Maira.

"Kenapa lo? abis liat mayat idup?" tanya Maira dengan nada mengejek.

"Duh, besok ajalah malas" ucap Kia lalu pergi.

Kia pun berjalan menuju kamarnya, tapi emang agak aneh sih. Badannya gemetar bahkan Kia pun seperti sedang kedinginan menggigil dan sesekali ia mencoba mengontrol nafasnya. Maira langsung memahami apa yang telah terjadi kepada Kia, karena kejadian seperti ini sering terjadi pada Laras saat Laras sedang panik.

Keesokan harinya. Mereka pun bersiap siap untuk pulang, Laras berpamitan kepada kakeknya. Kakeknya berpesan kepada Laras untuk berhati-hati dengan temannya yang sekarang, karena ada sesuatu di antara mereka yang akan menghancurkan semuanya. Laras tidak paham apa yang dimaksud kakeknya, berhati-hati dengan teman? memangnya ada apa dengan teman-teman Laras?

Setelah berpamitan mereka pun melaksanakan perjalanan mereka menuju Jakarta. Saat berangkat, Rayya merasa khawatir akan keselamatan teman-temannya ntah apa yang ia pikirkan. Secara tiba-tiba Rayya mendapat sebuah penglihatan. Di ujung tebing, mobil Laras rusak seperti telah terbentur pembatas jalan, dan teman-temannya dan satu lagi, dini.. ntah mengapa tiba-tiba dini berada di penglihatannya itu, tanpa alasan yang jelas, dan hanya Dini itu saja.

"ada apa dengan Dini? apakah ia sedang dalam bahaya?" batinnya.

Fyi, Laras yang menyetir mobil, ia sudah pasti paham dengan jalan yang akan di lewati. Setelah melalui jalan provinsi, ia membelokkan mobil ke arah gerbang tol. Tapi aneh sekali, disana sangat sepi ya sepi banget seharusnya ada 1 atau 2 mobil lah, tapi ini bener bener sepi, ga ada mobil satupun yang lewat. Keanehan ini dirasakan oleh mereka semua, di pikiran mereka semua hanya ada kalimat "kok sepi sih jalanan nya?" hanya itu yang terus terfikirkan oleh mereka saat berada di jalan tol.

"Lo yakin ini tol yang bener? ga ada mobil sama sekali loh" tanya Yuda.

Emang si mereka agak ngeraguin pas Laras minta buat dia aja yang nyetirin mobil, dia ga terlalu bisa di andalin soal nyetir dengan jarak jauh.

"Yakin lah, lo pikir gua ga pernah ke Kediri naik mobil?" ucap Laras.

"Walau gua ga bisa di andalin tapi memori gua kuat coy, jangan nyepelein lo pada" lanjutnya.

40 menit kemudian. Masih sama, tol nya masih saja sepi padahal udah 40 menit mereka berjalan. Tiba-tiba ada sebuah kabut tebal yang menutupi seluruh jendela mobil. Laras melihat itu panik karena ia sangat takut jika tiba-tiba sudah ada di jalur yang berlawanan lalu tertabrak sebuah truk atau kendaraan besar lainnya. 5 menit kemudian kabut tebal itu hilang, tapi mereka semua sedang berada di ujung tebing yang tinggi sekali. Tepat sekali, ini sama seperti yang ada di penglihatan Rayya.

Setelah melihat pemandangan di depan nya, tiba-tiba saja mobil yang mereka naiki itu berjalan sendiri dengan kecepatan penuh, dan tidak bisa di rem. Laras langsung menginjak rem dan berusaha agar mobil itu berhenti, setidaknya kecepatannya berkurang, tetapi usahanya tidak berhasil sama sekali.

"Woy sini ganti posisi sama gua cepet!" ucap Yuda.

"Gabisa, bahaya yud, ras mainin setir aja, kontrol lewat setir" ucap Zhano.

