Maira menoleh ke belakang, ia sedikit kaget karena mendapati seorang perempuan berambut pirang dan wajahnya seperti keturunan orang belanda. Perempuan itu mengajak Maira untuk sedikit menjauh dari area pemakaman dan Maira pun menurutinya. Ia berjalan mengikuti perempuan itu dan berhenti di sebuah pohon yang tak jauh.
"Oh ya, salam kenal namaku Giselle" ucap Perempuan itu dengan nada lembut dan senyum hangat membuat Maira sedikit terlena.
"Salam kenal juga, aku Maira" balas Maira, ia juga mengeluarkan senyuman dari bibirnya.
"Ini pemakamannya teman kamu ya?" tanya Giselle, nadanya seperti sangat penasaran.
"Iya, dia mati karena bunuh diri" jawab Maira.
Mendengar itu Giselle langsung terdiam, dirinya seperti membeku karena ucapan Maira.
"Oh. Aku turut berduka ya.. umm anyway kamu nanti sore free ga? aku mau ajak kamu ke cafe sama ketemu temen aku juga" ucapnya dengan nada sedikit terbata.
"Oh boleh deh, cafe yang mana?" tanya Maira.
"Cafe yang lagi viral itu loh, oh ya ini nomerku nanti aku sharelock aja okey?" ucap Giselle di sertai dengan senyum hangatnya.
"iya nanti aku dateng kok" ucap Maira.
"Oke kalo gitu aku pergi dulu ya, bye" ucap Giselle langsung pergi dari tempat itu dengan cepat.
Maira pun kembali ke area pemakaman, ia tak berpikir aneh aneh tentang Giselle, karena ia merasa bahwa Giselle adalah perempuan yang baik hati dan ramah senyum.
Di sisi lain, hampir seluruh keluarga Rayya bersedih saat jasad itu di kuburkan, sedangkan Laras menatap sinis jasad itu.
"Bahkan ibu Rayya sekalipun ga sadar kalo ini beda banget sama rayya" batinnya kesal.
Setelah pemakaman mereka semua memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu tetapi mereka ke rumah ortunya Rayya untuk sedikit bantu beres-beres. Ibu Rayya sedari tadi masih saja menangis karena tidak kuat kehilangan anak pertamanya. Di sela sela tangisnya beliau tiba tiba mengatakan.
"Kalian semua pergi dari rumah ini, kalian yang ngebuat anak saya bunuh diri, Pergi kalian!" bentak Ibu Rayya.
Spontan mereka semua kaget dan bingung, padahal sudah jelas Rayya itu hilang ntah kemana bukannya bunuh diri, sialan.
Tanpa menjawab apapun mereka semua pun memutuskan pulang dan berpamitan dengan ayah Rayya."Laras, om pingin ngomong, boleh kan?" ucap ayah Rayya.
"Oh nggeh monggo om, pingin ngomong apa?" tanya Laras.
"Saya lihat lihat Kia sepertinya sedang di incar oleh seseorang, kamu bawa saja Kia ke kakekmu ras" ucap ayah Rayya.
"Oh iya om nanti saya bawa" ucap Laras, ia sebenarnya sedikit kebingungan dengan maksud ayah Rayya.
"udah sana pulang sudah ditunggu teman temanmu" ucap ayah Rayya.
"Nggeh om, makasi ya maaf ngerepotin" ucap Laras lalu salim dengan ayah Rayya.
"Ya, hati hati ya" ucap ayah Rayya.
Mereka pun pulang kerumah masing masing.
Sore harinya Maira pergi ke cafe XX sesuai ajakan Giselle. Tiba tiba ada seorang perempuan yang duduk di depannya, perempuan itu terlihat tidak asing, Maira kaget karena perempuan itu adalah.. Rayya!
Maira kaget ia tak bisa berkata ala apa, badannya membeku sesaat lalu Maira mencoba mengucek ngucek matanya dan sesekali mencubit tangannya, ia tidak percaya seolah ini adalah mimpi.
