"Kau tidak melakukannya, kalau begitu pasti Geto Suguru yang membuat perjanjiannya."
Gojo tertegun mendengar nama itu disebut. Setahun yang lalu, saat sahabatnya itu tiba-tiba menitipkan seorang wanita, ia sudah curiga. Namun, ia tak menyangka bahwa wanita itu ternyata adalah sang Dewi kematian, Izanami.
Dulu Gojo tidak mengerti dengan maksud Izanami yang mengatakan bahwa akan mengirim seseorang dari kaumnya pada Gojo. Tak ia sangka orang tersebut ternyata adalah [Name].
Pertanyaan terbesar Gojo sekarang adalah siapa identitas [Name] yang sebenarnya? Melihat bahwa Izanami terlibat, sudah jelas kekasihnya itu bukan sekadar manusia dengan darah bangsawan. Izanami jelas berkata bahwa [Name] adalah seseorang dari kaumnya. Apakah [Name] sejatinya adalah dewa?
Itulah yang ingin Gojo tanyakan saat keluaga Myoui tiba di sekolah. Mereka langsung diarahkan masuk ke ruang rapat. Melihat wajah sang kakek juga sepupunya Andrea, [Name] memilih bungkam. Mau tidak mau, Gojo yang harus menjelaskan.
Mendengar penjelasan pria itu, Kakek [Name] juga Andrea terkejut. Entah bagaimana situasi yang mereka hadapi menjadi semakin rumit saja. "Jika dia memang Yang Mulia Izanami, maka ini bukan masalah yang bisa ditangani manusia." Kata-kata itu membuat seisi ruangan terdiam. Menghadapi Sukuna saja sudah menjadi tugas yang sulit, apalagi jika harus berhadapan dengan Izanami.
Semua orang cemas, kecuali [Name]. Ia nampak acuh tak acuh. Gojo yang melihat itu merasa aneh. Ia menghampiri wanita itu yang tengah duduk bersilang kaki di kursi. "[Name], apa tidak ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?"
Mata [Name] melirik pria itu. Ekspresinya masih datar seperti sebelumnya. "Entahlah, aku tidak yakin. Ingatanku masih kacau." Gojo mendengus pelan. Saat ini [Name] terasa begitu asing. Ia seperti orang yang berbeda dengan [Name] yang ia kenal. Atau mungkin saja ini adalah sosok [Name] yang sebenarnya.
Gojo menghela napas panjang. Situasi saat ini benar-benar menyiksanya.
Di tengah kebingungan yang terjadi, tiba-tiba ada tamu lain yang masuk ke dalam ruang rapat. Ijichi mengantarnya masuk dengan ekspresi gugup. Semua mata seketika tertuju padanya.
Dia adalah seorang wanita. Wajahnya terlampau rupawan, seperti bukan manusia. Ditambah lagi ia mengenakan kimono putih khas bangsawan. Di belakangnya, tepat di sisi kanan dan kiri ada semacam makhluk suci yang mengawal.
Kakek [Name] dan Andrea langsung membungkuk begitu merasakan energi suci darinya. "Dewi Inari, apa yang membawa Anda kemari?" Entah sudah yang keberapa kali jantung para penghuni ruangan dikejutkan. Para shaman yang tadinya memasang gaya santai, langsung menegakkan badan. Tak menyangka bahwa akan memiliki kesempatan melihat yang namanya makhluk suci seperti dewa.
"Dia benar-benar Dewi?" Utahime bergumam pelan.
"Karena energi kutukan kita seperti diredam, jadi besar kemungkinan dia memang Dewi." Mei-mei langsung menimpali.
Sementara itu, Inari--sang Dewi mengabaikan sapaan yang ia terima dan berjalan melalui si kakek dan Andrea. Lebih tepatnya ia langsung menghampiri [Name] yang masih duduk santai menumpu dagu dengan satu tangannya. Terlihat tidak peduli dengan sosok Dewi di sampingnya.
"[Name], kenapa diam saja? Dia Dewi yang memberkati rumah kita. Beri salam padanya," ucap sang kakek.
[Name] melirik sang Dewi dari ujung matanya. "Haruskah?" tanyanya. Sang Dewi lantas menggeleng. Yang terjadi berikutnya mungkin sanggup membuat kakek [Name] terkena serangan jantung.
Dewi Inari berlutut di hadapan [Name]. Kepalanya menunduk sembari mengungkapkan rasa penyesalan. "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak menyadari apa yang terjadi selama ini. Saya bahkan tidak mengenali Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfic[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...