Comeback
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Perjalan dinas yang melelahkan bagi [Name]. Dikirim ke desa terpencil selama tiga bulan untuk ekspedisi bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika harus pergi seorang diri. Padahal gadis itu sudah meminta rekan kerja pada atasannya, tapi orang itu menolak dan mengatakan kalau gadis itu saja sudah cukup.
[Name] ingin sekali mengamuk saat itu. Dimanapun sudah jelas yang namanya ekspedisi pasti dilakukan bersama tim. Namun, si atasan bersikeras kalau harus [Name] sendiri yang pergi.
Dengan terpaksa ia pun menerima tugas itu. Andai saja ia tidak pernah mendaftar jadi PNS, dia pasti sudah hidup senang dan berfoya-foya dengan harta orang tuanya.
[Name] berdecak sebal. Ia menarik kopernya dengan malas menuju area luar bandara. Tangannya melambai ke kanan dan ke kiri hingga sebuah mobil taksi singgah di hadapannya. Tanpa pikir panjang ia langsung masuk ke dalam. Tak lupa juga ia meminta kepada supir untuk memasukkan kopernya di bagasi.
Baru saja bersandar sebentar, ponselnya yang sejak tadi senyap malah berdering keras. Perempatan urat muncul di dahi gadis itu. Ia meraih ponselnya untuk memeriksa orang seperti apa yang ingin mati karena mengganggunya.
Lagi-lagi [Name] berdecak sebal karena melihat nama Kepala Sekolah yang tertampang jelas di layar ponselnya. Dengan malas ia menggeser touchscreen dan mengangkat panggilan itu.
"Myoui-Sen-"
"Katakan dengan cepat sebelum aku mengirim nuklir ke rumahmu."
Berani bertaruh, orang di seberang telpon itu pasti sedang gemetar ketakutan.
"Aku hanya ingin sampaikan bahwa besok kau sudah harus masuk bekerja. Ada rapat dengan yayasan dan dewan guru."
[Name] terdiam sejenak. Tidak, lebih tepatnya ia sedang berusaha menahan amarahnya yang hampir meledak. Bahkan si supir sampai gemetar karena hawa mencekam yang dipancarkan perempuan itu.
Tanpa mendengar sepatah kata lagi, [Name] mematikan ponselnya dan kembali menyimpannya di saku. Tubuhnya kembali ia sandarkan di kursi penumpang. Padahal ia baru saja pulang dari perjalan dinas, tapi sudah langsung dibebankan pekerjaan lagi.
[Name] bersumpah dalam hati akan membalas orang-orang yang bersangkutan untuk penderitaannya ini. Begitu tiba di apatemennya, [Name] langsung merebahkan diri di atas kasur. Seluruh tubuhnya terasa nyeri dan pegal. Ia benar-benar kelelahan berat.
"Kepala Sekolah sialan! Aku pasti akan membunuh kalian semua." Wanita itu terus saja mengumpat seraya melepaskan aksesoris menyesakkan yang terpasang di tubuhnya. [Name] meraih sebuah bantal lalu meletakkan kepalanya di atas sana. Selang beberapa saat gadis itu langsung tertidur.
Padahal tadi ia berencana untuk membuat makan malam lebih dulu. Namun apa daya, tenaganya sudah terkuras habis. Tidur adalah jalan terbaik untuk saat ini.
Ia terbangun sekitar pukul enam pagi lantaran suara alarm ponselnya yang terlalu berisik. Walau malas, ia tetap memaksakan diri beranjak dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sekitar setengah jam kemudian, [Name] sudah siap dengan suit hitam polos yang biasa ia kenakan. Ia meraih ponselnya di meja nakas dan beberapa dokumen yang ada di sana. Ia lalu bergegas untuk pergi.
Ada pekerjaan baru yang menunggunya di sekolah dan tentunya itu bukan hal yang akan disukainya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hai lagi semuanya!!!
Ini dia fanfiction baru aku, imagine bersama Jujutsu Kaisen atau lebih khususnya, bersama Gojo Satoru.
Aku tahu di antara para readers pasti banyak yang ngehusbuin Gojo. Iya kan? Ngaku aja deh hehehe
Demi menepati janji, aku pun membuat book ini.
Semoga semua suka ya!!
Kritik dan saran dipersilahkan dengan bahasa yang sopan dan sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Terima kasih telah membaca ><
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfiction[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...