"Hai mai, lama ga ketemu" ucap Rayya dengan senyuman di wajahnya.
Suaranya benar benar suara Rayya, ia masih tak percaya yang di hadapannya ini adalah Rayya.
"Ini gue ga mimpi kan?" tanya Maira.
Rayya mengangguk lalu memegang tangan Maira.
"Oke oke beneran ga mimpi" ucap Maira setelah tangannya di pegang oleh Rayya.
"Apa kabar yang lain? gimana juga ortu gue?" tanya Rayya.
"Baik baik, anw mak lo ga mau ketemu kita kita ya gitu deh kita dituduh ngebunuh lo. Btw lo kemana aja dah? gue sama yg lain cariin lo bahkan ortu lo lapor polisi loh soal ini" ucap Maira.
"Oke oke gue bakal cerita" ucap Rayya.
Flashback
Rayya kesakitan karena ada pisau yang menancap di perutnya. Ia mencoba berjalan untuk keluar untuk menemui teman temannya sembari memegangi perut yang berlumuran darah, ia benar benar tidak sanggup karena pisau itu, Rayya membuka outernya dan mencabut pisau itu dari perutnya dan langsung membungkus perutnya dengan outer.
"Lila as*, gua kek gini malah ditinggal" gumam Rayya menahan kesakitan.
Ia berjalan sambil memegangi perutnya yang masih bercucuran darah, lalu ia pun tiba di gerbang, ia melihat motor teman, Rayya pun berteriak meminta pertolongan tetapi tak ada satupun yg dirasa mendengar suara Rayya, karena volume dari suaranya tidak bisa besar besar, bahkan untuk ngomong aja membuat perut yang di tusuk menjadi sakit.
"Jan*** kabeh koncoku iki" ucap Rayya emosi.
translate: Bren***k semua temenku
Tak selang lama, ada sebuah mobil berjalan ke arah Rayya. Mobil itu berhenti tepat di depan Rayya, awalnya ia sedikit takut lalu keluar seorang perempuan berambut pirang dari mobil itu.
"Kamu gapapa? perutmu.." tanya perempuan itu.
"Aku di tusuk oleh seseorang, tolong aku.." ucap Rayya lemas sambil memegang tangan perempuan itu.
"Okey masuk saja kemobilku" ajak perempuan itu.
Rayya pun masuk ke mobil perempuan itu, di sana ada orang tua dari perempuan itu, mereka bertanya tanya tentang keadaan Rayya dan sesekali bertanya tentang keluarga dan tempat tinggal.
"Oh ya kita belum kenalan, namaku Giselle" ucap Giselle.
"Rayya"
Rayya akhirnya di rawat di rumah Giselle, Rayya tidak ingin pulang dengan kondisi perutnya, ia takut orang tuanya khawatir. Beberapa hari dirawat Rayya sudah sedikit membaik, tetapi ia sekarang sakit sakitan, tidak tau kenapa padahal Rayya termasuk orang yang tidak gampang sakit.
21 Agustus 2017 H-9
Rayya selalu bermimpi bahwa di sekolahnya ada seseorang yg bunuh diri, dan setelah mimpi itu dia akan terbangun lalu saat tertidur ia bermimpi Laras, laras menyuruhnya untuk datang ke pemakaman nya pada tanggal 30 Agustus. Mimpi itu berulang ulang selama 8 hari dan hari itu tiba.
Rayya benar benar benar melihat bahwa dirinya dikubur saat itu, ia menangis tidak percaya, dan menyuruh Giselle untuk meminta salah satu temannya untuk bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Teman
Mystery / Thriller12 Sahabat, Laras, Kia, Maira, Raya, Lila, Dini, Fiona, Yuda, Narendra, Zhano, Felix, Alwi. Mereka hanya latihan drama tetapi mereka malah di hadapi beberapa peristiwa yang aneh. Setelah peristiwa aneh itu selesai, niat asli salah satu dari mereka t...