-30- Red String

502 69 14
                                    

Benang merah atau Akai Ito dikatakan sebagai benang yang menghubungkan dua belahan jiwa. Benangnya tidak terlihat, sangat panjang dan tidak bisa dihancurkan. Tujuannya adalah untuk menyatukan dua orang yang ditakdirkan untuk bersama selamanya.

Setiap orang yang lahir ke dunia sudah memilikinya. Itu berarti mereka telah terhubung dengan belahan jiwa mereka bahkan sebelum mereka memahami apa itu cinta. Tidak peduli di tempat seperti apa, di waktu kapan, dan di situasi seperti apa, keduanya pasti akan bertemu.

Jika ingin berasumsi, benang yang mengikat [Name] dan Gojo saat ini sudah pasti adalah benang itu.

"Itu nyata? Kupikir drama di televisi itu hanya omong kosong belaka." Shoko tiba-tiba menginterupsi. Inari lantas mendengus sebal padanya.

"Kalau begitu apa masalahnya? Bukankah itu hal yang bagus? Mungkin si- maksudnya Nona Izanami hanya ingin menjodohkan mereka saja." Utahime menimpali. Segera Inari menggeleng pada pernyataan itu. Ia lalu kembali memperhatikan benang merah di tangan [Name] dan Gojo.

"Perhatikan baik-baik, posisinya." Utahime mengernyitkan pandangan. Ia bertanya-tanya apa yang salah dengan posisi benang itu. Lalu tiba-tiba saja Mei-Mei bersuara.

"Benang itu, harusnya mengikat kelingking wanita dan terhubung ke bagian yang mengikat jempol pria. Benar, 'kan?" Inari mengangguk lemah. Sekarang semuanya kembali memandangi benang merah itu. Benar saja, posisinya salah. Benangnya terhubung dengan masing-masing garis nadi mereka.

"Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi sepertinya itu bukan hal yang baik," ucap Shoko. Inari yang mendengarnya menjadi semakin cemas. Ia sedang mati-matian berpikir tentang rencana Izanami.

Saat itu, tiba-tiba saja sekelilingnya berubah menjadi hitam putih. Tidak hanya itu, pergerakan semua orang juga tiba-tiba terhenti. Inari menyadari bahwa situasi sedang tidak baik. Ia hendak memanggil shinki-nya, tetapi [Name] segera menghentikannya.

"Yang Mulia! Ini-"

"Ssst! Tenanglah, tunggu di sini dan jaga mereka." [Name] berucap dengan tenang. Ia lalu bangkit dan keluar dari ruangan itu. Tempat yang ia tuju ada di bagian sudut area SMK Jujutsu. Sebuah gang dari bangunan-bangunan tradisional.

Di sana ia dapat melihat yukata merah itu melambai di terpa angin. Izanami berdiri memandangi tepian tembok bangunan di hadapannya. Kalau mengingat ucapan Gojo, tempat itu adalah tempat dimana sahabatnya dulu merenggang nyawa.

"Apa itu seperti yang saya pikirkan?" [Name] bersuara lebih dulu. Izanami perlahan menoleh padanya. Wanita itu tidak lagi mengenakan topeng putihnya seperti biasa.

"Kau sungguh berpikir aku masih bisa merasakan itu setelah apa yang ayahmu lakukan padaku?" Tatapan [Name] sedikit menyendu. Ia mendekat sembari mengucap permintaan maaf.

"Tapi itu bisa saja terjadi, 'kan? Toh kutukan itu tidak berlaku pada Anda." Kening Izanami mengkerut saat mendengarnya. Sekali lagi [Name] meminta maaf. Walau di dalam hati dirinya yakin betul dengan perasaan Izanami.

"Saya yakin Anda punya rencana yang melibatkan saya. Apapun itu, saya tidak berniat terseret tanpa mengetahuinya." Izanami mendengus. Ia lalu kembali menatap tembok di hadapannya tanpa berucap sepatah kata pun.

[Name] memperhatikannya lamat-lamat. Jujur saja, ia begitu terpana dan kagum dengan paras wanita itu. Dulu sekali saat dirinya masih Amaterasu, ia bertemu dengan Izanami untuk pertama kalinya di yomi. Saat itu Izanami juga sedang tidak mengenakan topeng. Meski wajahnya sudah tidak sempurna, ia dapat melihat keindahan luar biasa dari wanita itu.

Ia selalu bertanya-tanya, seperti apa kah rupa Izanami sebelum turun ke tempat terkutuk di dunia bawah. Sekarang ia bisa melihat wajah itu dengan jelas. Sungguh kecantikan yang luar biasa. Seluruh wanita yang lahir ke dunia diciptakan rupanya berdasarkan dirinya.

Reclaiming My Student || Gojo Satoru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang