"Sejak dulu keluarga Myoui telah menjadi klan bangsawan kepercayaan Kaisar." [Name] menghela napas panjang. Setiap keluarga besarnya berkumpul, sang kakek pasti selalu berdongeng mengenai sejarah keluarga mereka.
Dia menceritakannya sama persis, tanpa ada satu kata yang ditambah atau dikurangi. [Name] mengetahuinya karena ia memiliki daya ingat fotografis.
[Name] mengedarkan pandangan. Semua anggota keluarganya juga nampak bosan sepertinya. Ia meraih segelas wine yang tersaji di meja dan menyesapnya sedikit. Matanya melirik arloji di pergelangan tangan. Masih ada setengah jam sampai si kakek menyelesaikan dongengnya. Itu waktu yang cukup lama untuk duduk dan mendengar cerita yang berulang-ulang.
Saking bosannya, [Name] sampai memperhatikan objek yang aneh. Misalnya saja garpu milik orang di depannya. Wajahnya terlihat seolah berpikir keras, padahal dirinya hanya sekedar memandang saja.
Tiba-tiba ponsel perempuan itu bergetar, mengusik fokus [Name]. Ia merogoh saku mengambil benda elektronik itu. Tertera nama sang adik di layarnya. Ia tersenyum dan langsung menjawabnya.
"Kau baru ingat kakakmu sekarang?" ujar [Name] dengan nada sarkas.
"Mana mungkin, aku mengingat Kakak setiap saat," balas si penelpon. [Name] terkekeh mendengarnya. Dibanding mendengar dongeng kakeknya, mungkin lebih baik ia berbincang dengan sang adik.
[Name] memutar kursinya sedikit, membelakangi sang kakek dan yang lainnya. "Aku sudah menonton comebackmu, kau sangat keren."
"Benarkah? Wah ternyata aku bisa membuat Kakak terkesan ya." Sekali lagi [Name] terkekeh. Sudah lama sejak terakhir kali ia bertemu dengan adiknya. Ia rasanya rindu berbincang-bincang dengan gadis itu. Mungkin nanti ia harus berkunjung ke Korea Selatan jika diberi cuti.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Menurutmu apa? Kakek sedang berdongeng lagi." Terdengar suara tawa di seberang sana. [Name] tersenyum dan lanjut berbincang dengan sang adik.
Saat itu telinganya menangkap hal janggal dari ucapan kakeknya. [Name] sontak menoleh menatap pria tua yang masih bercerita itu. "Apa?" Suasana hening seketika mendengar interupsi darinya.
Sang kakek diujung sana menatapnya dengan raut bingung. "Kakak? Ada apa?"
"Mina, nanti akan kuhubungi lagi." [Name] langsung mematikan telponnya dan kembali menatap kakeknya. "Coba ulangi perkataan kakek tadi."
Semua orang mengernyit mendengar permintaan [Name]. Padahal pria tua itu sudah hampir menyelesaikan dongengnya, tetapi ia malah memintanya mengulang. [Name] tidak menghiraukan tatapan mereka. Ia tetap menuntut sang kakek mengulang beberapa bait cerita sebelumnya.
"Benar, yang itu, apa maksudnya itu?" Pertanyaan itu membuat sang kakek dan para orang tua lain tertegun. Atmosfer di tempat itu tiba-tiba berubah.
"[Name], itu hanya cerita lama, kau sudah mendengarnya sejak kecil kan?" Mata [Name] memicing menatap sang ibu. Sekarang ia bisa melihat wajah cemas dari para orang tua yang ada di sini.
"Kakek, apa kakek tahu tentang para shaman?"
* * *
Gojo kembali termenung setelah mendengar penjelasan Ijichi. "Klan bangsawan ya?" Ekspresinya nampak tak puas.
Ijichi hanya memberitahu mengenai sejarah politik negara mereka dan keluarga Myoui yang turut menopangnya. "Kau yakin tidak ada informasi lain terlewat?"
"Tidak, Gojo-San, kami sampai mencari arsip negara mengenai keluarga itu, tapi yang kami dapatkan memang hanya ini." Gojo mengangguk paham. Ia lalu menyuruh Ijichi keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfiction[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...