Seminggu berlalu dengan cepat. Tak terasa, [Name] semakin dekat dengan hari penilaian. Sesuai aturan dari badan pengawas pendidikan bahwa pengawasan dan pengarahan dilakukan maksimal tiga minggu. Jika sekolah yang bersangkutan masih tidak memenuhi syarat, maka keputusan akhir akan ditentukan oleh menteri pendidikan.
[Name] telah selesai dengan dua kelasnya. Sekarang ia bergegas untuk pulang. Tetapi, seseorang menghalanginya di depan pintu. Dapat ditebak identitas orang itu.
[Name] sedikit memiringkan kepala dan memasang ekspresi datar seperti biasanya.
"Aku tidak bisa istirahat sehari saja?"
Gojo menggeleng dengan cepat. "Hari ini Sensei harus menemaniku membeli daifuku."
[Name] memeriksa arloji di tangannya. Sejujurnya ia tidak punya agenda lain setelah ini. Akhirnya ia pun menyetujui ucapan Gojo.
"Woah ..., Sensei langsung setuju?" Iris hazel [Name] melirik pria itu. Tangannya perlahan terangkat untuk melepas kacamata yang dipakai oleh Gojo. "Eh?" Empunya melongo.
"Siapa bilang? Aku akan menemanimu dengan syarat kau tidak menggunakan benda ini." Gojo tertegun mendengarnya.
Keluar tanpa memakai kacamata atau penutup mata bukanlah hal buruk, tapi bukan hal yang baik juga. Ia takut kekuatannya akan terus aktif selama bersama [Name]. Ia pun membujuk wanita itu agar tetap mengizinkannya memakai kacamatanya.
Namun, [Name] juga ingin keras kepala sesekali. Ia bersikeras hingga membuat Gojo pasrah. Setelahnya, mereka pun pergi ke tempat yang pria itu inginkan.
* * *
Sepanjang jalan, Gojo terus merasa was-was. [Name] menyadari keanehan itu. Ia menghentikan langkahnya membuat pria di sampingnya ikut berhenti. Keduanya lalu saling bertatapan.
"Kenapa kau gugup begitu?" tanya [Name]. Gojo memandangnya dengan raut wajah yang sedikit tertekuk.
"Tidak, hanya saja ..."
Gojo terlihat ragu-ragu mengatakannya. Tanpa bertanya, [Name] meraih tangan pria itu dan menggenggamnya. Si empunya sedikit terkejut. Tiba-tiba saja ia berdebar. Walau tipis, muncul semburat merah di wajahnya.
"Ke-kenapa Sensei memegang tanganku?"
"Bisa berhenti memanggilku Sensei? Kita di ruang publik sekarang. Lalu, bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa aku ini tidak dapat disentuh energi kutukan? Aku memegangmu agar kau aman."
Gojo mengangguk pelan. Ia lupa dengan hal itu. Padahal dirinya yang lebih tahu tentang kemampuan spesial perempuan itu, tapi dirinya malah merasa cemas.
Seminggu yang lalu, setelah pertengkaran kecil di ruang kelas, Gojo mengejar [Name] hingga parkiran. Tak ia sangka wanita itu juga sedang menunggunya. Saat itu, [Name] langsung memintanya masuk ke mobil.
Di dalam sana, [Name] menanyakan hal-hal yang selalu mengganggu pikirannya. Ia terus bertanya mengapa Gojo mengganggunya. Pria itu pun akhirnya bicara jujur. Ia mengungkapkan tentang kemampuan yang dimiliki [Name] dan tentang dirinya yang menyelidiki wanita itu.
[Name] tentu terkejut mendengarnya. Ia merasa ucapan Gojo sulit dipercaya. Ia lalu teringat dengan insiden Junpei. Saat itu Yuuji dan Nanami bertarung mati-matian. Keduanya sama-sama terluka, bahkan area sekitar hancur lebur. Hanya [Name] yang baik-baik saja.
Walau semua itu tidak logis, [Name] mau tidak mau harus percaya. Dari situlah mereka berdua memutuskan untuk mencari tahu tentang kemampuan milik [Name]. Sejak saat itu juga keduanya menjadi lebih dekat dan lebih akrab.
Memang sulit dipercaya, tetapi [Name] mulai merasa nyaman di sekitar Gojo.
Jika Nanami-San tahu, dia pasti akan kena serangan jantung, batin [Name].
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfiction[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...