Laras pun mencoba untuk mengontrol setir, tetapi setir itu sangat berat untuk di gerakkan tidak seperti biasanya.

"Gabisa! ini setir berat banget ga kaya biasanya, gua gabisa ngontrol" ucap Laras yang kewalahan menghadapi setir yang berat itu.

"WOY LIHAT KEDEPAN, AAAA"

BRAKK

Mobil yang mereka naiki terhantam pembatas jalan. Benar-benar sama seperti penglihatan Rayya.
Lalu, Rayya mendapat penglihatan lagi. Tapi beda, ia melihat teman-temannya bertengkar hebat dan ia melihat teman-temannya saling membunuh satu sama lain, dan yang paling parah ia melihat Laras membunuh Yuda, dan lagi-lagi ia melihat Dini ntah mengapa Dini selalu ada di dalam penglihatannya, lalu ia terbangun dari pingsannya. Matanya buram, dan kepalanya pusing, Rayya melihat teman-temannya yang pingsan dan ia berusaha membangunkan teman-temannya itu, lalu ia melihat Laras. Dari kepalanya mengalir darah, sepertinya ia terbentur oleh setir. Air mata mengalir di pipi Rayya, karena melihat teman-temannya, dan semakin deras saat melihat Laras dengan kepala nya yang mengalir darah itu.

Karena kondisi yang lemah, ia tak bisa membantu teman-temannya itu, ia hanya mengikatkan jaketnya kekepala Laras, berharap darah itu berhenti mengalir. Ia pun keluar dari mobil, lalu ia terjatuh karena ia sangat pusing, benar benar pusing sampai ia tak kuat untuk berjalan. dengan sisa tenaganya ia hanya mengesot dan berharap ada kendaraan lewat, sesekali ia melihat ke arah mobil Laras, kondisinya sangat parah, dan ada asap juga dari arah depan mobil.
Lalu Rayya melihat sebuah hutan pohon pinus, dan ia melihat Laras sedang berjalan menuju ke arah hutan itu.

"Laras?.." satu kata keluar dari mulut perempuan itu.

Rayya pun berusaha bangun dan mengikuti Laras. lalu setelah berjalan hampir 2 menit, Rayya terjatuh. Ia benar-benar sudah tidak kuat, tetapi ia mendengar sebuah percakapan dari suara seseorang yang tidak asing. Rayya pun mengintip untuk melihat siapa itu, dan disana ada Kia dan Dini, ia teringat mimpi yang di ceritakan oleh Kia. Saat Rayya melihat ke sebelahnya Rayya terkejut karena di sebelahnya ada Laras yang sepertinya tengah menguping percakapan kedua temannya itu.

"Ras? hello?" panggilnya, sesekali Rayya mengetikan jarinya tetapi tidak ada balasan dari Laras, bahkan sepertinya Laras tidak mendengar panggilan Rayya.

Rayya lanjut melihat apa yang terjadi dengan Kia. Setelah memperhatikan Kia dan Dini, Rayya sadar kalau Dini sedang membawa pisau di tangan nya. Dan secara tiba-tiba, Dini mengarahkan pisau itu ke Kia dan..

Jleb

Rayya membuka matanya dan melihat pisau yang menancap pundak Laras, rupanya Laras berlari dari tempat sembunyinya untuk melindungi Kia, lalu ia menutup matanya kembali dan berharap ini adalah mimpi, tapi tak bisa. Ia masih bisa melihat temannya tergeletak berdarah-darah itu dengan jelas. Rayya ingin sekali berlari lalu menolongnya, tapi ia tak punya banyak tenaga, bahkan bangun saja ia tak kuat.
Dan sepertinya Dini menyadari bahwa Rayya sedari tadi melihat kejadian itu. Dini mencabut pisau itu dari pundak Laras, terdengar suara teriakan Laras yang kesakitan, lalu Dini melempar pisau itu ke arah Rayya dan..

End S1

~~~~~~~~~~~~~~~~


Dendam TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang