Matahari sudah berada di puncak ketika [Name] tiba di SMK Jujutsu. Sekarang ia duduk berhadapan dengan kepala sekolah cabang Tokyo. Ia menyerahkan selembar kertas pada pria itu dan memintanya menandatanganinya.
"Jadi, semua benar-benar sudah selesai?"
[Name] hanya menanggapi dengan anggukan. Setelah urusannya dengan si kepala sekolah usai, ia memutuskan untuk bertemu para murid sebelum pulang. Begitu melihat dirinya, mereka semua melongo. Nobara bahkan secara terang-terangan memelototinya.
"Sensei, kenapa rambut Sensei jadi pendek?" [Name] menatap gadis itu lalu tersenyum kecil.
"Karena aku memotongnya? Kenapa? Apa tidak bagus?" Mereka semua dengan cepat menggeleng.
"Sangat bagus, Sensei terlihat lebih cantik," puji Nobara. [Name] sekali lagi tersenyum.
"Selamat, hasil tes kalian memuaskan, tapi untuk Yuuji dan Nobara masih harus belajar lagi." Pemilik kedua nama yang disebut barusan langsung membuang muka. [Name] sedikit tergelak melihatnya.
Sebaliknya murid yang lain memasang ekspresi murung. Masih tidak rela kalau harus berpisah dengan si pengawas pendidikan. Mereka semua kembali memohon agar [Name] tidak pergi dari SMK Jujutsu.
[Name] merasa iba melihat mereka. Tetapi dirinya tak bisa berbuat apa-apa. "Jangan sedih begitu, barang-barang yang kalian beli kemarin ada di mobil, bagaimana kalau kita ambil?" ujarnya untuk mencairkan suasana. Untungnya hal itu berhasil mengubah suasana hati mereka.
Semuanya kini tengah mengacak-acak mobil [Name] untuk mencari barang masing-masing. "Sensei, apa tidak masalah seperti itu? Mobilmu ...," [Name] menoleh pada gadis bersurai biru itu.
"Tidak masalah, lagi pula aku akan menggantinya sebentar lagi." Gadis itu tersentak mendengarnya. Padahal mobil [Name] terlihat masih baru. "Miwa-chan tidak bergabung dengan mereka?" tanya [Name] padanya.
Miwa menoleh dengan ekspresi bingung. "Tidak, aku tidak ikut membeli barang."
[Name] mengernyit mendengarnya. "Kenapa?"
"Karena aku tidak terlalu membutuhkan barang seperti itu, lagipula itu terlalu mahal." Miwa kembali memandangi teman-temannya yang saling memamerkan barang baru mereka.
"Kalau begitu ada sesuatu yang lain yang bisa kuberikan?" Pertanyaan [Name] membuat Miwa tersentak. Ia langsung saja menolak tawaran wanita itu. Tetapi [Name] bersikeras untuk memberikannya.
"Aku membelikan kalian barang sebagai hadiah perpisahan, jadi sebaiknya diterima ..., atau begini saja." [Name] mengeluarkan ponselnya dan meminta gadis itu memberikan nomor rekeningnya. Miwa awalnya ragu, tapi akhirnya ia berikan juga. Setelahnya tiba-tiba muncul notifikasi dari ponsel gadis itu. Saat memeriksanya, Miwa hampir pingsan saking terkejutnya melihat nominal uang yang masuk ke rekeningnya.
"Se-sensei ini terlalu banyak! Aku tidak bisa terima ini."
"Ambil saja, itu jumlah yang sama dengan yang teman-temanmu habiskan." Miwa makin terkejut lagi setelah mendengar hal itu. Ia tak percaya [Name] menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk mereka.
Saat itu beberapa orang dewasa tiba-tiba datang menginterupsi suka cita mereka. Melihat mobil [Name] terparkir sempurna, Gojo langsung melesat secepat mungkin menghampiri benda itu. Di belakangnya ada Nanami dan Shoko yang hanya bisa pasrah melihat kelakuan pria dewasa itu.
Gojo langsung memeriksa ke dalam mobil, namun tak menemukan [Name] di sana. Ia lalu bertanya kepada Yuuji tentang keberadaan wanita itu. "Apa mata Gojo-Sensei sudah tidak berfungsi? [Name]-Sensei tepat di belakangmu." Si rambut merah muda menunjuk wanita yang kini berbincang dengan Shoko dan Nanami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfic[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...