His Monologue
..
.
.
.
"Tidak!"
"Jangan pergi!"
"Kenapa kau meninggalkanku? Aku tidak bisa hidup tanpamu."
"Aku tidak ingin melupakan semuanya. Aku ingin bersama denganmu. Tolong, jangan rebut perasaan ini dariku. Aku tidak mau."
"Aku tidak mau!!"
.
.
.Pria itu terdiam di atas kasurnya. Kepalanya masih terasa pusing karena mabuk. Tak pernah ia sangka bahwa dirinya akan minum alkohol sampai seperti itu.
Orang yang mengantarnya pulang sudah pergi sejak tadi. Ia ingat bagaimana dirinya menangis di depan orang itu. Rasanya sedikit memalukan.
Gojo menghela napas panjang. Ia berusaha menjernihkan kepalanya. Namun, saat ia menutup matanya, ia bisa merasakan semuanya dengan jelas.
Aroma itu, suara napas itu, bahkan sampai senyuman kecil itu.
Gojo tertawa hambar. "Sial!"
Kenapa seperti ini? Kau bilang aku akan melupakan semuanya.
Memori membawanya kembali pada hari itu. Saat ia membuka matanya, langit biru di atas sana menyambut pengelihatannya. Apa yang terjadi? Ternyata dirinya baru saja bangkit dari kematian.
Rasanya familiar. Kejadiannya mirip sekali dengan mimpi yang ia alami. Tidak, Gojo yakin itu bukan mimpi. Karena tidak mungkin air mata yang membasahi wajahnya saat itu adalah kebohongan.
Tubuhnya terluka parah. Tapi rasa sakit yang ia rasakan berasal dari hal lain. Sangat menyakitkan sampai ia tak bisa memikirkan hal yang lain lagi. Ia bahkan tidak tahu bagaimana tubuhnya bisa bangkit dan bertarung saat itu.
Satu hari, satu bulan, satu tahun.
Waktu terus berlalu. Orang-orang bilang semua akan memudar seiring berjalannya waktu. Tapi Gojo tidak menyetujuinya. Jika memang begitu, harusnya ia sudah bahagia sekarang.
Benar, kan?
Semuanya memang kembali seperti semula. Sahabatnya sudah bersamanya lagi. Dirinya pun tidak perlu mengalami kejadian-kejadian mengerikan lagi.
Tetapi mengapa dirinya tidak merasa senang? Hatinya terasa hampa. Dan tidak ada satupun yang bisa mengisi kekosongan itu. Bahkan sahabatnya sendiri.
"Sialan!"
Gojo terus mengumpat. Ia mulai menangis lagi.
"Apa ini, [Name]? Ini kah yang kau maksud bahagia? Setiap malam aku menangis seperti ini. Apa menurutmu ini yang namanya kebahagiaan?"
Benar, Gojo tidak melupakan [Name]. Kenangan tentang wanita itu masih ada dan begitu jelas. Perasaannya pada [Name] terlalu kuat. Terlampau dalam sampai merusak hukum kausalitas yang berlaku dari ritual pemutaran waktu.
Penolakannya untuk melupakan [Name] seperti sebuah bug yang tidak diketahui dalam suatu sistem pemrograman. Itulah sebabnya penghapusan ingatan tidak berlaku pada dirinya.
Itulah sebabnya dirinya terus merasakan rasa sakit ini. Hari-hari yang ia lalui bagai berjalan di atas papan. Lalu di bawahnya ada kobaran api yang seperti menunggunya untuk jatuh. Rasanya sangat panas dan menyiksa.
Meski begitu Gojo tetap bersikeras untuk mengingatnya. Karena walau raga itu tidak bersamanya, setidaknya kenangan mereka masih ada.
Aku merindukanmu.
Aku merindukanmu.
"Aku merindukanmu ... [Name]."
Matahariku, cintaku, rumahku.
"[Name], apa kau tahu?"
Setiap hari,
Setiap hari,
"Setiap hari aku merindukanmu sampai aku lelah dan tertidur."
Setiap hari kuhabiskan hanya untuk merindukanmu.
"Kau dimana, [Name]? Aku di sini."
Tak bisakah kau melihatnya? Tak bisakah kau mendengarnya?
Gojo masih menangis. Suara tangisannya begitu pilu. Tangannya meremat kain celananya sendiri.
"Kembalilah, [Name]. Jika separuh diriku tidak ada, bagaimana caranya aku bisa hidup? Aku tidak ingin menangis lagi, [Name]."
Ini sangat menyakitkan.
"Aku akan menunggumu. Aku akan menunggumu di sini."
Gojo mengulangi kata-kata itu setiap hari sebelum tidur.
Kau akan kembali.
Pasti akan kembali.
Saat aku membuka mataku esok, aku pasti akan melihatmu.
Harapan itu yang selalu membantu Gojo untuk bertahan. Keyakinan itu yang membuatnya tidak jatuh ke dalam kegelapan yang selalu siap menelannya.
"Karena itu aku akan menunggumu. Berapa lama pun akan kutunggu. Jadi, kumohon kembalilah."
Kembalilah, [Name].
Aku mencintaimu.
Aku sangat mencintaimu.
"Saat kau kembali nanti, aku akan membisikkan kalimat itu di telingamu setiap hari."
.
.
.
.
"Then, I'll Find You."
-(Name)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...