Pagi hari di musim dingin adalah saat yang tepat untuk berendam di air hangat. [Name] menumpu lengannya di pinggiran bak mandi. Rautnya wajah sangat jelas menampakkan isi pikirannya yang kacau. Ia masih memikirkan ucapan Izanami kemarin.
Jika aku tetap di sini, itu akan membahayakan Satoru. Namun, jika aku kembali ke sana, maka kami tidak bisa bersama lagi.
Sialan!
Iris emas [Name] muncul seketika. Mengingat pengkhianatan yang dilakukan kedua adiknya selalu bisa menyulut emosinya.
Seperti yang dikatakan Izanami, ia memang harus merebut kembali takhtanya. Pasalnya dengan hanya boneka yang menjadi wadah kekuatannya, energi kehidupan tidak terpancarkan dengan baik. Hanya ada radiasi panas yang semakin hari semakin mematikan.
Tetapi, [Name] masih dilema dengan hubungannya sebagai manusia. Keluarganya, teman-temannya dan kekasihnya, ia harus melepas semuanya. Sebenarnya [Name] tidak masalah dengan hal itu. Namun tentu saja keputusan itu pasti akan melukai Gojo.
[Name] yang tengah kalut dengan pikirannya dikejutkan oleh sebuah lengan yang melingkari tubuhnya dari belakang. "Ada apa, [Name]? Kenapa kau terlihat sangat gelisah?" tanya si pemilik tangan. Satu kecupan ia dapatkan di pipinya. [Name] menoleh dan membalas mengecup bibir pria itu.
"Tidak ada. Hanya memikirkan masalah kemarin." Gojo menghela napas pelan. Ia mengeratkan pelukannya kemudian menumpu dagunya di pundak sang kekasih.
"Bukankah sudah kukatakan padamu untuk tidak memendam semuanya sendiri?"
[Name] menggigit bibir bawahnya. Gojo yang melihat itu ikut merasa cemas. Pasti ada sesuatu yang besar yang tengah [Name] sembunyikan darinya.
"[Name], kau sudah berjanji padaku."
[Name] berdecak pelan. Ia memutar tubuhnya agar berhadapan dengan pria itu. Selama beberapa saat mereka hanya diam dan saling memandang.
Iris keemasan milik wanita itu membuat Gojo terpana. Ia seperti dapat melihat matahari secara langsung lewat mata itu. Itu sebenarnya tidak salah karena [Name] adalah matahari itu sendiri.
"Kau tahu," ucap [Name]. Alis Gojo terangkat menunjukkan rasa ingin tahunya. [Name] tersenyum saat melihatnya. "Sepertinya Nona Izanami punya hubungan dengan temanmu itu," lanjutnya.
Gojo terdiam sejenak untuk mencerna kalimat itu. Tak lama kemudian ia memasang ekspresi terkejut yang menggemaskan. "Iya! Aku juga yakin seperti itu. Waktu Suguru mengantar Izana-san, dia mengenggam tangannya sangat erat. Lalu saat berpisah, wajah Suguru terlihat sangat sedih seperti baru saja merelakan belahan jiwanya."
Kening [Name] mengkerut. Gojo terlihat sangat antusias. "Begitu rupanya. Ngomong-ngomong kau tidak pernah cerita tentang sahabatmu itu. Coba beritahu tentang Geto Suguru padaku." Ekspresi Gojo terlihat makin bersemangat saat [Name] menanyakan hal itu.
Gojo lalu mulai menceritakan segalanya pada [Name]. Dimulai dari pertemuan pertama mereka, bagaimana mereka menjadi dekat, dan bagaimana mereka kadang bertengkar karena perbedaan pemahaman. Selama bercerita, pria itu menampilkan ekspresi yang bervariasi. [Name] tidak tahan untuk tersenyum saat melihatnya.
Sepertinya orang itu memang sangat penting baginya
Selama mendengarkan Gojo, [Name] jadi teringat dengan pertengkaran pria itu dan Shoko kemarin. Sedikitnya [Name] setuju dengan ucapan Shoko. Pasalnya Gojo tidak seekspresif ini saat bersama dengannya.
Kurasa aku sudah tahu apa yang akan kulakukan.
Dalam sekejap [Name] sudah mengambil keputusannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/295921933-288-k685784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfiction[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...