Sakit kepala itu lagi. [Name] sudah lelah menghadapinya. Bukan masalah rasa saja, tapi setiap sakit itu datang, dia selalu saja berhalusinasi. Ia tidak bisa mengingat persisnya dengan jelas. Namun ada kata-kata yang selalu terngiang di kepalanya.
"Putriku, sekarang dirimu pemilik tempat ini. Kepakkan sayapmu dan berikan cahaya kehidupan pada dunia ini."
Tubuh [Name] mendadak lemas. Ia terjatuh di tengah-tengah pembahasan penting mengenai Kenjaku. Gojo yang melihat itu panik dan segera menghampirinya. "[Name]! Ada apa? Kau baik-baik saja?"
[Name] menggeleng. Sungguh, rasanya mungkin akan lebih baik kalau ia memecahkan kepalanya. Pandangannya seperti berbayang-bayang dan telinganya terus berdengung. Membuatnya tak bisa mendengar dengen jelas ucapan-ucapan mereka yang mengkhawatirkannya.
Tangan [Name] terjulur. Berusaha menggapai sesuatu.
Apa itu? Sialan! Kenapa begini sih?
[Name] menggerutu di dalam hati. Dirinya sudah tidak tahan lagi. Saat dirinya sudah hampir menyerah, tiba-tiba saja rasa sakitnya menghilang. Namun suasana di sekitarnya menjadi hening.
[Name] membuka matanya. Ia bisa melihat dengan jelas sekarang. Semua orang tengah berkerumun di sekitarnya. Hanya saja ia tak bisa mendengar suara mereka. Dan yang lebih menakutkan, mereka semua nampak hitam putih.
Satu-satunya yang memiliki warna adalah yukata merah itu. [Name] bangkit, berusaha mencapainya. Sekali lagi, ia berhadapan dengan topeng putih itu. "Sebenarnya siapa dirimu?"
Sosok itu menoleh padanya. Perlahan ia mengangkat topengnya ke atas, memperlihatkan senyum yang menawan. "Saat kau tak mampu mengenali dirimu sendiri, maka itu bukan hakmu untuk mengenalku."
Dahi [Name] mengkerut. Ucapan wanita itu membingungkan. "Apa maksudmu? Bicaralah yang jelas." Wanita itu tidak menjawab dan malah tertawa remeh. Melihat [Name] yang kebingungan sangat menghiburnya.
"Aku tidak main-main! Jika kau dikirim oleh Kenjaku, maka-"
"Tidak sopan. Menyamakanku dengan makhluk seperti itu." [Name] berjengit lantaran wanita itu tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya. Ia melangkah, mendekati kerumunan orang yang masih mengerumuni tubuh [Name].
"Jangan sakiti Satoru, kumohon." Tiba-tiba saja [Name] berucap. Membuat langkah kaki wanita itu terhenti. Ia menoleh pada [Name] dan kembali tersenyum.
"Mengapa aku akan menyakitinya? Lihat anak itu. Aku pun bisa merasakan rasa sakitnya. Menurutmu apa yang akan terjadi padanya jika kau menghilang?" Pandangan [Name] teralih pada sosok Gojo Satoru. Pria itu terlihat sangat ketakutan. Padahal [Name] sudah berjanji tidak akan membuat Gojo khawatir lagi. Tetapi sekali lagi ia menjadi penyebab kecemasan pria itu.
"Satoru..." gumamnya pelan. Pandangan [Name] kembali pada sosok beryukata merah di hadapannya. "Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa tujuanmu mempermainkanku seperti ini?" Wanita itu hanya diam saja. Terlihat sedang berpikir tentang jawabannya. Namun, sekali lagi hanya terdengar suara kekehan pelan.
"Jawabannya ada padamu." Dahi [Name] mengkerut. Ia benar-benar tidak memahami setiap ucapan yang keluar dari mulut wanita itu. Kedengarannya seperti omong kosong saja. Namun dirinya tahu bahwa ada makna dari kata-kata.
[Name] menghela napas panjang. Dengan lirih ia berkata, "Aku tidak mengerti. Aku ingin kembali. Tolong, kembalikan aku padanya."
Wanita itu tidak menjawab ucapan [Name]. Ia hanya berdiri di sana memandangnya. Tanpa ia bicara pun, [Name] sudah tahu apa jawabannya.
"Kau ... apa yang kau inginkan?" [Name] perlahan melangkah mendekatinya. "Sikapmu saat ini, sudah jelas kau menginginkan sesuatu dariku. Apa itu? Katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfiction[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...